jus mangga

1.4K 287 16
                                    

Masih di hari yang sama. Hari Sabtu.

Jam menunjukkan pukul setengah delapan. Tapi tidak ada tanda-tanda Yeji akan bangun dari tidurnya.

Eunbi benar-benar sendiri di ruang tamu. Menonton acara gosip yang tidak ia sukai.

"Kak, gue balik."


Pintu terbuka. Menampilkan dua orang lelaki dengan masing-masing kantong plastik ditangan mereka.

"Cepet bener. Gue kira bakal sampe jam 8an lebih." Ucap Eunbi lalu berdiri mengambil kantong belanjaan milik Hyunjin.

Hyunjin berjalan lurus kedapur. Mengambil minum dan meneguk nya dalam sekali tegukan.

"Gila lo sampe jam 8. Matahari udah di ubun-ubun." Kata Hyunjin sewot.

Eunbi berdecih. "Ya mana gue tau."

"Sinbi, ini disimpen dimana?" Lino yang berada di belakang Eunbi bersuara.

"Eh sorry, sorry, lo ga keliatan. Simpen aja di meja. Gue mau siapin mangkok dulu." Ucap Eunbi.

Lino melaksanakan perintah Eunbi lalu menarik kursi dan duduk di seberang Hyunjin.

"Hyunjin, kalo ada tamu tuh dikasih minum." Sindir Eunbi setelah menyimpan beberapa mangkok di meja.

Hyunjin mendelik. "Lo aja ambilin. Gue mau bangunin Yeji."

Setelah berucap seperti itu, Hyunjin naik ke lantai atas, membangunkan Yeji. Saudara kembarnya.

Eunbi mendecak. "Punya adek begini amat."


Lino tertawa pelan. Membuat Eunbi menoleh kearahnya.

"Lo mau minum apa? Gue udah nawarin dua kali ya. Gaboleh nolak." Ujar Eunbi, lalu duduk ditempat Hyunjin duduk barusan.

"Jus mangga."








"Hah?" Eunbi cengo.

"Iya jus mangga." Ujar Lino.

Eunbi menatap Lino aneh. "Baru pertama kali ada yang dateng kesini minta jus mangga."

"Ada ga?" Tanya Lino.

Eunbi masih menatap Lino aneh. "Bentar ya gue cek dulu mangga nya "

Lino mengacungkan jempolnya ke Eunbi.






"Air putih dulu mau ga? Gue gatau mangga nya dimana."

"Boleh-boleh."

Eunbi berbalik, mencari gelas kosong, mengisinya dengan air putih dan memberikannya ke Lino.




"Kak Lino?"

"Akhirnya putri solo bangun juga."

"Iya gue putri lo tukang angkatnya."

"Seenaknya, ganteng begini dibilang tukang angkat." Lino protes.

Sudah bagus-bagus Yeji ia juluki putri solo. Tapi Yeji malah menjuluki Lino tukang angkat.


Yeji berjalan kearah Lino. Duduk disebelahnya. "Yuk makan." Ujarnya tanpa memperdulikan protes Lino tadi.


"Ini bubur beli dimana?" Tanya Yeji.

Mereka berempat kini sudah duduk mengitari meja makan.



"Deket bunderan." Jawab Hyunjin.

"Asik, kesukaan gue. Tau aja lo." Ujar Yeji lalu menuangkan salah satu plastik bubur ke mangkok didepannya.










"Yang gaada seledri punya Sinbi." Ujar Lino ketika melihat Yeji menuangkan bubur yang tidak ada seledrinya.

Hyunjin dan Yeji saling berpandangan. Melihat Eunbi yang kini sama cengonya.


"Oh itu, tadi gue denger Hyunjin ngomong ke penjualnya jangan pake seledri satu." Terang Lino. Membuat ketiga saudara Hwang itu ber-oh ria.





















"Jin, gue balik duluan ya." Ujar Lino.

Keduanya kini sedang berdiam di ruang tamu, menonton Doraemon. Yeji ada dikamar mandi dan Eunbi didapur.

Hyunjin menoleh. "Baru juga jam sebelas bang. Mau kemana si lo."

"Ini nyokap minta anterin ke supermarket. Katanya nanti malem mau ada arisan." Jelas Lino.

Hyunjin mengangguk. "Yauda, perlu gue anterin keluar ga?" Tanya Hyunjin.

"Anterin lah jamet. Nanti yang ngunci pintu pagernya siapa." Gerutu Lino.

Hyunjin cengegesan. "Mager gue. Sama kak Eunbi aja ya. Gue panggilin anaknya sekarang."

Setelah mengucapkan itu, Hyunjin berlari kecil menuju dapur.


Lino menggeleng. Padahal jarak ke gerbang depan dan dapur itu lebih jauh ke dapur.

Tapi kenapa Hyunjin lebih memilih kedapur dan menyuruh Eunbi untuk mengantar Lino sampai ke gerbang depan?










"Hati-hati ya Lino." Ujar Eunbi ketika melihat Lino memasuki mobilnya.

Lino tersenyum, lalu memasang seat belt nya.

"Gue duluan ya."

"Eh tunggu!" Ujar Eunbi ketika Lino akan menutup jendela mobilnya.

"Kenapa?" Tanya Lino, lalu membuka kembali jendela mobilnya. Tidak setengah-setengah. Tetapi full.

Eunbi berbalik, mengambil sebuah botol tumbler dan memberikan nya ke Lino.

"Ini apa?" Tanya Lino lagi.

"Jus mangga. Sorry lama, gue kelamaan nemuin mangga nya." Jelas Eunbi.

Lino tersenyum.

"Baru kali ini gue minta yang aneh-aneh dikabulin sama tuan rumah." Ujarnya lalu tertawa.

Eunbi ikut tersenyum. "Kan tadi gue yang nawarin lo mau minum apa. Kalo ga gue kabulin kan gaenak." Jelas Eunbi.

Walau sebenarnya dalam hati Eunbi ngomel. Permintaan Lino terlalu ajaib.







"Nanti kalo lo mau beli apa-apa hubungi gue. Gue janji bakal beliin."

[1] prekognision [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang