Suara dentuman musik dj terdengar jelas sekali dari dalam sini. Banyak sekali orang yang menari-nari dalam keadaan mabuk, merokok, dan lain-lain. Dan disini lah keberadaan seorang Bumi Angkasa beserta teman-teman nya, didalam sebuah club yang berada dalam pusat kota jakarta selatan.
"Bro, lo kok tumben ga minum? Mau insaf lo? Hahaha,"racau Bima, Bumi tau jika Bima sedang mabuk, mangkanya ia hanya mengabaikan ucapannya.
" Lo kenapa, Mi?"tanya temannya Bumi yang lain.
Bumi hanya menggeleng, teman nya tau jika Bumi terlihat sedih pasti tentang keluarganya.
"Mi, lo bisa cerita sama gue. Gue tau pasti ini tentang bonyok lo kan?" duga temannya-Sakti.
"Iya, Ti. Gue ga tau lagi harus gimana, bonyok gue ga pernah bisa akur, setiap hari berantem dan ujung-ujungnya pasti ada kata cerai. Gue takut kalo mereka berdua bener-bener cerai, Ti!" jelas Bumi.
"Mi, apa lo sayang sama mereka?"tanya Sakti.
Bumi mengangguk, " Iya, gue sayang mereka berdua, tapi ga tau mereka sayang gue apa nggak,"
"Mereka pasti sayang lo, Bumi. Karna lo itu anak nya,"tukas Sakti.
" Sayang?" Bumi tersenyum getir, "apa sayang namanya kalo selalu bertengkar depan anaknya sendiri?apa sayang namanya kalo lebih mentingin kerjaan dibanding anak? Kadang-kadang gue ngerasa jadi anak yng ga diinginkan didunia ini."
"Tenang sob, mereka mungkin nunjukin kasih sayang mereka lewat cara yang berbeda, kita temen-temen lo bakal tetep sama lo," ujar Sakti, memang diantara Bumi, Bima dan Sakti, hanya Sakti lah yang paling bijak.
Bumi mengangguk samar, "iya, gue tau."
Tak terasa Bumi dan teman-temannya sudah berjam-jam berada dalam club tersebut, akhirnya Bumi dan teman-temannya memilih untuk pulang kerumah masing-masing karena malam sudah terlalu larut, bahkan hampir pagi.
'Ceklek' baru saja Bumi membuka pintu rumahnya, ia sudah di sambut oleh tatapan tajam orang tuanya.
"Dari mana aja kamu, Bumi?"tanya Andre-papa Bumi dengan suara bariton khas nya.
" Sama temen,"singkatnya.
"Kemana?"
"Gaperlu tau, urusin aja pekerjaan kalian," Bumi sudah muak dengan sikap orang tuanya ini, mereka selalu saja memarahinya namun tak pernah sesekali memperhatikan nya.
"Sopan sekali bicara mu, Bumi Angkasa!" Bentak Andre.
Bumi memutar bola matanya malas, "why? This is true?"
"Berani nya kamu!" Andre sudah mengangkat tangannya, hendak menampar Bumi, namun tangannya dicegah oleh Elina-mama Bumi.
"Jangan, pa!dia anak kamu, jangan kasar!"ujar Elina.
Kemudian Andre menurunkan tangannya, "Kadang-kadang anak kurang ajar kaya dia harus dikasih pelajaran!"tegas nya.
Bumi tertawa remeh, "Kurang ajar?memang siapa yang udah ngajari Bumi?bahkan waktu buat Bumi aja kalian ga ada, kan? Jadi jangan salahin Bumi kalo Bumi jadi brandalan, introspeksi diri, ma, pa," ujarnya lalu ia segera naik ke lantai atas dimana kamarnya berada.
Orang tuanya begitu tertohok dengan ucapan Bumi, "pa, apa kita salah ya lebih mentingin pekerjaan daripada bumi?"ucap Elina.
" Ngga! Pekerjaan kita memang lebih penting, Bumi nya saja yang keterlaluan."tukas Andre.
Sampainya di kamar Bumi membuka Hp nya, sudah ada beberapa notice didalamnya, dari Glen-kakanya, para fans nya, dan sahabat nya. Ia memilih untuk membuka room chat grup dirinya dan para sahabat nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝘽 𝙪 𝙢 𝙞 𝚄𝚗𝚝𝚞𝚔 𝙇 𝙖 𝙣 𝙜 𝙞 𝙩 [𝚂𝚎𝚌𝚘𝚗𝚍 𝚂𝚝𝚘𝚛𝚢:]
Teen Fiction-𝘾𝙞𝙣𝙩𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝, 𝙨𝙚𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝 𝙨𝙚𝙣𝙮𝙪𝙢𝙣𝙮𝙖 𝙇𝙖𝙣𝙜𝙞𝙩 -𝙱𝚞𝚖𝚒 𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊