0.0

99 4 15
                                    

--Him--

Orang bilang dia dingin.
Jangan mendekatinya, kamu akan jadi beku karenanya.

Jangan mendekat padanya, jangan.
Dia bukan orang yang pantas kamu dekati.
Dia tak pantas. Tidak.

Orang orang terus memberi aku peringatan.
Satu dua tiga empat.
Mereka terus mencerca aku karena memaksa mendekat padanya.

Dia hanya manusia biasa.
Sekadar manusia.
Dia tidak sedingin itu, hatinya tidak segelap itu.

Yang kalian katakan tidaklah benar. Tidak.
Dia tidak jahat, tapi dunia lah yang jahat.

Dunia sering melukai dia.
Menghancurkan dirinya.
Dia hanya... Terlalu lelah.

Dia dingin. Dia diam.
Dia hanya menahan segala lukanya sendiri.
Dia tidak seburuk yang kalian tuduhlan.

Orang bilang dia hanya berandalan.
Tapi bagiku dia seorang pangeran.

Agak sedikit hiperbola menurut kalian.
Tapi jika aku bilang itu fakta bagaimana?

Dia orang yang selalu memendam lukanya.
Dia diam bukan karena tuduhan kalian padanya itu benar.

Tapi karena dia.
Karena dia sudah tak mau perduli lagi bagaimana.

Baginya, lukanya sudah terlalu menumpuk.
Jadi tak apa jika lukanya ditambah lagi.
Tak apa jika dia yang selalu disalahkan.
Tak apa.

Hanya mungkin dia lupa.
Jika dia hanya manusia biasa.
Yang tentu wajar jika lelah dan ingin menyerah.

Dan kalian tau? Dia tak seburuk itu.
Dia tak sediam dan sedingin itu.
Mendekatlah.
Dan akan aku ceritakan hangatnya.

Aku bahagia.
Karena aku menjadi orang yang beruntung.

Karena dapat merasakan hangatnya.
Karena mungkin bisa membawa kehangatan dalam dirinya yang telah lama hilang.

Dan aku sekali lagi merasa beruntung.
Benar benar beruntung.
Karena hatiku mengarah padanya.
Karena hatiku memilih dia sebagai labuhan.

Aku jatuh cinta.
Padanya yang dingin.
Padanya yang menawan.

Mungkin banyak orang yang mengataiku bodoh karena memilihnya.
Mengataiku tolol karena memilih yang tidak sepadan katanya.

Tapi...
Apa ukuran sepadan menurut mereka?
Menurutku dia saja lebih dari cukup bagiku.

Kalian kembali mengatai aku bodoh.
Tapi aku akan mengatai kalian bodoh karena kalian tak pernah menengok ke arahnya.

Dia hanya terlalu baik.
Hatinya terlampau lembut.
Dan perasaannya mudah tersentuh.

Kau tau? Senyumnya indah.
Sangat indah, membuatku merasa terpikat walau hanya sekilas melihat bayangnya.

Ataukah mungkin ini alasannya tak pernah tersenyum?
Dia tau.
Senyumnya terlalu indah untuk dipertunjukkan.

Karena itu dia menyimpannya untukku seorang.
Bolehkah aku berharap senyum indahnya memang hanya untukku?

Itu dia.
Dengan segala pesona yang tak pernah bisa aku tolak.
Dengan berbekal seulas senyum tipis dia begitu menawan.

Itu dia.
Yang kata orang dingin seperti salju.
Tapi bagiku dia bahkan sehangat mentari pagi.

- Dariku, Si Arshaka

--Him--

Him Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang