1.

351 17 2
                                    


"BADAI DATANG.. TURUNKAN LAYAR.."

Teriak awak kapal panik. Angin bertiup kencang membelah samudera membuat oleng kapal Andreas KP 590 hingga menabrak batu karang yang berdiri gagah, naas membuat bagian depan kapal rusak fatal.

Kapten awak kapal berseru lantang, menuntun para penumpang ke arah bagian belakang dimana ada beberapa sekoci yang tersedia, mereka menaiki perahu bermuatan kecil itu. Ada sepuluh Sekoci yang cukup untuk sembilan orang di masing-masing perahu penyelamat tersebut.

"Mama.. Hiks hiks,, Maaaaa MAAAA,"
Teriak gadis kecil berumur empat tahun. Rambutnya hitam bergelombang sepanjang melewati bahunya, berlari dengan kaki mungilnya tak hentinya berteriak memanggil sang Ibu.

"Wenwen... Dimana kau nak! Wenwen..!"
Sementara itu wanita seperempat abad tengah berlari dengan wajah khawatir, Ia kehilangan anaknya saat orang-orang mulai berlarian setelah terjadinya tabrakan keras dengan batu karang.

"Nyonya Huang, apa yang anda lakukan? Tuan Huang sudah menaiki perahu, Ayo.. Cepat!"
Kapten kapal menarik lengan Nyonya Huang dengan agak memaksa karena tuannya sudah berada di perahu penyelamat mereka.

"Tidak! Bagaimana dengan anak ku?"
sahut Nyonya Huang bersikeras. Hati seorang Ibu takkan sanggup menghela nafas lega jika Ia belum menemukan anak perempuan semata wayangnya.

"Baiklah.. Aku yang menggantikan anda untuk mencarinya, Nyonya! Anda susul lah Tuan Huang!"
Bujuk Kapten awak kapal tersebut lembut. Padahal ini ulang tahun Huang Wenle anaknya dan mereka berencana merayakannya di atas kapal pesiar milik mereka sendiri namun ditengah acara perayaan di perjalanan terdapat kabut tebal juga badai datang melanda kapal tersebut.

...

Suara derap kaki dengan pantofel mengisi penjuru ruang kapal yang hampir karam tersebut.

"Nona Wen... Nona Wen.. Nona Wen..!"

Kapten itu tanpa lelah menelusuri tiap-tiap bagian juga ruangan yang ada di kapal pesiar itu hingga Ia memasuki ruang gudang pada kapal bagian pojok.

Dengan perlahan beliau menuntun arah pandangan agak temaram dalam kegelapan malam.

Hiks..!

DEG!

Mendengar isak tangis seseorang membuatnya menghentikan langkahnya, Ia mulai menajamkan pendengaran.

Kapten tersebut mengintip ke bawah meja dekat persediaan bahan pangan di letakkan. 'Oh Tuhan terima kasih' batin kapten tersebut.

Ia mulai mendekati tubuh anak kecil dengan balutan dress merah tersebut.

"Hei.. Nona Wen, Ayo kita keluar dari sini!"
Ajaknya, mengulurkan tangan sembari tersenyum manis. Anak kecil yang semula menangis dengan membenamkan kepala di antara lututnya itu mendongakkan kepalanya kemudian dengan tubuh gemetar menerima uluran tangan sang Kapten.

Sang Kapten menyambutnya dengan perasaan lega kemudian menggendong Wenle ala bridal style dengan berlari begitu kencangnya tanpa lelah pikirannya hanya satu, 'Anak ini haruslah sampai pada kedua orang tuanya'

"Oh Tuhan.. Wenwen kemari nak!"
Gadis berbadan mungil itu menubruk tubuh Ibunya setelah turun dari gendongan sang Kapten. Ia mengusap tangis Ibunya dengan jemari gempal miliknya.

Mereka tertawa entah apa yang menurut mereka lucu. Kapten itu memasuki sekoci terakhir, sekoci yang di naiki tuan dan Nyonya Huang. Tetapi.. bunyi memekakan telinga terdengar nyaring menyeret tubuh Wenle yang belum sempat menaiki sekoci, terseret keluar seakan tertarik membuat Nyonya Huang berteriak histeris.

❀FOUND YOU❀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang