Chapter 1

244 17 3
                                    

Hujan turun dengan derasnya tak membuat gentar pasangan kekasih itu untuk berkunjung di salah satu situs wisata purbakala yang paling terkenal di kota tujuan liburan mereka. Jauh-jauh datang dari negeri kelahiran menuju suatu tempat yang dipercaya mempunyai mitos kuat yang menanti untuk dibantah.

“Jadi Ini tempatnya?”

Dengan berbekal dua payung hitam, kedua anak adam itu memandangi suatu bangunan dari batu yang disusun rapi hingga membentuk suatu prisma segiempat. Disekitar bangunan yang disebut ‘candi’ itu terdapat candi-candi lain yang lebih kecil dan jumlahnya teramat banyak.

Keadaan di tempat itu sepi karena hujan yang deras, namun kedua orang itu tetap mengitari tempat itu berbekal info yang didapat dari ponsel pintar milik mereka. Tour guide yang seharusnya menemani perjalanan mengitari tempat bersejarah tersebut malah mereka tolak.

“Menurut informasi yang kudapat dari sini, bangunan ini dibangun semalam oleh seorang pangeran untuk memenuhi persyatan yang diajukan oleh putri kerajaan yang sudah ditaklukkannya agar mau dinikahinya.”

“Semalam? Apa itu mungkin?”

Sahut yang lebih tua. Pemuda berkulit tan itu memutar bola matanya malas saat perkataannya dipotong bahkan ia belum sempat menjelaskan duduk perkaranya.

“Dengarkan aku dulu!!”

Gemas dengan tingkah sang pacar, pemuda berkulit pucat itu mencubit pipi chubby milik kekasihnya.

“Jeno!!”

Kekehan dari Jeno menambah rasa kesal si pemuda berkulit tan itu.

“Baiklah-baiklah, lanjutkan penjelasanmu sayang. Aku janji akan membelikanmu es krim jika hujan mereda”

Hanya dengan kata kunci es krim cukup untuk membuat pria bernama Haechan itu tersenyum kembali. Dengan riang ia melangkah memutari Candi terbesar di tempat itu.

“Tadi kau penasaran bagaimana mungkin semua bangunan ini dibangun dalam semalam kan, tentu saja dibantu jin!!”

“Ck masih saja percaya dengan hal-hal seperti itu”

“Sudahlah, biarkan aku lanjut bercerita. Kau diam dan dengarkan saja.”

Deheman Jeno membuat Haechan kembali membaca artikel tentang candi tersebut.

“Si pangeran meminta bantuan para Jin untuk menyelesaikan pembangunan candi ini. Sang putri was-was jika sang pangeran memenuhi persyaratannya, oleh karena itu dia membangunkan para gadis lalu menyalakan api agar ayam-ayam mengira sudah pagi lalu berkokok. Para Jin yang mendengar ayam berkokok pun segera kabur dan pembangunan candi berhenti di candi ke-999”

“Wah sayang sekali, padahal kurang satu lagi agar sang Pangeran dapat menikahi sang Putri. Aku heran, mengapa sang Putri memberi persyaratan yang aneh seperti itu untuk sang Pangeran? Padahal jika ia tak suka kan tinggal menolaknya”

Jeno kembali  sibuk mengamati relief yang terukir indah di sisi candi. Sungguh indah, bahkan Jeno pun bertanya-tanya bagaimana cara membuatnya. Apa mungkin candi seperti ini dibangun kembali di masa modern?

Hujan mulai mereda menyisakan gerimis. Pelangi menghiasi langit dan pengunjung lain mulai berdatangan. Haechan sedikit terpukau dengan pemandangan yang menyejukkan ini. Tinggal di Seoul membuatnya tak pernah merasakan pemandangan seperti ini.

“Sang Pangeran yang tau bahwa sang Putri menggagalkan usahanya memenuhi persyaratan untuk menikahinya pun marah, sang pangeran pun mengutuk sang putri untuk menjadi candi ke seribu.”

“Tragis sekali nasib sang Putri. Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Haechan”

“Mana kutau, aku bukan sang Putri”

End to Start || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang