Seorang Pria

9 0 0
                                    

Sore itu tepat nya setelah maghrib yang mana senja telah seutuh nya menghilang dan digantikan dengan gelap nya langit saat itu diiringi dengan lampu jalan yang menghiasi gelap nya malam dan juga suara dari keramaian aktivitas kendaraan yang sedang berlalu lalang.

Aku dan tujuh orang teman teman ku, berjalan diatas trotoar jalan bermaksud untuk kembali ke kampus untuk mengambil kendaraan masing masing dan bergegas pulang, setelah selesai berkumpul disebuah mall yang tak jauh dari kampus kami. Hanya untuk sekedar mencari suasana baru selain dikampus yang mana sudah menjadi rutinitas kami setiap pulang kuliah jika di rasa tidak ada tugas yang harus di kerjakan.

Kami berjalan seiringan berbincang bersama di atas trotoar dan tak jarang kami pun bersenda gurau dan meledek satu sama lain. Sempitnya trotoar yang tidak dapat menampung 8 orang dalam satu tempat, kami pun berpisah menjadi beberapa orang saja dalam satu jalanan. Disitu aku mendekat dan  memulai pembicaraan dengan seorang dari temanku.

Kami berbicara berdua sambil berjalan beriringan, tak hanya kami saja teman teman yang lain pun sama posisi nya seperti kami berdua, hanya saja ada yang bertiga, berdua dan juga sendiri. Saat itu kami berada di paling belakang diantara anak anak yang lain karna temanku itu memilih posisi yang aman untuk bercerita supaya anak anak yang lain tidak dapat mendengarnya.

Awalnya aku hanya memancing nya sedikit, menceritakan tentang wanita yang ia sukai seperti apa dan keadaan nya bagaimana. Ia pun merespon nya senang begitu mengetahui wanita yang ia sukai baik baik saja. Tak hanya diam dari situ aku pun juga menanyakan bagaimana perasaan nya dengan wanita itu dia pun menjawab nya dan tak lama setelahnya akhirnya dia pun cerita semuanya, walaupun ada beberapa hal juga yang masih ia sembunyikan. Kita berbicara cukup banyak sampai akhirnya tak terasa kami berjalan sudah dekat saja dengan kampus.

Di sela sela pembicaraan kami saat itu, seorang pria yang mana adalah teman ku itu tiba tiba saja mengeluhkan isi hatinya seraya berkata kepadaku "Kalo lu jadi gua, lu kayak gimana?" Ucap nya, sambil berjalan di samping ku. Padahal sebelum sebelumnya saat ia bercerita ia tak pernah mengatakan hal seperti itu.

Hal itu membuat ku sedikit terkejut karna saat itu aku tak tau harus berkata apa, karna diriku sendiri adalah wanita. Dan lagi pria itu sebelumnya tak pernah seperti itu, karna sejauh yang ku kenal dia tak pernah mengungkapkan ke gelisahan nya pada teman temannya dan hanya memendam dan menyelesaikan nya sendiri.

Aku pun berpikir dengan hati dan logika ku bagaimana kalau aku seolah olah benar benar menjadi temanku itu. Dan yang aku katakan adalah tak jauh dari kata "nyesek, sakit dan cari yang lain karna mungkin 'dia' (wanita yg ada di hati temanku) sudah bahagia" seperti itulah yang aku ucapkan.

Dan respon yang dia keluarkan adalah menghembuskan nafas nya secara kasar, yang menandakan kalau yang ku katakan sebelum nya mungkin ada benarnya. Dan sesaat kemudian dia mengatakan "yaudahlah, mungkin belum waktu nya, mungkin gua juga harus nunggu" ucap nya lirih sambil melihat keatas langit yang gelap saat itu di sela sela pembicaraan kami.

Aku yang mendengar nya pun sudah tau pasti kalau dia akan mengucapkan hal itu, sama seperti sebelum sebelumnya, Pria tersbeut selalu saja tetap pada pendirian nya dan tak pernah bosan selalu berkelahi dengan hati dan logikanya. Tapi dari situ aku tau kalau perasaan teman ku ini masih sama seperti sebelumnya. Menurut ku dia adalah pria paling hebat dan setia yang tetap memperjuangkan cinta nya walaupun seorang yang dicintai nya sudah bersama dengan orang lain.

Walaupun begitu teman ku ini tidak pernah menunjukan wajah sedih nya, dia benar benar menunjukan hal nya seorang pria kalau dia harus menyembunyikan wajah nya dari orang lain saat dia bersedih dan sebisa mungkin tidak ada yang tau.
.
.
.
.
.
.
.

Jakarta, 20 December 2019 - 18.37

Coretan Coretan IsengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang