3

1.4K 87 3
                                    

"Diam berarti iya, tapi kamu tertarik dengan hubungan sesama jenis. Makanya kamu sering membaca cerpen itu, punya akun di forum gay, join dengan grup cerpen yaoi.....Bahkan kamu menemuiku karena berharap akan terjadi sesuatu antara saya dan kamu kan?"

Pikiranku jelas langsung menolak tuduhannya. Tapi entah kenapa, bibirku tetap tertutup rapat seolah menolak untuk berbicara.

"Itu cuma tebakanku. Tapi jujur saja saya kaget kamu mau menemuiku di cafe ini.... Aku berpikir setelah tiba-tiba aku datengin kamu dan memotretmu, efeknya kamu akan takut, kemudian menjauhi aku dengan keluar diam-diam lewat pintu belakang rumah sakit dan mem-block akun Facebook-ku" katanya menjelaskan.

"Aku juga ga ngerti kenapa aku datang ke sini nemuin kamu," jawabku. Akhirnya mulut ini bisa digerakkan. "Padahal aku takut banget pas kamu ngirim fotoku tadi siang." kata ku meneruskannya.

Ya, fotoku yang diam-diam diambil oleh dia ketika ku lagi bekerja di Rumah sakit itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, fotoku yang diam-diam diambil oleh dia ketika ku lagi bekerja di Rumah sakit itu.

"Saya tahu jawabannya kenapa kamu datang ke cafe ini." ujarnya. 

"Karena kamu percaya saya... Seperti yang saya bilang, saya selalu jujur sama kamu." Dia berusaha menenangkan ku. "Aku datang jauh-jauh mengunjungi rumah sakit tempat kamu jadi dokter PTT di lokasi terpencil,  cuma buat ketemu kamu secara langsung. Mau dengar suara kamu, mau lihat senyum manismu." sambil menatapku serius.

"Yakin cuma mau itu doang? ga mau lihat yang lain?" tanyaku menggoda.

Dia tertawa. "Kalau  dikasih ya saya ga nolak hahaha..."

Belum sempat aku mengejek dia. Laki-laki di depanku ini berkata lagi.

"Saya cuma mau ketemu kamu. Titik. Terima kasih, sudah mau ketemu denganku. Sekarang saya ngikut kamu aja. Tapi kalau kamu mau saya pergi. saya akan pergi. Cuma yaa.... tentu aku akan sangat bahagia sekali kalau kamu mau nemenin saya malam ini." ucapnya.

"Nemenin apa nenenin hung?" Aku meledek.

"Hahaha..." Dia tertawa. Lagi-lagi candaan yang sering kami gunakan saat chatting tengah malam.

"Intinya aku cuma mau berusaha. Aku datang jauh-jauh ke lokasi terpencil ini, tapi toh pada akhirnya kamulah yang memutuskan menemuiku di cafe ini bukan? Begitupun nanti,  maaf kalau saya memancing kamu karena saya selamanya akan jadi seseorang yang naksir kamu. Tapi kamulah yang nanti menentukan hasil akhirnya akan jadi seperti apa." katanya lagi.

Semua keputusan ada ditanganku. Dan tanganku masih di atas meja, ada dalam genggaman tangannya. Dipegang erat seperti tak ingin dilepaskan.

Seorang pelayan menghampiri meja kami dan bertanya. "Maaf mas sebelumnya, boleh cangkir kosongnya saya angkat?" tanya pelayan itu.

"Silahkan" Jawab dia yang ada didepanku. "Pesan air mineral yang ga dingin ya, Mas!" katanya lagi.

"Air mineral ga dingin satu. Dokter Taeyong-ssi pesan sesuatu mungkin?" Pelayan itu bertanya padaku. Aku cukup sering kesini, makanya dia mengenalku.

"Lemon tea satu." jawabku tak menoleh. Menatap lurus wajah pemuda yang menggemgam tanganku.

"Oke saya ulang pesanannya ya; Ice lemon tea satu, air mineral ga dingin satu!" Pelayan mengkonfirmasi pesanan kami. "Pesanan kami antar maksimal 10 menit ya" lanjut pelayan itu.

"Kamu pesan minuman?" tanya dia ketika pelayan sudah pergi.

"kenapa?" aku balas bertanya.

"Ga apa-apa." Dia tersenyum. "senang aja karena itu artinya kamu mau nemenin saya." lanjut dia.

"Jujur, Aku lemah sama seseorang yang usahanya gigih." Kataku tersipu.

"Seperti Dokter Mingyu?" goda dia.

"Kayaknya aku terlalu banyak cerita sama kamu ya?" kataku sambil terus melihat tatapannya.

4 jam dan 2 gelas ice lemon tea berlalu tanpa kami sadari. Kupikir  begitu kuberi lampu hijau dia akan langsung melontarkan bujukannya untuk meniduriku. Tapi ternyata kami hanya mengobrol saja, bahan obrolannya pun tidak ada yang menjurus tentang seks sama sekali. Beberapa kali dia membuatku tertawa, ternyata orangnya humoris juga.

Ketika aku melihat jam di pergelangan tanganku, dia bertanya. "Sudah mau pulang?"

"Iya, sudah jam 10 lewat. Cafenya juga sebentar lagi tutup." Jawabku.

"Mau saya antar?" tanya dia lagi.

"Ga usah, aku tinggal deket sini kok. cuma 10 menit jalan kaki kok dari sini. Justru harusnya aku yang nganterin kamu." jawabku.

"Anterin saya?" katanya.

"Katanya belum cari hotel? Yuk aku bantu cariin." lanjutku

"Kamu baik banget ya orangnya, udah manis, lucu, baik, pinter. Bener-bener tipe ideal saya." jawabnya sambil tersenyum padaku.

Huft...Aku rasa pipiku merona merah karena ucapannya.

To be continued


Jan lupa Vote dan komen ya ✓

Doctor JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang