"Cinta itu simpel. Hanya terkadang gengsi yang membuatnya rumit."
-☀✨-
"Langit, lo beneran berangkat bareng kak Bumi?"
"What? Beneran, Ngit?"
"Miapa lo berangkat bareng kak Bumi?"
"Woyy, Langit. Ditanyain malah silent bae,"
"Cukup Lina, Lisa. Gue pusing, kalian udah nanyain itu 23 kali tau ga? Gue juga udah jawab tadi," Langit kesal. Pasalnya Lina dan Lisa (sahabatnya) selalu menanyakan hal yang sama sejak 1 jam sebelum istirahat.
"Maaf, Ngit. Kita cuma mau mastiin itu bener apa engga. Soalnya hal mustahil banget kalo seorang Bumi Angkasa membonceng cewek dijok belakang motornya," ucap Lisa, lalu diangguki Lina.
Langit mengernyit bingung, memang siapa Bumi? Mengapa seperti orang istimewa disini. Bahkan Langit sendiri tak tau siapa Bumi.
"Apaan sih? Gue cuma bonceng aja, ga lebih. Aneh banget kalian," balas Langit, lalu mempercepat langkahnya menuju kantin. Lina dan Lisa segera mengebor Langit dari belakang.
"Yaelah Langit, gitu aja ngambek. Lo ngga tau siapa kak Bumi?" ucap Lisa setelah ia dan Lina berhasil menyusul langkah Langit.
"Siapa emang?" tanya Langit.
Lina dan Lisa memandang cengo kearah Langit, ya Allahkenapa kita punya sahabat kudet kaya dia, batin mereka.
"Ya Allah Ngit, lo kudet banget sumpah," ujar Lina sambil menggelengkan kepalanya.
"Emang dia siapa? Orang penting? Nggak kan, jadi ngga perlu diinget. Nginget nama pahlawan aja astaghfirullah, kuker nginget dia," ucap Langit dengan wajah datarnya.
Lina dan Lisa seketika menepuk kening mereka, ampun, tobat punya sahabat modelan kaya Langit, tukang ngeles.
"Sekarang kita nanya sekali lagi," ucap Lisa, sambil memandang kesal kearah Langit.
"Apaan?" ketusnya.
"Siapa mantan ketos kita?" tanya Lisa.
Langit berpikir sejenak, lalu tersenyum sumringah. "Nahh, kalo ini mah gampang," ujarnya.
Lisa dan Lina bernapas lega, setidaknya mereka tau Langit tak se-kudet yang mereka bayangkan.
"Siapa?" tanya Lisa dan Lina, kompak.
"Kak Andre," serunya sambil menyengir lebar.
Seketika senyum Lisa dan Lina pudar perlahan. "Bodo ah, Ngit. Capek, terserah lo. Terserah," kemudian Lisa dan Lina beranjak pergi menuju kantin meninggalkan Langit yang memasang wajah datarnya.
"Gue salah?"
*
"Duh, dimana si mereka berdua, main tingal-tinggal aja. Awas aja," gumam Langit sambil cekingukan mencari-cari dua sahabatnya, Lina dan Lisa.
'Bruk' ada seseorang yang sengaja menabrak bahu Langit dari belakang, sehingga membuat sangat empunya terhuyung kedepan.
"Aish," ringis Langit. Lalu ia segera menoleh kearah seseorang yang menabraknya.
"Bunga," lirihnya. Ternyata yang menabraknya adalah Bunga, saudara tirinya dan dua sayang nya. Sedangkan wanita yang bernama bunga itu tersenyum miring.
"Apa?" tanyanya sambil melirik sinis kearah Langit.
"Kalo jalan liat-liat dong," ucap Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽 𝙪 𝙢 𝙞 𝚄𝚗𝚝𝚞𝚔 𝙇 𝙖 𝙣 𝙜 𝙞 𝙩 [𝚂𝚎𝚌𝚘𝚗𝚍 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢:]
Teen Fiction-𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝, 𝙨𝙚𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙣𝙮𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙇𝙖𝙣𝙜𝙞𝙩 -𝙱𝚞𝚖𝚒 𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊