Prolog

9 0 0
                                    

Jisung berdiri di depan rumah mewah milik sahabatnya. Amara Khansa. Bukan tanpa alasan dia berdiri lama menunggu terbukanya pintu kayu mengkilat yang menjulang tinggi ini. Hanya saja sahabatnya itu meminta dirinya untuk mendengarkan cerita-cerita dramatis yang ia lalui.

Meskipun cerita yang di ucapkannya memang sungguhan, tetapi gadis itu selalu memiliki penghayatan bak di dalam drama yang sering mereka tonton saat liburan sekolah.

Jujur saja, Sebenarnya dia bosan setiap hari harus bolak balik dari rumahnya ke rumah gadis yang menjadi satu-satunya sahabat di hidupnya. Lebih baik ia rebahan sambil bermain gawai memanfaatkan wifi yang ada atau sekedar ngemil sambil menonton film yang ia sukai.

Tapi hatinya juga tak tega menghiraukan permintaan gadis itu. Jisung sering melihat tatapan kosong yang amara berikan padanya saat mereka sedang mengobrol biasa. Hanya saat berceritalah dirinya bisa melihat tatapan menggebu dan menarik, semenarik cerita yang sering gadis itu sampaikan.

Cklek

"Jisung! Kamu datang?"

Jisung menghela nafas panjang.
"Seperti yang kamu lihat. Aku menunggu pintu ini di buka sejak 5 jam yang lalu tahu!" Ucapnya berlebihan.

"Hehehe maaf, aku tidak dengar. Aku masih di kamar mandi tadi. Kalau saja aku tidak merasa haus mungkin kamu harus menunggu lebih lama lagi," amara menarik tangan jisung dan melangkah menuju kamarnya.

Kamar amara berada di lantai 2. Selama perjalanan mereka, jisung sempat mengitari rumah ini dengan matanya. Sepi.

Tentu saja sepi! Amara itu anak tunggal. Kedua orangtuanya pun sibuk mengurus perusahaan dan universitas swasta yang tersebar hampir di seluruh kota di indonesia.

Meskipun jisung juga sama, tapi ia masih memiliki 2 kakak. Laki-laki dan perempuan. Meskipun kakak perempuannya memilih tinggal di korea bersama kakek neneknya. Tetap saja kan, ia masih punya abangnya.

Jisung yang telah sampai di teras kamar amara memilih duduk sambil menunggu sahabatnya yang entah sedang apa di luar kamarnya.

Tak lama, amara masuk dengan dua botol soda di tangan kanan dan kirinya. Ia langsung memberikan soda di tangan kanannya dan kemudian dilanjutkan dengan duduk di samping pemuda itu.

"Jadi... mau cerita apa hari ini?"

Cerita Hari IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang