Langit Aneska ☁

34 5 1
                                    

"Bunda, Langit berangkat kerja dulu, ya. Nanti kalo bunda masih sakit, bunda ngga usah kerja." Cewe dengan rambut se bahu itu menghampiri sang ibunda, lalu mencium tangannya.

"Langit, maafin bunda, ya. Bunda ngga bisa kasih kebahagiaan buat kamu, diusia seperti ini, harusnya kamu  bermain dan bersenang-senang sama teman-teman kamu. Tapi, kamu malah harus berkerja setiap pulang sekolah, maafin bunda, langit,"ucap Ela- bunda Langit.

Langit tersenyum tulus, " Bunda, bunda ngga harus merasa bersalah. Ini juga kewajiban Langit buat bantuin bunda, sekarang bunda istirahat aja, ngga usah mikirin Langit, Langit udah gede kok bun."

"Yaudah, kamu hati-hati, ya. Kalo udah selesai kerja, langsung pulang,"tutur Ela.

" Iya, bun. Langit berangkat dulu, ya? Assalamu'alaikum. "

"Waalaikumsalam."

---

Langit sudah berada dalam sebuah cafe yang berada di daerah jakarta selatan. Ya! Langit berkerja di dalam cafe tersebut. Ia sudah berkerja sekitar 1 minggu yang lalu, semenjak bunda nya-Ela kecelakaan saat akan pulang dari berkerja.

Langit Aneska, namanya indah, namun tidak dengan jalan hidup nya. Ayahnya sudah meninggalkan nya dan ibunya selama 7 tahun yang lalu. Tepat ketika usianya baru menginjak 10 tahun. Ayah Langit meninggalkannya karena ayahnya memilih untuk bersama selingkuhan nya, dan menelantarkan istri beserta anaknya.

Tak hanya sampai disitu penderitaan nya, ia selalu saja menjadi bahan bullyan bagi teman-teman nya. Ia selalu diejek, dicaci, dan dihina. Namun, Langit menjadikannya sebagai acuanya untuk lebih bersemangat dalam berkerja agar bisa memperbaiki kondisi perekonomiannya.

"Langit, tolong kamu kasih ini ke meja no 27 di pojok sana ya,"ucap Lina-teman kerjanya.

Langit yang semula sedang melamun terkejut dengan suara Lina yang mengagetkan nya, " Eh, iya. Meja no 27,ya?"tanya nya.

"Iya, Langit. Makanya jangan ngelamun, napa!"ucap Lina, sambir sedikit terkekeh.

"Ehh, iya. Aku kesana dulu deh."kemudian Langit langsung mengantarkan makanan yang dibawanya menuju meja yang disebutkan tadi.

Sampainya di meja tersebut, ia terkejut karena melihat siapa yang memesan makanan yang dibawanya itu. Dia adalah Bunga dan Siska, saudara tiri nya sekaligus orang yang paling membencinya dan ibu tiri nya yang juga membenci nya dan bunda nya.

" Oh, sekarang lo jadi pelayan di cafe ini? Cih, pantes aja si,"ucap Bunga dengan sinis. Namanya memang Bunga begitu juga dengan parasnya, namun tidak dengan hati nya.

Langit mencengkram nampan yang ia bawa dengan kuat-kuat, ia sedang meredam amarah nya sekarang, ia tak boleh membuat keributan disini.

Langit menghembuskan nafas perlahan, "kenapa? Emang salah kalo aku jadi pelayan?toh ini juga pekerjaan halal," jawabnya dengan nada sesantai mungkin.

"Oh, lo sekarang udah berani ngelawan gue, hah?punya apa lo mau ngelawan gue?jadi pelayan aja sok-sok an." Bunga menaikan nada bicara nya.

"Emang kapan aku bilang ga berani ngelawan kamu?selama ini aku cuma diem, dan diem ku bukan berarti takut!" Langit harus bangkit sekarang, ia tak mau di rendahkan terus menerus.

"Cih, udah berlagak kamu sekarang?mana bunda kamu itu hah?apa dia gak ngajarin kamu sopan santun, gimana cara bicara sama orang yang lebih tua?"sekarang yang berbicara adalah Siska, ia sudah gregetan dari tadi, ingin sekali ia menghabisi anak tirinya ini.

" Maaf, bunda saya selalu mengajari saya untuk bersikap santun kepada orang yang lebih tua, namun, pada anda seperti nya saya tidak perlu bersikap seperti itu,"jawabnya santai.

"Beraninya kamu!! Saya ini juga lebih tua dari kamu!! Dasar kamu dan bunda mu sama saja, sama-sama rendah, "wajah Siska sudah memerah, emosinya sudah di ubun-ubun.

" Tapi maaf, rendahan siapa saya dan ibu saya, atau anda dan putri anda yang sudah mengambil seorang laki-laki yang sudah beristri dan mempunyai anak lalu anda mengambil kebahagiaan saya dan bunda saya! Saya tanya, rendahan siapa?"ucap Langit dengan penekanan kata disetiap ucapannya.

Siska sudah merah padam sekarang, ia sudah sangat marah, "KURANG AJAR SEKALI KAMU! KAMU NGGAK TAU KALO SAYA INI... "ucapannya terpotong karena Langit segera menyela perkataannya, "kalo anda itu istri dari pak Wijaya yang bernotabe sebagai AYAH SAYA YANG ANDA REBUT. Right?"ucap Langit sambil menekan kata 'Ayah saya yang anda rebut', lalu Langit menghembuskan nafas kasar, " Ingat ya! Mau bagaimanapun pak Wijaya itu tetap ayah KANDUNG saya, dan kamu BUNGA, kamu hanya anak tirinya, dan anda bu Siska anda juga hanya ISTRI SIRI nya saja."setelah mengatakan itu Langit langsung pergi menuju dapur.

"Berani sekali dia, Bunga!kamu harus hancurkan hidup Langit! mama ga mau lagi liat anak itu tertawa atau bahagia,mama gak akan biarin dia dan bundanya itu hidup tenang, kesabaran mama sudah habis, mama udah eneg banget sama anak itu!"ujar Siska sambil melirik sinis kearah Langit pergi.

" Tenang aja ma! Bunga bakal hancurin hidup Langit! Liat aja lo Langit, lo akan nyesel udah pernah ngucapin kata itu sama gue dan mama gue."Bunga tersenyum smrik, lalu ia dan mama nya keluar dari cafe tersebut.

-🌹-

“Aku harap, suatu hari akan  datang seseorang yang akan menguatkan ku ketika aku sedang jatuh dan terpuruk seperti sekarang. Yang aku tau cinta tak semuanya akan se tragis kisah di novel dan kisah orang tuaku. ”

~Langit Aneska

𝘽 𝙪 𝙢 𝙞  𝚄𝚗𝚝𝚞𝚔  𝙇 𝙖 𝙣 𝙜 𝙞 𝙩  [𝚂𝚎𝚌𝚘𝚗𝚍 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢:]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang