Bagian 3

1 0 0
                                    

Resya dan Aira berjalan menuju perpustakaan, mereka akan meminjam buku Biologi karena ada tugas untuk menghapal nama ilmiah tulang.

Resya daritadi tampak terus mengoceh karena tidak habis pikir dengan jalan pikiran Guru Biologi itu, mana bisa ia menghapal tulang, kalau di suruh menghapal nama mantan baru bisa dia.

Aira mau tidak mau harus menanggapi ocehan Resya di sepanjang jalan, entah itu hanya tertawa atau menjawab "Iya", karena kalau tidak digubris bisa-bisa sahabatnya itu akan berteriak dan itu akan lebih mengganggu.

"Jadi intinya lu setuju gak sama pendapat gue?" tanya Resya.

Otak Aira menunjukan gambaran Loading, masalahnya tadi pikirannya sedang ngelayap dan sekarang ditanya pendapat, apa yang harus Aira katakan.

Udahlah iyain aja kali ya, batin Aira.

"Iya gue setuju kok,"

"Oke kalo gitu besok kita bolos aja ya,"

"Hah?" Aira tercengang, bolos? Yang benar saja Resya ini.

Resya mengerutkan keningnya, "tadi kata lo, lo setuju, kok lu keliatan kaget gitu?"

Aira nyengir tak berdosa, "Hehehe."

Resya menghentak-hentakan kakinya kesal, "tuh kan lu mah gak dengerin gue, ih sebel deh ama lo!" teriak Resya.

Resya berjalan duluan menuju perpustakaan dengan wajah cemberut.

"Ih ambekan banget deh tuh bocah," Aira berlari menyusul Resya.

Aira membuka pintu perpustakaan dengan tergesa-gesa hingga tidak sengaja menabrak seseorang.

"Aduh!"

"Aduh-aduh, maaf ya buru-buru." ucap Aira sambil menunduk meminta maaf.

"Jalan tuh pake mata," sinis orang tersebut. Aira mendongakan kepalanya dan, "Oh iya, biasa aja dong." balas Aira tak kalah sinis.

Gilang terkikik geli, lalu mencubit pipi Aira gemas. "Iya-iya ini juga biasa kok, lagian lo ngapain buru-buru banget, kek dikejar setan aja."

"Itu anak setan lagi ngambek," tunjuk Aira pada Resya yang pura-pura sibuk dengan bacaannya, padahal beberapa kali Aira melihat Resya melirik-lirik padanya.

Gilang mengangguk, "Ya udah gue duluan, jangan lari-lari lagi, ntar jatuh lagi lo!"

"Iyaaa,"

Gilang pergi meninggalkan Aira, lalu Aira memasuki perpustakaan dan langsung menghampiri Resya.

"Gak usah sok serius, mana ada orang baca buku matanya liat ke belakang." tegur Aira sambil mengambil buku bacaan Resya.

Resya melirik Aira menggunakan ekor mata, "Sok tau, lagian lo siapa ya?"

Aira mencolek pipi Resya, "cie ngambek anak setan, ya maaf."

"Ah bodoamat deh soal itu, jadi intinya lu mau bolos bareng gue besok?" tuh kan luluh, Resya tuh paling gak bisa kalo dia lagi ngambek terus orang colek-colek pipinya, kata dia jadi pengen ketawa.

"Nggak." tegas Aira.

"Ih nyebelin lu mh ah, lo tau kan gue tuh paling susah ngapal, dan besok tulang-tulang ini tuh harus udah hapal, trus harusnya malem tuh gue mau marathon drakor, nah trus gimana gue hapalnya, trus..."

Aira segera membungkam mulut Resay menggunakan telapak tangannya, "berisik Res, ntar lu di keluarin dari perpus, lo gak liat orang-orang pada ngeliatin lo?"

Resya menatap di sekelilingnya, "maaf ya temen-temen," ucap Resya sambil menganggukan kepala.

Aira mengambil dua buku Biologi lalu menarik Resya ke petugas yang berjaga.

He Belongs To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang