TIGA.

2.4K 291 63
                                    

Hermione tidak bisa mendeskripsikan perasaannya disaat-saat kembali ke Hogwarts seperti sekarang ini. Disatu sisi ia senang karena ia juga begitu merindukan Hogwarts dan segala yang ada didalamnya. Namun disisi lain ia merasa belum siap kembali ke dunia sihir. Ia masih merasa―takut akan dunia sihir karena semua mimpi buruknya berasal dari sini.

Draco meremas tangannya lembut saat Hermione hanya diam menatapi dinding pembatas peron 9 3/4 dan mencengkram trolinya dengan tangan yang lain. Remasan lembut ditangannya membuat Hermione tersadar dan menoleh menatap pemuda itu―dan menemukan tatapan khawatir Draco yang tertuju padanya.

"Kau baik-baik saja? Kita bisa kembali tahun depan kalau kau mau. McGonagall pasti mengerti." Hermione menggeleng pelan―lalu tersenyum paksa agar membuat pria dihadapannya tidak khawatir.

"Aku baik-baik saja, Malfoy. Dan―kau benar-benar berniat mengikutiku ya?" kata Hermione berusaha terdengar biasa. Ia memincingkan matanya diakhir kalimatnya dengan nada setengah bercanda, berusaha menutupi kebohongannya.

Draco berdecih mendengar balasan Hermione. Gadis itu benar-benar payah dalam berbohong. Apalagi dihadapan pembohong seperti dirinya yang sudah lebih sering berbohong.

"Berjanjilah kau akan mengatakan apapun yang membuatmu merasa tidak baik-baik saja disana nanti. Aku benar-benar akan menggeretmu pulang kalau kau tidak mau jujur." ancam Draco. Hermione memutar matanya malas mendengarnya.

"Baik, aku berjanji."

"Sebaiknya kita pergi sekarang sebelum terlambat." kata Draco setelah melihat arloji ditangannya. Ia berjalan terlebih dahulu setelah melepaskan tangan Hermione dan kemudian Hermione menyusulnya.

Stasiun King Cross cukup ramai pada saat itu walaupun tak seramai tahun-tahun sebelumnya. Banyak yang gugur dalam peperangan―dan juga memutuskan untuk tidak kembali ke Hogwarts. Ditambah fakta jika tahun ini tidak ada penerimaan murid baru―karena ini merupakan tahun pengulangan―.

Draco langsung disambut dengan teman Slytherinnya yang kebetulan juga melanjutkan tahun ketujuh mereka di Hogwarts. Blaise Zabini, Theodore Nott, Pansy Parkinson dan Daphne Greengrass. Sementara Hermione hanya mendengus kasar mendapati tatapan merendahkan dari Pansy dan kerlingan aneh dari Theodore dan Blaise. Hanya Daphne yang terlihat cukup normal reaksinya bagi Hermione.

"Goyle tidak kembali?" tanya Draco. Pantas saja komplotan mereka kurang satu―berhubung Crabbe sudah tak ada.

"Tidak, dia masih trauma dengan Hogwarts." jawab Blaise. Hermione bisa melihat wajah Draco yang menjadi kaku mendengar jawaban Blaise.

"Wah, Draco. Sepertinya kau benar-benar tak bisa dipisahkan dari The Brightest Witch in our Age." kata Theodore Nott. Nadanya merendahkan walaupun kata-katanya memujinya. Hermione hanya diam tak ingin menanggapi ular dihadapannya itu.

"The Brightest Witch in our age? Cih, dia masih hanya seorang Mud―"

"Pans." tegur Draco dengan nada berbahaya―membuat Pansy tidak jadi menyelesaikan kalimatnya dan hanya menggerutu.

Hermione benar-benar tidak mempedulikan komentar teman-teman Draco tentang dirinya. Mereka Slytherin, apa yang bisa ia harapkan dari murid Slytherin yang pada dasarnya membenci muggleborn seperti dirinya?

Matanya melirik-lirik kearah kerumunan orang-orang di stasiun―dan akhirnya menemukan sahabat-sahabatnya yang berada tak jauh darinya. Hermione memekik senang karena akhirnya bisa melarikan diri dari tatapan dan komentar tidak mengenakan dari para Slytherin dihadapannya ini―kecuali Draco.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] Our LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang