Bagian 4

1 0 0
                                    

"Resya!" panggil Ibu Biologi atau sering disebut Ibu bernard, kalian tau Bernard Bear? Ya seperti itulah bentuknya.

Resya tersentak, Aira menatap Resya sambil tersenyum jail. "Mampus lo!"

Resya mau tidak mau harus ke depan daripada harus dihukum tambahan hapalan.

"Udah hapal?" tanya Bu Bernard.

Resya menggeleng pelan, karena kata Resya gak papa nilai jelek yang penting jujur. Tapi kalo nyontek itu beda lagi ceritanya.

Bu Bernard geleng-geleng, "Oke selanjutnya aja deh, daripada kamu malah menggangu yang udah hapal, berarti kamu dapet hapalan tambahan, hapalkan nama ilmiah tulang beserta penyakit pada tulang."

Mata Resya melotot sempurna, yang benar saja Bu Bernard ini.

"Apa kamu mau membantah?" tanya Bu Bernard. Resya buru-buru menggeleng dan kembali ke tempat duduknya.

"Oke selanjutnya Aira!"

Aira bangkit dari kursinya dan berjalan tenang ke depan Bu Bernard.

"Ternyata berteman sama orang rajin, rajinnya gak bisa nular juga ya." ucap Resya pada diri sendiri.

•••

"Lo katanya mau cerita sesuatu?" tanya Resya sambil menyantap baksonya.

Aira mengigit bagian terakhir rotinya dan siap bercerita.

"Kemaren gue balik sama Angga."

Uhuk. Resya tersedak baksonya sendiri.

Aira menatap Resya dengan tatapan tenang, "makanya makan tuh pelan-pelan."

Setelah minum, Resya menunda baksonya dan siap mengintimidasi seorang Airani Ashary.

"Kenapa lo gak cerita sama gue?"

"Ini gue cerita,"

Benar juga Aira, "pantesan aja kemaren nolak gue balik bareng, ternyata oh ternyata,"

Aira menggeleng, "sumpah gue juga gak nyangka banget Angga kayak gitu,"

"Berarti Ra, lo masih punya harapan."

"Gue gak mau berharap, tau gak? Berharap tuh sakit, kek harapan gue kalo Zayn malik balik lagi ke 1D trus 1D comeback."

Resya memasang wajah datar, "Lo gak mau perjuangin cinta lo?"

"Gue gak cinta, gue cuma suka."

"Lo cinta!" tegas Resya.

"Terserah deh yang penting gue gak mau punya harapan sama dia!"

Cukup satu bulan yang lalu Aira merasakan harapan, senang, cemburu, sekaligus marah pada Angga karena dia mempermainkan hatinya, atau mungkin hanya Aira yang merasakan itu semua.

"Oke deh, lupain. Btw, kostum gue nanti apa nih?" tanya Resya sambil melanjutkan makan baksonya.

"Hantu valak." jawab Aira santai.

Akhirnya Resya tersedak untuk yang kedua kalinya.


•••

Hari ini adalah hari ulang tahun sekolah kesayangan Aira, mungkin di SMA 5 Bandung ini Aira mempunyai banyak kenangan, mempunyai teman yang baik yang bernama Resya Almaira, para Dicretioners yang saling berbagi pengalaman, teman semenyebalkan Gilang Ardani, para guru yang kocak dan tidak sedikit yang menyebalkan, lagi dan lagi kenangan itu terus tumbuh dalam ingatan Aira yang mungkin akan ia kenang saat kelulusan nanti.

Saat ini Aira sedang menemani Resya ber make up versis seperti hantu valak dalam film the conjuring, ternyata Aira tidak main-main dengan ucapannya, Resya mau tidak mau harus menurut walaupun ia sedikit menolak saat harus ber make up seperti hantu valak.

"Gue serem ga Ra?" tanya Resya, sedari tadi Aira melarangnya untuk bercermin, alasannya agar Resya tidak pingsan.

Aira terkikik geli, "Res, muka lo tanpa make up beginian juga udah serem padahal,"

Resya menoyor kepala Aira, "sialan!"

Omong-omong siapa yang akan menampilkan pentas seni di kelas XI IPA 5, Aira tidak tahu soal itu. Mungkin ketua kelasnya sudah mengatur semua, dia pun tak sempat menanyakan hal itu pada Alvin sang ketua kelas.

"Lombanya di mulai 15 menit lagi, lo siap-siap buat akting semenyeramkan mungkin, gua percaya sama lo Res, oke?" ucap Aira.

Resya menatap sahabatnya dengan senyum haru, "Thanks, Ra."

"Kalo gitu gue gabung sama anak-anak yang lain ya, kayaknya mereka udah ada di lapang." pamit Aira.

Resya mengangguk lalu mempersilahkan Aira untuk pergi.

Aira pun bergabung dengan anak kelas yang lain, dia berdiri di barisan kedua setelah Nana untuk melihat penampilan sahabatnya.

Semua kelas memperlihatkan kostumnya masing-masing, itu sedikit membuat Aira merasa minder dengan ide nya, orang-orang sangat kreatif membuat kostum sedangkan dia hanya... Ah sudahlah.

"Ra, lo tau gak siapa yang bakal tampil pentas seni buat kelas kita?" tanya Nana, Aira menggeleng.

"Emangnya siapa Na, gue gak sempet nanya sama Alvin."

Nana mengangkat bahunya tidak tahu, "gue kan nanya Ra, kenapa lo balik nanya?"

Aira terkekeh, benar juga Nana. "emangnya Alvin gak ngumumin waktu di kelas?"

Nana menggeleng, "dia gak keliatan dari tadi pagi,"

Aira memutar otaknya, mungkin Alvin sedang mempersiapkan penampilan kelasnya di ruangan lain sehingga dia tidak sempat untuk memberitahu anak kelas, atau ada alasan lain mungkin.

Aira bersiap karena sebentar lagi nama kelasnya akan di panggil, dia menyiapkan kamera handphonenya untuk merekam penampilan Resya.
Saat nama kelasnya dipanggil, Resya datang dari arah kanan lengkap dengan pakaian hitam putih yang sudah di desain seperti hantu valak, backsound pun berubah menjadi menyeramkan, Resya sebisa mungkin untuk menahan agar dia tidak lari karena malu.

"Make up lo bagus Ra, bajunya juga bagus banget, mirip banget sama valak. Resya juga gak senyum-senyum walaupun gue tau pasti dia malu banget, kalian team yang hebat!" komentar Nana.

Aira tersenyum saat mendapat pujian dari Nana, "Makasih Na, lo berlebihan."

Semua anak kelas XI IPA 5 bertepuk tangan saat Resya memasuki tengah lapang, Aira tak kalah semangat untuk menyemangati sahabatnya itu, dia bahkan berjinjit untuk melihat penampilan Resya dan berteriak 'semangat' pada Resya, Resya menoleh ke Aira dan mengangguk.

Setelah mengelilingi lapangan, Resya kembali ke sisi Kiri lapang dan di lanjutkan kelas lain.


He Belongs To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang