Pagi ini Langit akan pergi ke sekolah, ia sedang menuruni anak tangga yang menghubungkan lantai bawah dengan lantai atas dimana kamarnya berada.
"Bun! Langit langsung berangkat aja, ya. Soalnya bis jemputan ronde ke dua bentar lagi sampe,ucap Langit sambil menuruni anak tangga tersebut.
Bunda nya-Ela yang sedang pun langsung menghampiri putri tersayang nya itu, " Kok ngga sarapan dulu sayang? Nanti kamu sakit,"tutur nya lembut, sambil membelai rambut Langit.
"Maaf ya, bun. Langit ngga bisa sarapan, soalnya bis jemputan nya 5 menit lagi sampe," jelas Langit sembari tersenyum.
"Yaudah deh, tapi nanti disekolah sarapan ya, sayang. Nanti mag kamu kambuh," ucap Ela. Lalu Langit tersenyum tulus sambil mengangguk, "iya, bun. Bunda harus banyak istirahat, ya." Langit kemudian mengambil tangan kanan bundanya kemudian mencium nya.
"Langit berangkat, bun. Assalamu'alaikum"seru Langit, sambil berjalan menjauh lalu melambaikan tangannya.
Ela membalas lambaian dari Langit lalu tersenyum samar, " Waalaikumsalam," tanpa disadari, air matanya luluh begitu saja, "maafin bunda Langit, gara-gara bunda kamu harus menderita dan banyak menanggung beban."
---
Langit sedang berjalan menuju halte bis yang akan ditumpangi nya untuk kesekolah sekarang, jarak dari rumah nya ke halte tersebut lumayan jauh, maka dari itu ia harus datang lebih awal agar tidak ketinggalan bis nya.
Matahari tampak samar hari ini, dan banyak awan yang mendung, sepertinya alam memang mengerti bagaimana keadaan Langit sekarang memang semenjak kejadian kemarin dimana ia bertemu dengan keluarga tirinya, ia bahkan tak bisa beristirahat, ia juga tidur sangat larut semalam, Langit tampak lesu dan kelelahan.
Ia tak bisa berpikir, bagaimana ia bisa melawan mereka kemarin, ada kekuatan dari mana dirinya itu, ia tau setelah ini Bunga pasti akan merencanakan hal lebih jahat lagi untuk nya, dan langit harus siap menerimanya.
Terkadang Langit berpikir apakah Tuhan tak sayang padanya, apakah Tuhan tak ingin melihat ia bahagia, apakah ia diciptakan hanya untuk dihina dan dipermainkan. Namun ia yakin meski tak harus ada pelangi sehabis hujan, pasti akan ada langit yang cerah, dan tumbuhan yang bergembira setelah turunnya.
Saat ini ia tengah duduk di halte dimana ia akan naik bis untuk pergi kesekolah nya. Ia menunggu bis tersebut sambil membaca novel dan mendengarkan musik favorit nya dengan earphone kesayangan nya.
"Setiap ada pertemuan maka akan ada perpisahan, namun perpisahan bukan akhir dari pertemuan itu, namun ia adalah sebuah awal yang baru dari sebuah kisah yang telah berakhir," gumamnya ketika membaca novel tersebut.
"Pertemuan itu manis, perjalanan itu pedas, dan perpisahan itu pahit," Mata nya terfokus pada salah satu kalimat yang terletak dipojok akhir novel miliknya, "kaya makanan aja, banyak rasa."
Setelah itu ia pun melanjutkan membaca novel sambil sesekali bersenandung mengikuti Irama musik yang ia dengar kan. Tak lama kemudian ketika ia sedang asik membaca novel, ada sebuah montor sport hitam yang melaju tepat didepan halte dengan kecepatan tinggi. Alhasil karena di jalan tersebut ada genangan air, maka air tersebut menyiprat kearahnya.
"Akh, basah kan! Woy, berhenti." Langit berteriak kencang agar pengendara tersebut berhenti, namun usahanya sia-sia, "ck, gimana ini. Baju ku basah, mana bau lagi," gerutunya sambil menepuk-nepuk seragamnya yang basah.
Langit terus saja menggerutu daam hati dan menyumah serapahi pengendara motor tadi, gara-gara dia Langit harus berlari lagi kerumah nya dan mengganti seragam miliknya dengan yang lain. Dan karena itu pula ia harus ketinggalan bis jemputan ronde kedua,mau tak mau Langit harus berjalan kaki untuk sampai kesekolah. Ia tak mau jika harus ketinggalan pelajaran hanya karena tak ada kendaraan.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽 𝙪 𝙢 𝙞 𝚄𝚗𝚝𝚞𝚔 𝙇 𝙖 𝙣 𝙜 𝙞 𝙩 [𝚂𝚎𝚌𝚘𝚗𝚍 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢:]
Novela Juvenil-𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝, 𝙨𝙚𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙣𝙮𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙇𝙖𝙣𝙜𝙞𝙩 -𝙱𝚞𝚖𝚒 𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊