1.0

223 19 7
                                        

ⒷⒶⒽⒶⓈⒶ

Lampu depan bar di barat daya kota Seattle menyala remang-remang. Hujan di luar menderu deras. Johnny Lee duduk di bangku tengah bar yang diatur zig-zag. Penari tiang di depannya tak kunjung lelah memberi kerlingan mata dan ciuman jauh setiap Johnny Lee menenggak habis minumannya.

Mungkin raganya di sini, di bar, tetapi pikirannya melayang jauh ke beberapa tahun yang lalu. Johnny belum bisa melupakan Mark Lee, adiknya. Orang-orang selalu keliru, salah sangka, saat mereka memperkenalkan diri sebagai saudara, beberapa orang mengatakan bahwa mereka bahkan tidak mirip sama sekali, dan sebagian lagi berkata mungkin mereka lahir dari ayah atau ibu yang berbeda. Terserah apa yang mereka katakan, Johnny dan Mark tetaplah sepasang saudara.

Sekedar informasi tambahan, mereka hanya memliki satu sama lain. Orang tua mereka meninggal secara tragis karena tabrak lari saat Johnny dan Mark masih kuliah. Jadi mereka berusaha hidup super hemat dengan sisa uang dari asuransi orang tua mereka yang tak seberapa. Hal ini semakin memprihatinkan jika mengetahui bahwa orang tua mereka masing-masing adalah anak tunggal—membuat mereka tak punya paman atau bibi yang bisa dimintai tolong.

Mark pergi meninggalkan Johnny untuk meraih mimpinya—menegakkan keadilan. Ia pergi ke kota besar, Mark tidak memberitahu tepatnya di mana. Ia hidup di sana dan bertemu dengan delapan pemuda yang merawat dan memperhatikannya seperti keluarga. Setidaknya hanya itu informasi yang Johnny dapatkan dari detektif sewaannya. Johnny sudah mencari ke segala penjuru wilayah untuk menemukan adiknya.

Dan malam ini adalah malam di mana sang adik yang hilang itu kembali, pagi tadi Mark meneleponnya dengan nomor yang tak ia kenal, ia berkata;

"Tunggu aku di bar yang biasa kita kunjungi."

Lalu sambungan diputus, Mark hanya mengatakan itu tak lebih dari tujuh detik.

Mark sama sekali tak memberitahu Johnny kapan pastinya pertemuan itu berlangsung. Jadi, dari sejak ia menerima telepon itu sampai malam ini, Johnny masih menetap di bar, dari siang hari sebelumnya sampai fajar pada hari berikutnya datang, dia akan tetap menunggu adik satu-satunya itu di sini.

Johnny berpikir semua ini misterius, suara Mark yang terdengar berat dan serak dibanding dengan yang Johnny ingat dulu, suara adiknya lebih ceria dan melengking. Poin ini membuatnya cemas akan kondisi Mark.

Selama lima tahun tanpa kabar, Mark akhirnya menghubunginya, tentu saja ini hal yang bagus, tetapi tidak dalam situasi yang seperti ini. Johnny adalah seorang buronan polisi, dia ditahan dengan tuduhan, Pencurian Deposit Bank Jutaan Dolar.

Johnny dituntut untuk hidup di balik jeruji besi selama sepuluh tahun, tapi ia cukup cerdik untuk melarikan diri dari penjara itu. Hidupnya kacau, tidak ada yang bisa dimakan dan tak ada tempat untuk tidur, rumahnya disita bank dan dia tak bisa menunjukkan wajahnya kepada publik, mata polisi ada di mana-mana.

Jam menunjukkan pukul sepuluh lebih dua puluh tujuh menit, ponsel Johnny berdering, nomor yang tidak terdaftar tertera di layar, siapa orang sialan yang meneleponnya di jam-jam seperti ini?

Johnny ingin menolak panggilan itu, karena ponsel yang ia pegang ini adalah ponsel curian. Johnny ingat seminggu lalu setelah mendapat ponsel ini—segera dan secepatnya, ia memblokir semua nomor yang ada di dalam kontak ponsel. Jadi dari siapa nomor tidak terdaftar ini?

Nomor 011-3XX-XXX ini milik siapa?

Rasa penasaran Johnny lebih besar dari egonya, ia mengangkat panggilan itu. "Halo?"

"Apakah ini dengan Johnny Lee?"

"Iya, siapa ini?"

"Ini TY-ssi, maaf, tapi Mark tidak bisa menemuimu sekarang dan jangan tinggalkan bar itu, polisi menunggumu di luar, terima kasih."

I'm Home | Johnny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang