Rumor 3

244 26 0
                                    

Agenda padat selama kuliah lapangan di hutan W ternyata masuk kedalam kategori menyenangkan, terlepas dari hilangnya data dan drama penuh alibi dari Alyta semua berjalan lancar. Kesibukan mahasiswa di hari terakhir menjadi puncak riuh pikuk sebelum malam pentas penutupan kuliah lapangan.

Beberapa anggota kelompok bergerak lincah menyalin data. Laporan sementara harus terkumpul sore ini.

[Tok.... Tok... Tok....]

"Siapa sih?" Eddie diujung pintu memamerkan lembar kerja dengan tentengan plastik hitam ditangan satunya. "masuklah, anak-anak lainnya sudah didalam," lanjut Julian membuka pintu lebar-lebar.

"Oh, Ed sudah datang? Bawa apa itu?" Alfi dengan antusias meraih plastik ditangan Eddie.

"Hei... Kenapa kau disini? Bukankah kau kemarin ikut dalam rombongan Alyta?"

Ekspresi tak bersalah Alfi membuat orang yang melihat, geram. "Hei... Ayolah, kita semua dapat hasutan Alyta. Aku juga gak nyangka, ternyata Alyta naksir Julian," responnya acuh dan kembali duduk di lingkaran kelompoknya. "karena Alyta keluar, kelompok kami kesulitan menghitung varietasnya. Julian, bantu kami ya~"

Julian terbengong. Haruskah membantu penyebar rumor? "Ee... I--itu...."

"NGGAK!" Eddie menarik Julian dalam kelompok yang terpisah. "karena kegilaan Alyta, kelompok kami juga kelimpungan. Data yang dicuri Alyta juga belum selesai. Urus urusanmu!"

Alfi cs ternganga, mereka tak percaya akan kelakuan Eddie. Lelaki posesif didepannya ini jelas bukan Eddie, ia palsu. "Hei..., bukankah kalian musuh bebuyutan semasa SMA?"

"Huh?"

"Iya benar, kenapa? Sekarang kami teman. Benarkan, Jul?" Eddie memeluk bahu Julian. Menenggelamkan kepala kecil di dadanya dan mengusap rambut tipis Julian.

"Huh? Kenapa kalian terlihat aneh?"

"Lepas!" Julian mendorong tubuh Eddie, merapikan rambut berantakan dengan wajah cemberut. "kita dulu penuh persaingan sehat! Bukan mencibir dibelakang dengan menyebarkan rumor ambigu!"

"Betul! Permusuhan kita sehat~~"

Alfi melirik bergantian antara Eddie dan Julian. Ia tak mengira Eddie dapat seantusias ini ketika membahas Julian. "Hei... Rumor tentang Julian semasa SMA itu hoak-kan?"

Julian menegang, ia melirik Eddie yang juga menatapnya. "Mn."

Suasana menjadi canggung. Julian pura-pura tak paham dan melanjutkan mengerjakan laporannya. Eddie juga tenggelam dalam pikirannya. Suasana dingin tak mencair, bahkan sampai selesai.

"Kalau gitu kami balik dulu ya," pamit lainnya meninggalkan Julian dan teman kamarnya.

Eddie yang ikut dalam rombongan menatap intens Julian. "Jul, balik ya. Laporannya biar aku yang kumpulin semua."

"Oke Ed, makasih ya~"

Kamar yang padat pengap karena suasana canggung kembali mencair. Julian dan ketiga tema lainnya merapikan barang-barangnya ke koper masing-masing.

"Jul, bukankah ini miliknya saat SMA?" Marvis, tunangan Very ini adalah teman Julian sejak SMA. Ia tahu betul sejarah Eddie dan Julian. "masih belum kembali ke pemiliknya ya?" gumamnya membolak-balik novel hitam yang sudah usang.

"Dia sudah punya seri lengkapnya, lagi pula karena ini juga kan, rumor itu beredar?" respon Julian mengambil novel misteri favorite Eddie. Membuka isi acak pada lembarannya, terhenti dihalaman yang terdapat surat berwarna merah muda. 'Hufft.... Haruskah aku memberikan ini sejak dulu. Maafkan aku.'

***

Pertunjukan malam terakhir kuliah lapangan berjalan lancar. Mahasiswa bersorak meriah meluapkan kelelahannya dalam alunan musik seadanya.

Duduk bergerombol dengan teman sekelas membuat Eddie dan Julian terpisah. Mata Eddie terus melirik Julian yang tertawa ceria dengan teman kelasnya.

Mendapat tatapan tajam, ia sadar dan melirik ke sumber tatapan intens dan... "Ada apa Ed?"

"Eh.., boleh duduk disitu?" tunjuk Eddie pada bangku disebelah Julian.

Anggukan Julian disambut antusias Eddie. "Makasih."

"Ed," gumamnya, ia mengambil novel misteri dan memberikan pada Eddie. "ini milikmu, aku kembalikan."

Eddie terdiam, membolak-balik novel hitam yang tak asing. "Ini bersamamu?" antusias Eddie membuka lembar pertama dan tertulis nama Eddie Logen. "ini apa....?"

Pertanyaan Eddie terhadap surat merah muda sebagai pembatas novel misteri. Ia melirik Julian dengan tatapan aneh dan siap meledak marah.

"Kau akan tahu kebenarannya setelah membaca surat itu. Rumor SMA yang selalu aku simpan."

Eddie perlahan membaca kata perkata dalam diam. Susunan kalimat dihadapannya ini menjawab semua rumor Julian sejak SMA.

Eddie menatap Julian, dan mulutnya terasa berat. "Maafkan aku, Jul...."

***Tbc**

Rumor [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang