Reino kembali mengabaikan pesan pesan yang abangnya kirim untuk menyuruhnya pulang. Ia lebih tidur di atas sofa apartemen milik Rinjani sembari melihat Rinjani yang sedang terlelap dengan nyenyak Reino kembali memikirkan bagaimana caranya agar mereka bisa kembali bersama yang kalau kata orang orang mustahil untuk bisa kembali bersama setelah mereka berpisah karena hal 'Itu'.
Reino belum siap bercerita ke abangnya karena Ia tak mau mengecewakan abangnya. Tentang masalah abangnya akan kita ceritakan nanti.
Reino kembali melihat layar handphonenya yang ternyata abangnya belum lelah menelfonnya. "Halo?" "Lo dimana? Bunda tau lu mati balik cepet udah mau subuh." "Lo aja bang yang imam,gw sholat di sini aja." "Ya gak bisa lah gila,bunda nyariin elo." "Yaudah iya gw otw."
Reino kembali mengambil kunci motornya,dan tak lupa mengecup kening Rinjani yang masih pulas di kasurnya. Reino sampai rumah pas waktu adzan ia langsung ke kamarnya lalu ambil wudhu dan siap siap sholat di musholla rumah.
"Lo tadi kemana?" "Abang gak perlu tau." "Cihgitu lo gak cerita cerita. Lo ikut balap motor kaya Haidar?" "Kagak,tadi nyarianginaja." "Yeu si dablek."
Reino melanjutkan tidurnya yang tadi terpotong karena di suruh pulang sama Abangnya. Tetapi pikirannya tak bisa di ajak kerja sama.
Reino pov.
Tadi di kulkas dia tidak ada stok makanan, dia bangun pasti bakal pusing dan lapar, sial kenapa tadi gak siapin sarapan buat dia. Reino mengambil handphonenya yang berada di atas nakas membuka aplikasi online dan memesankan menu sarapan favorite Rinjani. Memberikan note kepada sang driver lalu kembali melanjutkan andai andai nya sebelum kembali terlelap.
Rinjani Pov.
Aku bangun dengan baju tidur favorite ku, sudah tak ada make up yang tersisa di muka. Cukup aneh Karena Aku saat mabuk tidak pernah serapih ini saat bangun ke esokan harinya. Kecuali ya,di jemput Reino . Ah, kenapa jadi Reino lagi? Aku masuk ke kamar mandi lalu menggosok gigi dan cuci muka.
*Ding dong*
Baiklah,apa ini suruhan papa untuk menjemputku pulang? Mending tidak usah di buka. Biarkan saja ia menunggu lama.
Tetapi mengapa ia tak lelah mengebelnya? Buka saja lalu aku suruh dia pulang.
"Anda mau apa ?!"
"Oh, maaf Mba ini saya mau nganter sarapan buat Mba. Kata masnya saya harus mastiin Mba ambil makanannya supaya mba gak sakit perut nanti. Ini ya Mba saya permisi terima kasih. Oh iya Mba jangan lupa bilangin pacarnya kasih bintang lima.""Bentar Mas! Ini tadi atas nama siapa?"
"Dari Mas Reino untuk Mba Rinjani."
Jadi itu semua bukan mimpi? Di saat ia mengecup kening ku? Di saat ia memeluk ku, apa iya ini bukan mimpi? Kenapa ini bukan mimpi?
"Makasih Mas!" Menu favorite ku bagaimana bisa ia menyuruhku menjauh tetapi masih mempelakukan aku manis kaya gini. Reino,jangan buat aku semakin rindu. Mengapa kamu pergi begitu saja tanpa pamit?
Rinjani mengunci pintu apartemennya dan memakan sarapan yang Reino kirim. Apa yang harus di lakukan Rinjani sekarang? Memberikannya pesan bilang terima kasih? Atau ia mengajak nya bertemu untuk meluruskan semua ini agar tidak ada lagi kesalah pahaman ini? Rinjani memilih untuk menitipkan salamnya kepada Nissa.
Rinjani Cantik: Nis, kalo ketemu Reino aku titip salam ya.
Sepertinya terlalu pagi untuk mengirim pesan kepada Nissa. Rinjani memilih untuk memakan sarapannya di sofa sambil dengan menonton Youtube di laptopnya. Ia mengambil laptopnya yang ada di meja lalu di bawa ke atas sofa. Rinjani menata semua agar ia nyaman untuk memakan sarapan nya. Tetapi yang ada dia di selimuti oleh rasa rindu lagi saat melihat jaketnya Reino yang tertinggal di sofa.
"Aku sudah bilang jangan datang jika hanya ingin membuat aku rindu."
AN// Merry Christmas and happy holiday semuanya luv.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reino Alfalah Putra
FanfictionReino dan Rinjani mempunyai kisah yang sedikit rumit. Di mulai dari orang tua Reino yang menjodohkan Reino dengan orang lain smpai Rinjani yang jatuh hati ke orang lain. Tetapi mereka selalu merindukan satu sama lain yang membuat Rinjani dan Reino m...