Kemungkinan besar akan berbeda sama jalur cerita di FanFiction di blog. Aku sendiri udh lupa alurnya yg di blog. Mau buka draft lagi males.
Tapi bbrp kisah dan adegan ttp sama.WARNING!!
CERITA INI AMAT SANGAT MENGANDUNG UNSUR DEWASA! TERUTAMA SEX SCENE. HARAP BIJAK DALAM MEMBACA DAN MENGHADAPI TYPO YG BERTEBARAN. JADI MOHON MAAF KLO MATA KALIAN MEMBACA ADA NAMA YANG SALAH DAN KALIMAT YANG TESUSUN TIDAK BAIK🙏🏻--
Tahun baru saja berganti, udara cukup dingin mengingat sepanjang hari hujan terus turun membasahi tanah dan baru usai ketika petang datang. Siang itu adalah hari pertama di awal tahun bulan januari, dan hawa musim libur panjang usai sudah tercium di depan mata. Lelaki itu berdiri termenggu sambil menopang dagunya pada pinggir jendela di suatu lorong sepi lantai tiga kampusnya, sambil melirik penuh minat kearah sebuah jendela seberang sana yang menampaki sebuah ruang kelas. Kelas yang ramai karena tidak ada dosen yang mengajar. Matanya menatap lama pada satu titik, gadis itu… benar-benar menarik perhatiannya dan membuatnya selalu ingin menatap wajahnya yang cerah dan cantik itu. Senyum, tawa dan raut wajahnya benar-benar membuat jantungnya berdesir tak karuan.
“Andrew? Hei, Andrew!”
Lelaki itu terlonjak kaget mendengar panggilan yang cukup keras padanya. Dengan gugup dan bingung, lelaki itu memperbaiki posisinya dan letak kacamata minus tebalnya yang selalu menggantung di wajahnya. Jantungnya berdegup semakin cepat saat langkah kaki teman sekelasnya itu makin dekat menghampirinya. Ia takut jika gadis itu memergokinya tengah memandang primadona kampusnya diam-diam.
“Kamu sedang apa? Tidak ada kelas?” tanyanya ramah tanpa menaruh curiga apapun pada Andrew.
Gadis itu memang sering melihat Andrew berdiri sendiri seperti melamun sambil melirik penuh minat pada suatu arah. Namun gadis itu sama sekali tidak menaruh rasa Tanya dan ingin tahu apa yang membuat teman sekelasnya selama semester awal dan teman sebangkunya itu selalu berdiri di lorong lantai tiga ini tiap kali ada kesempatan.
“eh.. itu.. ya.. aku.. eh..” Andrew gugup. Lelaki itu tak bisa menjawab pertanyaan temannya dengan benar. Membuat wajahnya makin pucat tak karuan.
Melihat raut wajah Andrew yang makin pucat entah kenapa, akhirnya membuat kedua mata gadis itu berpaling dan melirik kearah yang sama ketika lelaki itu melihat tadi. Di seberang sana masih ada keramaian orang-orang di dalam kelas tanpa pengajar. Seorang gadis dengan beberapa temannya terlihat begitu senang dengan tawa mereka. Kini ia thu apa yang membuat lelaki itu selalu berdiri di sini dan menatap keseberang sana penuh minat. Ah, ternyata gadis itu alasannya..
“Kamu ngelirik Kinara, ya?” tebakan yang sukses membuat lelaki itu memaku menatapnya dengan wajah merah.
“Hah?”
“Kinara, anak semester empat itu. Jadi kamu sering ngerlirik dia dari sini?” ulang gadis itu yang makin sukses membuat Andrew terdiam mematung.
“Kamu suka ya? Sama dia, Kinara?” Tanya gadis itu lagi tanpa henti.
“Hah? Eh, aku, ng… eh..” untuk beberapa saat Andrew menggantungkan ucapannya, seolah mecari kalimat yang tepat. Kedua matanya kembali melirik kearah gadis bernama Kinara itu dengan tatapan teduh dan dalam, “Mana berani aku suka sama dia. Itu hanya bikin aku dan dia malu” lanjutnya dengan menundukkan kepalanya setelah berucap dengan suara pelan.
“memangnya kenapa? Siapa yang tau dan siapa yang mau kalau perasaan suka atau tertarik itu datang. bukannya mereka datang dan pergi begitu saja tanpa kita sadar?” gadis itu berbalas menggumam.