"Minggir dikit napa sung, susah nih liatnya" Kata haechan sambil menyenggol lengan Jisung yang menutupi buku.
"Astaga, ga baik menyontek itu" Kata Jaemin
"Emangnya lu udah min?" Tanya Jeno yang notabennya teman sebangku gua.
"Belum semua sih, tapi lebih baik gua kosongin daripada nyontek" Jawab Jaemin yang akhirnya mengundang tawa gua
"Bodo amat, inikan jaminan lu boleh ikut ulangan apa kaga. Harus full ga boleh ada yang kosong" Kata Heachan.
"Iya loh min, ulangan kali ini juga diambil 2 nilai" Lanjut Jisung
"Mampus gua, kalau gitu ini namanya bukan menyontek tapi kerja sama" sahut Jaemin yang langsung berlari ke kelas sebelah untuk mengambil bukunya.
"Ikutan ya Darla" Kata Jaemin yang sudah kembali.
"Iya gua mah santai, asal ditraktir bakso aja nanti." Ujar gua sambil tersenyum
"Siap Ibu Ketos. 1 mangkok bakso akan datang pada jam istirahat" Kata haechan
"Siapa bilang 1 doang? Gua mau 3 ya"
"Anjer ngelunjak"
"Bangsuy kanker ni gua, kantong kering"
"Bener-bener gatau diri ni orang"
"Udah, ga usah marah-marah masih untung Darla mau minjemin" Jawab Jeno dengan santai. Emang dia temen paling gua sayang lah luv luv buat Jeno pokoknya.
"Tuh dengerin, masih untung gua bantuin tau" Jawab gua dengan senang karna akhirnya ada yang ngebela gua.
"Akhirnya kelar gua" Kata Haechan sambil duduk dengan kaki yang diangkat kemeja.
"Mending cepetan, upacara bakal mulai tar lagi ni" Kata Jeno
"GUA BARU NYALIN GILE" Teriak Jaemin.
"Ya salah lu, baru nyalin sekarang. Nyalin tuh dari pagi kaya gua." Kata Haechan.
Haechan beneran dateng pagi banget, satpam sekolah aja sampe kaget ngeliat Haechan dateng pagi banget. Haechan ditanya kenapa datengnya pagi banget. Dia cuma jawab "ada urusan kang, biasa." Lalu langsung masuk sekolah dengan santai.
"Kalo lu sih kepagian, ngapain juga dateng jam segitu" Saut Jeno.
Teettt tettt
'Mohon perhatian, untuk seluruh siswa SMA Ensiti dimohon untuk berkumpul di lapangan upacara dan beratribut lengkap. Siswa yang datang setelah jam 7.00 akan dinyatakan terlambat dan mendapat pelanggaran'
"Yes kelar" Seru Jisung
"Ya ampun, gua belum kelar sama sekali. Baru juga mulai udah mau upacara aja" Kata Jaemin yang masih fokus nyalin.
"Ya, salah lu sih min. Pake sosoan gamau nyalin tadi." Gua cuma bisa ngejek doang.
"Udah, yu ke lapangan" Kata Jeno
Akhirnya kami berjalan meninggalkan jaemin sendirian dikelas dan masih menyalin tugas. Tentu saja Jaemin tak hanya diam. Dia berteriak tapi matanya masih terpaku pada tugas dan tangannya masih sibuk menulis.
"Ga ada solid solidnya !"
"Oi tungguin napa"
"Astaga, banyak banget lagi"
Langkah kami semakin cepat karna terdengar suara hitungan mundur. Gua dan Jeno bersiap ke barisan khusus osis. Iya, disekolah kami anggota osis memiliki barisan sendiri. Guananya itu untuk memberi contoh kepada siswa lainnya. Atau jika ada keperluan lainnya, osis bisa membantu tanpa harus menggangu barisan lain.
"Jeno, topi gua udah bener belum?"
"Tunggu" tangannya terarah ke kepala gua.
Kok gua deg degan ya, gua hampir menutup mata karna tangannya yang tiba-tiba terangkat. Secara cepat, gua merasa topi gua bergerak sedikit.
"Udah rapi sekarang" jawabnya lalu kembali ke posisi siap.
"Upacara siap dimulai. Seluruh pemimpin barisan menyiapkan barisannya" Suara mulai terdengar, semua siswa langsung diam dalam posisi siap.
Upacara berjalan seperti biasa, hingga disaat 'pengumuman' semua siswa tampak sudah lelah setelah mendapat amanat dari Ibu Dina. Sudah satu jam beliau memberi amanat dan beliau menunjuk satu satu anak yang tidak baris dengan rapi untuk maju kedepan dan menemaninya berpidato. Untungnya, pada upacara kali ini tidak ada yang terkena hukumannya itu.
"Selamat pagi semuanya" ujar kepsek kami, Pak Gino.
"Pagi pak" jawab para siswa
"Kali ini sekolah kita mendapat piagam baru lagi. Kali ini untuk lomba sains se kota SM. Kali ini piagam dapat kita raih karna murid kita Lucas Wong. Dipersilakan maju kedepan"
Semua orang bertepuk tangan, ada yang antusias seperti cewe kelas 1 karna melihat Lucas yang ternyata ga cuma menang tampang. Ada anak kelas 2 cowo yang misuh karna udah bosen liat muka Lucas. Ada juga yang berharap bahwa dia bisa seperti Lucas. Maju kedepan untuk meraih sebuah penghargaan dan dipuji oleh kebanyakan orang.
"Selamat ya nak atas kemenanganmu, teruslah berprestasi" ujar Pak Gino sambil menyerahkan piagam yang tidak lupa untuk didokumentasikan oleh guru lain.
"La, kembara lu kece juga. Boleh dong buat gua" ujar Somi sambil mencolek pundak gua.
"Boleh aja, asal lu siap aja mah" jawab gua cuek.
"Siap buat apa dulu ni?" Tanya Somi.
"Buat deketin dia, kalo berhasil sih hebat" ujar gua.
"Bisalah! Liat aja nanti, jangan kaget ya lu" Kata Somi bersemangat karna sudah diberi izin.
Susah som, semangat ajalah ya. Buktinya, gua aja saudaranya masih ga bisa dapetin hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Worthy
FanfictionMau kenalan sama kembaranku? Dia pinter, ganteng, dan terkenal bahkan sering dibanggakan saat perkumpulan keluarga besar. Gua? Haha, cuma suatu kegagalan yang ga pernah dianggep sama keluarga. Sampai terkadang mikir. "Am I worthy ?" Hai, I'm Wong D...