Bagian 1

22.8K 1.4K 96
                                    

Holaaa, ketemu lagi kitaa, hehe.
Btw cerbung ini adalah proyek bareng dengan BatikPublisher38 and the gank😁
Sila cekidot juga kisah lainnya di akun
henzsadewa
deanakhmad
Alice_Gio
Mamak_Muda
hapsari1989
MbakTeya
MelianaMell
wahyuhartikasari
sitihawa95
RheaSadewa
gleoriud
Semoga teman-teman suka

❤️❤️❤️

Sebagian orang terkadang bisa menjadikan pelajaran bagi sebagian yang lain, tanpa disadari. Dan kamu satu dari pembelajaran dalam hidup itu.

**

Gadis berpipi tirus itu berdiri sejak tadi di pinggir jembatan. Matanya terus meneteskan bulir bening seiring gerimis datang. Melihat wajah gadis itu mengingatkan pada pesona perempuan uyghur di belahan bumi yang lain.

Angin sepoi membuat rambut panjang miliknya menari-nari. Demikian pula dengan rok selutut berwarna merah yang ia kenakan.
Hari merangkak malam, tapi ia tetap terpaku menatap kosong. Lalu lalang orang tak ada satu pun yang peduli. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing.

Gerimis semakin deras, petir mulai menampakkan bentuknya. Namun, gadis berkaki jenjang itu seolah enggan beranjak. Ada gumpalan duka yang sengaja ingin ia buang di tepi jembatan itu.

"Kamu gila ya!" Seorang pria jangkung menarik pergelangan tangannya kasar. Pria bertopi itu menatap tajam ke arahnya.

Gadis itu menarik tangannya keras mencoba melepaskan diri. Namun, sia-sia. Tubuh langsingnya tak bisa menandingi kuat cengkeraman pria berhidung mancung itu. Lelaki berbadan tegap itu menyeret paksa sang gadis ke mobilnya. Sementara hujan turun semakin deras.

Klik, suara sabuk pengaman sudah terpasang. Tanpa suara pria itu menjalankan mobil.

"Kamu siapa? Kenapa kamu nolongin aku?" tanya gadis itu heran.

Tak ada sahutan dari bibirnya, hanya seringai tanpa menatap.

"Aku mau turun! Berhenti!" Gadis itu terus meracau meminta turun sembari tangannya berusaha menekan tombol agar pintu terbuka.

Pria di balik kemudi itu mengerem mendadak sehingga tubuh gadis disampingnya tersentak.

"Aku mau turun sekarang!" pintanya dengan suara tinggi.

Lelaki itu menatap lurus dengan dingin, ia menekan tombol sehingga pintu mobil terbuka.

"Turunlah! Jangan pernah rubah keputusan jika kamu sudah menginjakkan kaki di tanah! Karena aku tidak akan pernah membuka pintu itu lagi!" Suaranya terdengar datar. Mata gadis itu mengerjap lalu menatap ke luar, hanya gelap yang ia temui. Sedangkan hujan dan petir seolah enggan menghentikan sapanya.

Ia sadar, dirinya telah jauh  berada di pinggiran kota. Tak tampak rumah penduduk di sekitarnya.

"Turunlah! Kamu sudah menyita waktuku!" hardik pria itu.

Bukan Salah Cinta ( Projects With Batik Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang