Bagian 1

1 0 0
                                    

"Jadi gimana?" tanya seorang perempuan sambil tersenyum hangat.

"Nggak."

Lagi dan lagi, permintaannya selalu saja ditolak mentah-mentah. Perempuan itu menghela napas sambil memutarkan kedua matanya malas.

"Okelah, gue balik sendiri, bye!" putusnya, sebal sekali dia dengan lelaki yang ada di hadapannya ini.

Sebut saja dia Aira, gadis imut dengan sikap kekanakannya.

Aira berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya kesal, kesal dengan hujan, dengan ojol yang tak kunjung datang, dan dia yang tidak mau mengantarkan Aira pulang.

"Ih kok dia gak ngejar gue sih!" Aira melihat ke belakang dengan tatapan berharap siapa tau dia mengejarnya lalu berpikir ulang untuk mengantar Aira pulang.

Tidak ada.

"Huft, emangnya gue siapa dia, gak usah halu deh Ra." kecewa dengan keadaan, Aira pun memilih duduk sambil menunggu ojol yang dia pesan.

Aira memejamkan mata sambil terus mengucapkan mantra,

Gak usah halu...
Gak usah halu...
Gak usah halu...

"Ra,"

Aira mendengar seseorang memanggilnya, tidak salah lagi ini pasti dia. Aira pun dengan cepat membuka matanya.

"Gilang?"

Kan kan kecewa lagi.

"Gue kira lu tidur, lagian ngapain lo masih ada disekolah?" tanya seseorang yang bernama Gilang itu.

"Nunggu ojol," jawab Aira seadanya.

Gilang mengangguk-angguk, lalu duduk di sebelah Aira.

"Daripada nunggu ojol yang gak tau kapan datengnya, mending pulang bareng gua!" ucap Gilang.

Aira menengok ke arah Gilang, "Serius?"

Gilang mengerutkan alisnya, "menurut lo gue boong?"

"Skuy lah!" tanpa basa-basi lagi, Aira menarik Gilang menuju parkiran.

"Eh eh cancel dulu tuh pesenan lu." suruh Gilang pada Aira.

"Eh iya lupa hehe," membuka aplikasi ojol, Aira pun langsung mengcancel pesanannya.

"Udah, ayo gaskeun!" seru Aira lalu kembali menarik Gilang.

•••

Mungkin sebagian orang berpikir bahwa jatuh cinta pada teman itu ribet. Memang benar, ribet banget asli aku gak bohong.

Aku Aira, suka atau mungkin memang tertarik dengan dia. Dia adalah teman kelasku. Memang ribet, apalagi dia juga sepertinya gak suka sama aku. Huft...

Aira menutup buku diary nya itu, merebahkan tubuhnya pada kasur kesayangannya, lalu mencoba memejamkan mata.

"Kenapa juga ya gue harus suka sama dia?" gumam Aira pada dirinya sendiri.

"Keren enggak, cakep juga enggak, pinter apalagi, trus apa yang gue suka dari dia?"

"Tuh kan lama-lama gila juga gue nih, nggak mau pokoknya gue harus move on!"

Aira bangkit dari kasurnya lalu berjalan menuju meja belajar. Bukan, bukan berniat untuk membaca buku apalagi menghapal pelajaran, Aira berniat untuk mengambil laptopnya lalu menonton kembali video yang dia tegaskan pacarnya itu.

Bukan si Dia ya...

"Kangen juga gue ama bang Zayn,"

Jangan bertanya seberapa suka Aira dengan penyanyi berdarah Inggris-Pakistan itu, jika di jabarkan mungkin sebanyak hayalannya dengan si Dia.

"Kenapa sih Zayn susah banget update status gitu, di Instagram jarang, di Facebook apalagi, youtube juga sama, twitter juga sama aja, mau nya apa atuh kamu tuh sayang?" ucap Aira sambil menatap foto Zayn Malik yang terpapang sebagai walpaper laptopnya.

"Tunggu nanti aja ya Zayn, buat kali ini mungkin Aira gak bisa ketemu Zayn, tapi Aira selalu berdoa kok sama Allah untuk mempertemukan kita berdua."

"Kali aja gitu bukan hayalan gue doang buat ketemu Zayn Malik, minimal kalo dia ada konser gue nonton gitu kek, masa iya gue liat masa depan gua cuma dari layar doang?"

"Selain nunggu dia peka, nunggu One Direction comeback juga capek tau, capek banget asli Zayn."

Foto Zayn itu tetap saja tidak merespon, hanya menampilkan cengiran manis yang membuat Aira merasa kalau dirinya itu mungkin sudah gila.

"Cus lah kita nostalgia sama 1D, dah lama juga gak liat si ganteng Harry tapi masih gantengan Zayn kok tenang."

Mungkin sedikit curhatan dengan foto Zayn Malik bisa membuat Aira sedikit melupakan Dia.

Sedikit ya...

Aira pun lanjut bernostalgia dengan boyband kesayangannya itu.

He Belongs To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang