5.

93 11 12
                                    

FOUND YOU

Pagi itu sinar matahari menyapa dengan senyum cerahnya. Berbeda dengan keadaan pada kediaman tuan Huang yang kacau akibat ulah si cantik nan polos putri bungsu mereka.

Wenle terbangun setelah kepergian Jaemin beberapa jam yang lalu,Ia mencari sosok pria tampan tersebut. Mengelilingi ruangan yang tak kecil ini, terlalu banyak pintu hingga membuat Wenle sulit mendapati batang hidung pria yang menemaninya hampir setengah tahun belakangan.

"Minnhh... Minnhh... Hiks hiks.. Minnh..." Isak tangis kecil terdengar dari bibir merah nan mungil Wenle. Ia sudah lelah berkeliling dengan cara berjalan sedikit mengangkang,juga menjinjing sebuah buku untuk minta dibacakan.

Saat itu Nyonya Huang sedang melakukan rutinitas pagi di halaman belakang,Ibu dari Huang Wenle itu menyiram tanaman hias miliknya tersebut. Berhenti sejenak, kala gendang telinganya mendengar teriakan sang putri yang memanggil Jaemin.

Wanita yang tak lagi muda itu melepas peralatan berkebunnya dan bergegas memasuki rumah bergaya eropa itu,berlari kearah anak gadisnya yang telah berlinang air mata terduduk di tengah ruangan nan luas. Menghampiri dan memeluk anaknya tersebut,mengusap punggung Wenwen sayang.

"Ada apa sayang?"
Tanya Nyonya Huang pelan,agar Wenle mengerti.

"Miinnh.. Kuuu ba.. caaa.. Miinnhh hiks hiks hiks.. Miinnh ba.. Bacaa.. Miinnhh,"
Wenle memaksakan lidahnya agar mengeluarkan kosakata,meski yang keluar malah suara bagai balita umur dua tahun. Namun Nyonya Huang yang mengerti membelai sayang rambut panjang yang tergerai itu,menghapus jejak-jejak airmata yang mengganggu wajah cantik Wenle.

"Oh sayang~ Apa kau ingin dibacakan buku cerita ini oleh Jaemin?" Tanya Nyonya Huang lagi dengan lemah lembut, yang dibalas anggukkan pelan oleh Wenle.

Ia masih sesenggukkan tak menemukan Jaemin dimana-dimana,membuat gadis berpiyama biru itu kalang kabut. Tentu saja bukankah pangeran kita sudah pulang ke asalnya?

Nyonya Huang berjalan ke arah telpon rumah kemudian menelpon Hendery untuk pulang tak lupa menyuruhnya menjemput Shanshan. Siapa tau Wenle dapat terhibur dengan adanya mereka berdua yang selalu membuat gaduh di kediaman ini.

Setelah menghubungi anak pertamanya. Nyonya Huang membantu Wenle untuk berdiri, menggenggam tangan mungil yang kini bercat warna warni. Ah~Itu ulah Jiangshan yang senang mendandani Wenle akhir-akhir ini.

Meski masih mengenakan pakaian tidur, Wenle terlihat manis dengan wajah bantalnya. Nyonya Huang mengajak Wenwen ke halaman depan untuk kemudian duduk di teras beralaskan karpet tersebut. Nyonya Huang menyisiri rambut Wenle yang agak berantakkan berujung kusut dimana-dimana karena menangis keras,bahkan hidung Wenle masih terlihat memerah,sesekali masih terdengar senggukan dari bibir merah cerinya.

.
.
.
.
.
.
.
.

Hendery mau pun Jiangshan tiba di Mansion Huang saat Ibunya yang masihlah cantik itu menganyam rambut tergerai adiknya.

"Mama," panggilnya dengan suara husky khas miliknya. Ia mengecup pipi kiri dan kanan Ibunya dan memeluk Wenle,mengusak rambut Wenle gemas.

"BIBI... WENWEN JIIIEEE KYYAAA KAU IMUT SEKALIII,"
Pekik Shanshan heboh. Nyonya Huang hanya menggelengkan kepalanya, itu sudah biasa. Tapi berbeda saat Wenle yang kembali menangis. Bukan.. bukan karena terkejut dengan suara Shanshan alih-alih Wenle malah memeluk Jiangshan erat. Bergumam tak jelas seakan mengadu apa yang Ia alami barusan dengan wajah lugu nan polos. Sepertinya Wenle mulai dekat dengan Jiangshan sejak insiden mp3 player yang Wenle tak mengerti tersebut.

Jiangshan ingin memekik girang dengan satu tangan menggapai-gapai smartphone miliknya,memberi kode Hendery untuk difoto dengan Wenwen atau malah mengabadikannya lewat video yang membuat Jiangshan sumringah.

❀FOUND YOU❀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang