Cukupkanlah.. ikatanmu
Relakanlah yang tak seharusnya untukmu~Axel memandang jauh ke depan, lebih tepatnya kearah taman fakultasnya dimana tempat Reana berada. Menyenderkan dirinya di pohon dan memejamkan matanya menikmati irama yang terdengar dari airpodnya.
Susah banget sih Re digapainya.
Ia tersenyum miris. Tentu saja ia tak akan dapat membuat hati Rea luluh jika dirinya sendiri masih terbayang-bayang akan masa lalu.
Di depan sana, Bayu sudah menghampiri gadis itu. Rea yang awalnya kesal karena ketenangannya terganggu perlahan-lahan tersenyum dan tertawa saat Bayu menghiburnya dengan tingkah konyol khas laki-laki itu.
Axel melihatnya. Merekam detik demi detik itu dengan retinanya.
Cantik.
Hati dan pikirannya tak pernah sejalan. Kala hatinya ingin berlaku lembut kepada gadis itu, namun akalnya menolak, mempertahankan egonya.
Meski sudah menjadi rahasia umum bahwa ia adalah salah satu orang yang menginginkan Rea, tetap saja, ia tak bisa membiarkan sikap gentlenya mendominasi.
Ia merogoh sakunya untuk menggambil kamera analognya, canon range finder. Tak banyak yang tau jika ia selalu membawa kamera itu kemanapun.
Baginya, di setiap menit hidup kita, ada hal yang teramat berharga. Dan ia pernah satu kali menyesal karena melewatkan salah satu hal berharga dalam hidupnya.
Untuk itu, kamera ini yang kini terus menemaninya kemanapun.
Axel membidik targetnya, Reana yang sedang tersenyum lepas. Tak banyak kesempatannya melihat senyuman itu, ini baru keberapa kali ia dapat melihatnya.
Beruntung.
Kayak gini terus, Re. Jangan marah-marah aja ke gue, senyum juga, ketawa juga, adem liatnya.
Axel tersenyum melihat rekaman yang berhasil ia ambil. Seolah tersihir, ia terus menatap wajah Rea dengan senyuman tulusnya.
Ia berdiri dan meninggalkan tempatnya itu. Melangkahkan kakinya menuju kantin untuk sekedar mengonsumsi segelas kafein.
KAMU SEDANG MEMBACA
afeksi semu
Teen FictionLemah hanya karena afeksi dari seseorang yang kita cinta hanyalah sebuah senjata makan tuan. Kebodohan-kebodohan yang terbentuk secara perlahan itu nyatanya hanya membuat kita tak mengenal siapa diri kita sendiri. Berubah. Dari satu sikap ke sikap l...