2. Leviathan Evander Calictus

27 4 11
                                    

Namanya Leviathan, biasanya kalo baru kenal orang orang memanggilnya Levi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Namanya Leviathan, biasanya kalo baru kenal orang orang memanggilnya Levi. Tapi dia pribadi lebih suka dipanggil Evan. Katanya nama Levi seperti nama tokoh anime One Piece dan ia benci itu.

Jam menunjuk angka 7 dimana suhu kota sedang dingin-dinginnya, itu sebabnya Evan lebih memilih meringkuk dibawah selimut daripada repot repot berangkat sekolah.

Tapi sialnya seseorang menggedor pintu kamarnya dengan brutal. Evan tidak perlu melihat untuk memastikan siapa oknum kurang ajar dibalik pintu. Itu sudah pasti Detra, atau yang biasa ia panggil Dejun.

"Bangun woi sinting ya lo jam segini masih selimutan kaya putri kerajaan?!" Dejun memekik saat memasuki ruangan, suaranya sungguh mengganggu bagi siapapun, tapi tidak untuk Evan. Dirinya sudah kelewat khatam dengan perilaku sahabatnya.

"Wah diteriakin malah makin nyenyak ya lo tidurnya?! bangun atau gue obrak abrik nih kamar?!" Dejun masih sama histerisnya tapi Evan sama sekali tidak terganggu, alih alih bangun, ia malah merubah posisi tidur memunggungi Dejun sambil memeluk erat guling kesayangannya.

"Sumpah, ngajak perang ya lo.".

Dejun yang telah mencapai puncak kesabarannya pun berjalan dengan kesal ke pojokan kamar Evan, mengambil sebuah gitar yang tergantung disebelah lukisan abstrak karya sahabatnya sendiri.

Dejun memetik gitar asal, memastikan senar senar gitar sahabatnya menghasilkan nada yang benar. Disisi lain Evan menjadi tidak enak hati, ia merasa harus menghentikan Dejun secepatnya.

"What would I do without your smart mouth, drawing me in, and you-"

"FINE. GUE BANGUN." Evan memotong nyanyian Dejun sambil berteriak frustasi.

Bukan apa apa, ini masih pagi dan dirinya sudah disuguhkan penampilan dadakan dari Dejun dan gitarnya. Bukan karena suara Dejun jelek, tapi dirinya stress karena selama 2 tahun berteman dengan Dejun, dirinya sanggup memainkan lagu All Of Me paling sedikit 15 kali dalam sehari.

"Nah. Lo mah harus diancem dulu, males." Dejun pura2 merajuk sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ah berisik lo kaya cewe aja." Jawab Evan sambil menarik bibir kerucut Dejun yang kontan dibalas pukulan oleh temannya.

"Terserah, pokoknya cepet sana lo mandi, siap-siap. Lupa ya lo sekarang sekolah????" Dejun mulai bertindak seperti ibu ibu yang cerewet lagi. Evan memutarkan bola mata yang langsung dibalas pelototan tajam olehnya.

"Yaudah iya iya udah jangan galakin gue lagi." Final Evan pada akhirnya yang sudah lelah bertengkar dengannya.

"Gitu dong daritadi. Yaudah nunggu apalagi? Cepet sana mandi!" Perintah Dejun dengan senyum kemenangan.

Sebal karena ia kalah telak, Evan berniat untuk balas dendam pada Dejun.

Sangat menguntungkan bagi Evan karena Dejun masih duduk ditepian ranjang, tak perlu waktu lama, ia segera meraih pinggang sahabatnya lalu menglingkarkan tangan disana. Dejun mengernyitkan keningnya, merasa jijik dengan perlakuan yang ia dapat.

"Mandiin~" ucap Evan dengan nada manja dan aegyo yang dibuat buat dan langsung dibalas oleh teriakan sahabatnya.

"NAJIS."

.

.

.

Pada akhirnya Dejun berhasil memaksa Evan untuk berangkat sekolah dan kini keduanya sedang mengambil buku pelajaran di lokernya masing masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada akhirnya Dejun berhasil memaksa Evan untuk berangkat sekolah dan kini keduanya sedang mengambil buku pelajaran di lokernya masing masing. Saat Dejun memasukkan beberapa buku ke dalam loker, ia mendapati beberapa bungkus coklat didalam lokernya, ia menghela nafas lalu menutup lokernya dan berbalik untuk berbicara dengan Evan.

"Lo hari ini dapet berapa?" Tanyanya sambil menunjukan 4 batang coklat dengan bungkus pink yang kelewat manis.

"Umm bentar.. 1..2..7. Gue dapet 7. Padahal Valentine masih lama." Jawab Evan dengan wajah datar, mereka memang sudah biasa dengan situasi seperti ini, biasanya yang repot repot mengirim coklat tiap hari adalah para secret admirer mereka.

"Gila kali ya pengen gue diabetes apa penyakitan apa gimana sih-" Omelan Dejun terpotong oleh pekikan perempuan yang mengejutkan.

"Aduhhh sorry kak, sorry banget saya lagi buru buru. Kakak gapapa kan? Yaudah ya kak maaf ya sekali lagi." Rupanya perempuan itu menabrak Evan dan ia meminta maaf dengan tergesa gesa.

"Eh enak aja liat nih buku buku gue jatoh, coklat gue juga patah, tanggung jawab dulu kek." Evan memarahi perempuan itu tapi perempuan itu sepertinya benar benar sedang diburu waktu.

"Aduhh kak, maaf banget ini kalo minta ganti rugi ke temen saya aja tuh dibelakang, saya bener bener harus pergi sekarang. Cuy tolongin dulu ya! Nanti gue ganti uangnya!" Perempuan itu menunjuk perempuan lain dibelakangnya dan segera berlari meninggalkan tempat itu.

Sedangkan perempuan satunya kebingungan dan jengkel mendengar temannya dengan seenak jidat melontarkan tanggung jawab kepadanya, baru saja ia mau mengomel, kakak kelas dihadapannya sudah menagih pertanggung jawaban duluan.

"Eh, lo ya yang dia maksud. Ayo tanggung jawab." Panggil Evan dengan sedikit jengkel. Bukan apa apa, sebenarnya kalau cuma masalah coklat dirinya tidak begitu peduli, namun Evan sedang dalam mood tidak baik pagi ini.

"Yaudah deh kak, berapa? Segini cukup ga" Jawab perempuan itu sambil mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari dompetnya.

"Lah siapa yang butuh duit lo?" Jawab Evan yang membuat wanita itu mengerutkan keningnya.

"T-terus maksud kakak gimana?"

Evan melayangkan tas pada perempuan itu yang langsung ditangkap dengan sedikit kewalahan karena badan perempuan itu sedikit mungil.

"Mahligai Serrafina-" Evan membaca name tag perempuan itu.

"Jadi babu gue, seminggu." 

· · ───── ·✧· ───── · ·

hii welcome back to another part of this story!! so how's your first impression to Detra Juan & Leviathan Evander?

i really hope you all could enjoy my story!!! let's meet again in the next chapter ><

AmorphousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang