Jakarta, 2 Juni 2015
BUGH!
"Mati aja lo anjing!"
Suasana kelas XII IPS 1 yang semula terkendali seketika ricuh ketika salah seorang siswa yang terkenal berandalan memasuki kelas dan meninju salah satu teman sekelas mereka.
"Apa-apaan sih lo bangsat?!" Cowok berkacamata yang terkena pukulan meringis dan membalas kembali tinjuan yang dilayangkan cowok berandalan itu.
Kelas semakin ramai dan sumpak karena beberapa siswa lain ikut mengerubungi tempat perkelahian terjadi. Beberapa siswi menjerit ketika kedua cowok itu saling melayangkan tinju, ada juga yang malah memberi semangat dan memanas-manasi keduanya supaya perkelahian jadi bertambah seru.
"Dimas, udah stop!" Siswi dengan rambut panjang agak ikal itu menarik lengan kanan cowok berkacamata yang diketahui bernama Dimas.
Kemudian ia menatap si cowok berandalan yang tengah menatapnya sambil menghapus darah di ujung bibirnya yang terluka.
"Angga, kenapa kamu tiba-tiba bikin keributan kayak gini?"
"Gua kesini mau mergokin lo sama selingkuhan lo itu!" Kata Angga dengan mata yang memelotot nyalang.
"Aku sama sekali gak selingkuh Angga, udah berapa kali aku bilang aku--"
"Bacot!" Gertaknya membuat siswi dihadapannya kini gemetar ketakutan. "Gua liat pake mata kepala gua sendiri kalo lo selingkuh sama si cupu itu!"
Dengan nafas yang masih memburu dan amarah yang bergejolak, ia merendahkan suaranya dan berkata, "Kita putus!"
Angga berbalik dan meninggalkan kelas dengan langkah besar sementara ia mendengar suara gadis itu berteriak dan memanggilnya dari belakang. Entah kenapa, matanya tiba-tiba memanas dan setitik air mata berhasil lolos dari pelupuk.
Anjing, kenapa gua jadi cengeng begini, sih? Batinnya.
Di sepanjang koridor, semua seolah menatapnya aneh. Namun tak peduli berapapun pasang mata menatapnya sebab matanya yang terlihat sembab. Hanya dua hal yang ia butuhkan saat ini yaitu rooftop dan teman-temannya.
***
Kepulan asap rokok memenuhi rooftop siang itu. Tak peduli, meskipun jam pelajaran tengah berlangsung mereka tetap berdiam di sana sejak jam istirahat pertama.
"Ck, gue main Ludo aja dah. Bosen anjir dari tadi gak ada yang ngobrol." Azka, si ketua baseball mulai membuka suara.
"Gue ikutanlah anjir," Noah menyahuti dan bergeser mendekati Gevan.
"Jangan galau mulu lo, Ga. Cewek bening di sekolah ini banyak kali. Tuh, si Sandra. Tasya mah lewat." Timpal Azka sambil mengisap asap rokok sebelum ia lempar dan menginjaknya dengan sepatunya.
Angga memang dikenal berandalan, namun ia tipe lelaki yang hanya setia pada satu wanita. Sejak kecil, ibunya selalu mengajarinya tentang menghormati wanita dan kasih sayang. Namun, sejak ayahnya pergi setelah menampar ibunya, Angga berubah menjadi anak nakal di sekolah.
"Fakegirl versus Badboy. Boleh juga." Celoteh Gevan dengan smirk khasnya. Si perfect boy yang dingin, namun sebenarnya memiliki beban masalah yang amat besar dan menjadikannya siswa nakal seperti Angga.
"Shit! Berisik lo pada." Tukas Angga.
Angga membuang sisa rokok ke sembarang arah. Sesaat kemudian, ponselnya berdering tanda telpon masuk. Angga mengambilnya dari dalam saku dan seketika mengernyit kentara ketika mengetahui siapa yang menelponnya.
Randi? Batinnya.
Ia pun menggeser tombol hijau pada layar ponselnya dan suara kencang Randi seketika menyambut telinga Angga hingga ia meringis.