4. Ifa kenapa?

601 30 7
                                    

Happy Reading, Bebs 💜


***

Dari balik pantulan kaca, seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA tengah merapikan seragam sekolah yang sedang di pakainya. Dia Alifa, gadis yang tiga hari lalu di lamar oleh sahabat lama Ayahnya sendiri, untuk di jadikan istri dari anak sulung sahabat Ayahnya itu.

Tiga hari sudah dilalui Alifa dengan berbagai macam rasa, dari yang was-was, takut tidak bisa memberikan jawaban terbaik dan sebagainya. Tiga hari yang lalu pun, Alifa sudah melaksanakan shalat istikharah, untuk meminta jawaban terbaik kepada-Nya atas lamaran dadakan yang di terima oleh gadis itu.

Tidak seperti biasanya, tiga hari belakangan ini, tepatnya setelah acara lamaran dadakan itu, Alifa berubah menjadi lebih pendiam, tidak seperti biasanya. Ia yang biasanya selalu meramaikan isi rumah karena tingkah dan ucapannya yang selalu heboh, tetapi tidak dengan tiga hari belakangan ini, gadis itu menjadi lebih irit berbicara, bahkan ia tak mengeluarkan suaranya jika tidak ada keperluan mendesak. Sejak lamaran dadakan itu, Alifa jadi lebih suka berdiam diri di kamar, menghabiskan waktunya di kamar. Meja makan yang biasanya selalu di isi dengan celotehan, curhatan, dan canda Alifa, kini terasa hampa, karena tiga hari belakangan in, jika tengah menyantap makanan bersama, Alifa tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun, kecuali saat Andin menanyakan sesuatu kepadanya.

Semangat! Kamu bisa Fa! Kamu harus yakin kalau ini memang yang terbaik.

Gadis itu terus bermonolog setelah yakin ia mendapatkan jawaban terbaik atas Istikharah yang sudah di lakoninya selama tiga hari berturut-turut.

Akhirnya setelah mengenakan jilbab sekolahnya, Alifa bergegas untuk turun ke lantai bawah, melakukan aktivitas seperti biasanya, membantu Andin untuk menyajikan menu sarapan, lalu sarapan bersama dengan anggota keluarganya

Rupanya saat ia sampai di meja makan, di sana menu makanan sudah tertata rapi, bahkan sudah ada Zaidan dan juga Alvin yang tengah duduk dengan segelas teh hangat di depannya.

"Maaf, Nda, Ifa kelamaan, ya turunnya?" katanya tak enak hati saat ia menyaksikan menu makanan yang sudah tertata rapi di meja makan.

"Iya, nggak apa-apa, Fa. Alifa mau minum apa? Nanti biar Bunda buatkan," tawar Andin setelah meletakkan mangkok yang berisi tumis kacang.

Alifa hanya menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban.

"Beneran? Bilang aja. Nanti Bunda buatkan, mau apa? Susu? Teh? CapuccinoWhite coffe?"

"Enggak. Alifa nggak pengen minum apa-apa."

Andin mengangguk, kemudian ia langsung mendudukkan tubuhnya di kursi meja makan.

"Alifa?" kata Zaidan sembari menatap putrinya.

"Iya, Yah," balas Alifa sembari mengalihkan tatapannya ke Zaidan.

"Boleh Ayah bicara sama kamu, Nak?"

Alifa menerbitkan senyum tipisnya, lalu mengangguk pelan. "Boleh Yah. Ayah mau bicara apa sama Ifa?"

"Janji Alifa bakal jawab pertanyaan Ayah dengan jujur?"

Refleks Alifa tersenyum hingga menampakkan deretan gigi-giginya yang tersusun rapi. "Emangnya Alifa pernah bohong ya sama, Ayah?"

Imam Pilihan AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang