Pagi hari Pricilla terbangun dari tidurnya, dia baru saja mendengar suara pertengkaran kedua orangtuanya.
Dan dia sudah mengetahui dari mana keributan itu berasal.
"Arghh, bisa diam ga sih" teriak Pricilla dari atas.
Namun mereka tidak menghiraukan teriakan nya itu. Entah kapan masalah itu akan selesai.
"Saya sudah capek-capek kerja, tapi apa? Kamu tidak pernah mendidik anak mu dengan benar"
"Itu anak mu juga ya mas, kamu juga harus bisa mendidik dia bukan hanya sibuk dengan kerjaanmu itu"
"Harusnya itu kamu yang mendidik anak mu itu bukanya sibuk dengan urusan mu yang tidak penting itu"
"Kamu yang sibuk, kamu yang kurang peduli"
"JAGA PERKATAAN MU"
Hampir saja papa nya ingin memukul mama nya. Pricilla segera menghentikan keributan tersebut.
"Stop, bisa ga sih kalian sekali aja ga ribut? Cila capek dengarnya" teriak Pricilla dan tak sengaja ia meneteskan air matanya.
"Pusing pa.. ma.. liat kalian tengkar. Kapan bisa damai nya? Kalau tiap hari gini aja terus"
"Ya itu, karena kamu penyebab masalah ini"
"Coba kamu bisa jadi anak yang baik bisa banggain orangtua, bukannya sekolah yang bagus malah kelakuan ga benar"
"Iya pa, emang semua itu salah aku. Aku emang ga bisa dibanggain"
"Cila udah berusaha jadi apa yang kalian mau. Tapi apa, aku ga pernah dapat perhatian dari kalian. Kalian selalu sibuk, ga pernah peduli dengan kehadiranku" Pricilla semakin bergetar ia terus meneteskan air matanya.
Ia sudah tidak sanggup lagi menghadapi semua permasalahan seperti ini di hidup nya. Ia selalu mencari cara untuk mengakhiri hidupny, namun selalu saja gagal.
Pricilla menghela nafas "Pa.. ma aku cuman pengen kalian damai. Aku mau keluarga kita harmonis kaya dulu hanya itu saja" Ia langsung memeluk kedua orangtuanya.
"Udahlah, papa sibuk" ucap papanya menepis pelukan Pricilla dan bergegas pergi.
"Mama juga masih ada urusan" ucap mamanya berlalu pergi dari hadapannya.
Pricilla hanya bisa menatap kepergian kedua orangtuanya yang sama sekali tidak memperdulikan kehadirannya.
Ia langsung terduduk di sofa, ia menundukan kepalanya. Ia merasa hidupnya begitu tidak berguna lagi dimata orangtuanya.
"Tuhan, kenapa sih orang tua ku. Kenapa mereka tidak pernah peduli dengan kehadiran ku. Aku seperti sampah yang tidak berharga bagi mereka, kenapa aku yang selalu disalahkan"
Pricilla berteriak "Arghhh, aku capek"
"Sabar ya non" ucap pembantu menghampiri Pricilla dan sambil mengelus punggungnya dengan lembut.
"Iya bi, makasih ya" ucap Pricilla dan langsung memeluk bibinya.
Terdengar isakan tangis dari mulutnya. Ia tidak kuat lagi menahannya.
***
Waktu sudah menjelang malam. Malam ini Pricilla mengenakan dres putih dan terlihat cantik.
Ia pun langsung beranjak kebawah.
"Bi..?" Panggil Pricilla sambil menuruni anak tangga.
"Iya non?" Tanya bibi yang keluar dari arah dapur.
"Bi, cilla jalan ya sama teman"
"Nanti kalau ibu sama bapak nyariin gimana non?"
"Hm, mereka mana ada peduli sama cila, yaudah bi cila pergi dulu"
"Non, ga makan dulu?"
"Engga deh bi, nanti aku makan diluar"
"Oh, baik non. Hati-hati ya non"
Diluar Pricilla langsung memasuki mobil yang sudah menunggunya didepan sedari tadi.
"Hai, Rey kamu udah nunggu lama?" Tanya nya pada seorang cowo yang adalah kekasihnya.
"Ga dong sayang. Oh ya, kamu mau nya kemana nih?"
"Terserah aja, aku ngikut"
"Ok babyy"
Didalam perjalanan mereka saling asik berbincang dengan canda tawa.
***
Setelah beberapa menit dijalan mereka pun tiba disebuah cafe yang dipenuhi anak muda.
"Sayang kamu suka kan tempatnya?"
"Iya suka sayang"
"Oh ya kamu mau pesan apa?" Ucap Rey sambil menyodor buku menu kepada Pricilla.
Setelah sudah memesan makanan dan minuman. Mereka sambil menikmati seputing rokok berdua.
Dan waktu sudah hampir larut malam. Ya, malam ini ia sangat puas menghabiskan waktunya bersama pacarnya Rey sampai masalah yang sedang ia hadapi pun serasa hilang seketika.
"Rey, udah malam nih. Pulang yuk" ajak Pricilla yang sudah merasa lelah.
"Bentar lagi sayang, duduk dulu deh kamu sini" ucap Rey sambil meminum secangkir bir.
"Ini kamu minum dulu"
"Engga ah, aku udah kenyang" tolak Pricilla karna ia sudah cukup banyak meminum minuman bir itu.
"Bentar ya sayang ini ku habiskan dulu, sayang dibuang kan. Kaya cinta ku padamu"
"Ih, apaan sih Rey"
***
Kemudian sesampai di rumah Pricilla. Rey mengecup kening Pricilla tanda sebuah perpisahan mereka.
"Makasih ya Rey"
"Iya sayangku, apa yang ga sih buat bidadariku"
"Haha.. Lebay ah, yaudah kamu hati-hati ya"
"Ok bye sayang. Loveyou"
"Love you to"
Pricilla langsung beranjak masuk kedalam rumahnya. Malam ini ia merasa sangat lelah bercampur kebahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Out Of Suffering
Short StoryAgatha Pricilla terlahir dari sebuah keluarga yang berantakan. Pricilla mempunyai orang tua yang sering bertengkar, yang sibuk dengan urusan mereka sendiri, dan tidak memperdulikan satu sama lain. Pricilla yang begitu sangat kecewa dan benci dengan...