Bagian 5

2 0 0
                                    

Sekarang waktunya melihat lomba pentas seni yang sudah di mulai, Aira sedang menunggu Resya membersihkan make up nya, karena tidak mungkin Resya berjalan di tengah-tengah lapangan dengan wajah seperti itu. Memalukan.

"Res, cepetan dong!" seru Aira, lama sekali Resya ini, mungkin ssekitar 20 menit Aira menunggu Resya keluar, tapi orang yang ditunggunya itu tak kunjung datang.

"Iya bentar lagi," teriak Resya dari dalam ruangan.

Aira melihat jam tangannya, kelas Aira kebagian lomba jam 10:15 dan sekarang sudah jam 10:00. Oke, sepertinya Aira akan mendobrak pintu ruangan ini jika Resya tidak keluar dalam waktu 5 menit.

2 menit...

3 menit...

4 menit...

Haruskah Aira mendobrak pintu ini?  Aira memundurkan langkahnya lalu bersiap untuk emm-- mendobrak, mungkin. Kalau bisa.

5 menit...

Aira berlari dan bersiap menabrakan dirinya ke arah pintu, tepat saat tubuh Aira akan menyentuh pintu, Resya membuka pintu itu dan...

"Bruk..."

"Aww," ringis Aira dan Resya bersamaan. Sepertinya mendobrak pintu bukan ide yang bagus.

Aira menyingkir dari tubuh Resya yang sepertinya dia duduki itu, mungkin setelah ini dia akan mendengarkan ocehan Resya.

"Lo apa-apaan sih Ra, sakit semua nih badan gue lo tindihin." nah kan benar saja.

Aira bangkit dan mengulurkan tangannya untuk membantu Resya berdiri. Resya menerima uluran tangan Aira dan mencoba untuk berdiri walaupun ia rasa pinggangnya ini remuk.

"Elu sih lama, tadinya mau gue dobrak, terus kenapa lo buka pintu kan jadi nabrak." jelas Aira sambil terkekeh. "Tapi, lo gak papa, kan?" tanya Aira memastikan.

"Lumayan lah, badan lo segede gajah soalnya." balas Resya.

"Kampret ya kamu,"

Resya tertawa dan tanpa aba-aba Aira menarik dirinya untuk berlari tanpa berpikir bahwa pinggang Resya ini masih sakit.

"Waktu kita lima menit lagi anjir," ucap Aira sambil terus berlari dan menarik Resya.

Sesampainya di lapangan, Aira mencoba sebisa mungkin menerobos orang-orang yang ada dibarisan depan, dia tak mungkin melihat kelasnya tampil diposisi paling belakang, apalagi dia belum tahu siapa yang akan tampil diperlombaan pentas seni ini.

Tepat sekali, saat Aira dan Resya berada di barisan kedua bersama dengan anak-anak kelas yang lain, kelasnya pun baru menaiki panggung bersiap untuk tampil.

Tapi tunggu dulu...

Bukankah itu Angga?

"Ra, itu Angga kan? Jangan bilang dia yang ikut pentas seni ini?" tanya Resya. Aira melihat ke sekelilingnya, dimana Alvin?

Seseorang menepuk pundak Aira, Aira menoleh dan mendapati Nana yang berada tepat dibelakangnya, "Eh, apa Na?" tanya Aira.

Nana tersenyum, "tadi Alvin sempet ke kelas dulu Ra waktu lo nganter Resya ganti baju, terus dia jelasin kalo yang ikut pentas seni tuh Angga, dia, Fikri, Naufal, sama Rian."

Aira mengernyitkan alisnya, lalu mengangguk mengerti. Setelah mendengar penjelasan Nana tadi, Aira kembali menatap teman-teman kelasnya yang akan tampil, lebih tepatnya menatap Angga. Tak disangka, Angga menoleh ke arah Aira, mereka saling menatap dan tak lama setelah itu Angga memutuskan pandangannya.

Musik mulai berbunyi, Rian kebagian memegang gitar listrik karena kebetulan hanya dia yang bisa bermain gitar, dan yang lainnya bersiap di depan microfon.

He Belongs To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang