prolog

13 2 0
                                    

Seoul -2 juni

Terlihat seorang gadis tengah terduduk di kursi ruang tamu beberapa menit yang lalu. Dia terlihat sangat lesu dan tak bersemangat hari ini.

Dia begitu gugup dan takut melihat seseorang yang tengah duduk didepannya dengan rahang yang mengeras. Dia tahu bahwa orang tersebut sedang marah.

"Dasar bocah tidak berguna!" Bentak seseorang tersebut dari ujung kursi ruang tamu.

"Apa salahku? Aku tidak melakukan kesalahan apapun." Ucapnya menunduk dengan kedua tangan terletak di antara kedua pahanya.

"Apa salahmu? Kau masih bertanya apa salahmu? Bagus sekali." Jawab seseorang tersebut dengan sudut bibir yang sedikit terangkat. Meremehkan.

Gadis tersebut masih menunduk dan diam. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata apapun agar tidak memperburuk suasana.

Matanya mulai berkaca-kaca. Sedetik saja dia mengedipkan mata maka butir air mata tersebut akan jatuh. Sekuat tenaga ia menahan tangis nya agar tidak tumpah.

Lantas orang tersebut berdiri dari duduknya dengan tatapan tajam dan menghampiri gadis tersebut.

Tanpa di duga tangan tersebut terangkat dan menampar pipi gadis itu. Satu tamparan lolos begitu saja mengenai pipi mungilnya.

Gadis itu terkejut. Dadanya begitu sesak. Nafasnya memburu. Matanya mengabur. Tangis yang sedari tadi ia tahan telah pecah. Begitu sakit rasanya.

Melihat tangan tersebut terangkat untuk kedua kalinya. Ia dengan cepat berdiri dan berlari menuju kamarnya.

Setelah menaiki tangga ke empat ia berhenti dan menoleh.

"Aku memang tidak berguna. Aku selalu saja salah dimatamu..." Ucapnya lirih sambil mengusap air mata yang sedari tadi jatuh.

"Tapi setidaknya aku tidak serendah itu memukul darah dagingnya sendiri atas kesalahan yang tidak ia ketahui." Masih dengan tatapan yang tak kalah sinis.

"Kau egois hanya mementingkan dirimu sendiri. Kau terlalu terobsesi dengan pekerjaanmu itu.. ayah.." ucapnya lagi sesenggukan dan melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya.

***

Argh..

Gadis tersebut membuka pintu kamar dengan brutal. Dihempaskan lah tubuh itu ke ranjang. Ia menangis sejadi-jadinya di bawah bantal.

Badannya terangkat lalu mengambil sesuatu dari dalam laci. Diangkatnya benda persegi itu lantas diusap dengan penuh ketulusan.

Terlihat empat orang tengah tersenyum bahagia disitu. Baju putih yang dikenakannya sangat serasi. Air matanya pun jatuh kembali membasahi pipi manisnya.

"Aku merindukan mu.. ibu." Ucapnya lirih. Sudut bibirnya terangkat ke atas. Dia nampak begitu merindukan sosok itu.

Tanpa sadar ia tertidur dengan foto yang masih dalam pelukannya.

•••


Gimana tertarik untuk membaca? Ini masih prolog ya. Yuk stay terus.

Jangan lupa vote dan comment nya readers.

Maaf keun ke typoan saya😫

Love
Wlnagt_

Mr. Troublemaker -kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang