2|Cerita Kedua

3 0 0
                                    

"Hei! Park Jisung! Aku mencarimu kemana-mana tahu." Amara mendekati jisung yang sedang duduk di bale atap sekolah mereka. Ia melemparkan tas jisung di sebelah badan pemuda yang sedang rebahan itu.

Jisung terkekeh hingga kemudian menyadari raut yang ditunjukan gadis itu padanya saat ingin memulai bercerita.

"Jisung.. sebenarnya beberapa hari ini aku sedang kecewa."

Jisung menatap amara dan menyuruh gadis itu untuk duduk. Ia juga  membenarkan beberapa helai rambut amara yang berantakan.
"Kenapa? ingin cerita apa hari ini?"

Dua minggu yang lalu saat pembagian kamar untuk studi karya, aku melihatnya di papan mading bersama sofi, lani, caca, sari, dan devi.

Kamu tau kan yang sekelas dengan ku hanya sofi, lani, dan caca saja sedangkan sari dan devi berada dikelas yang berbeda?

Jisung mengangguk.

Saat kami di depan mading, sofi menggandeng tangan lani dan caca sambil berkata,

"Semoga saja aku satu kamar dengan kalian, ya lan, ca."

Aku pura-pura tidak mendengar. meskipun aku tak dianggap aku yakin aku masih baik-baik saja. Setidaknya itu yang aku rapalkan dalam hati.

Sedangkan lani dan caca tak menjawab perkataan sofi.

Aku mencari namaku yang ternyata tepat diatas mereka bertiga. Yaa aku tidak sekamar dengan mereka, dan mereka benar-benar sekamar.

Aku patah hati. Tapi yasudahlah toh aku masih bisa mengunjungi kamar mereka kan?

Sofi memekik gembira saat tahu dia sekamar dengan lani dan caca. Bahkan dia memiliki sederet rencana untuk dihabiskan waktu malam oleh mereka bertiga.

Aku tersenyum maklum dan kulihat devi dan sari juga tersenyum hanya saja tak sampai matanya.

Kami menuju kelas kami yang berdampingan, tapi sofi menggandeng lengan lani dan caca sehingga mereka bertiga berjalan di depan. Sedangkan aku, devi dan sari berjalan dibelakang.

Raut devi dan sari terlihat sedih. Jadi aku memutuskan untuk mengobrol sambil berjalan kearah kelas. Dan kamu tahu? Mereka kembali ceria!

Aku melambaikan tanganku ke arah devi dan sari saat aku ingin masuk ke dalam kelas.

Aku duduk dibangku ku dan tak lama guru matematika pun masuk. Selama pelajaran dimulai aku hanya menatap buku saja. Kamu tahu kan, aku tidak suka matematika. Aku hanya suka sosio dan bahasa!

Disitulah baiknya sofi. Dia masih mau mengajari aku matematika ternyata. Kufikir aku pasti sudah salah paham padanya. Sampai akhirnya aku bosan dan kutinggal tidur tugasnya. Aku bangun saat bel pulang pokoknya.

Saat aku, sofi, lani, caca, devi dan sari menuju gerbang, tiba-tiba saja adik kelas kita yang satu eskul denganku menghampiri kami. Dia bilang dia memeriksa ujian harian ekonomi ku. Dan kamu tahu? Katanya nilai ku paling tinggi di kelas. Aku sih bangga dan tidak percaya. Hey! Masa aku yang tidak jago menghitung dan memilih tidur mendapat nilai tertinggi di kelas? Yang benar saja!

Aku fikir adik kelas itu hanya bercanda tapi dia juga bersumpah. Ya jadi aku percaya dan di ucapkan selamat oleh lani, caca, devi dan sari.

"Juga sofi." Ralat jisung

Amara menggeleng. Jisung semakin bingung. "Sofi hanya berkomentar jisung. Kamu tau apa komentarnya?"

Cerita Hari IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang