Bagian 3

9.9K 1.2K 45
                                    


Kebahagiaan itu sederhana, terkadang hanya dengan melihat senyum lepas dari seseorang yang kau cinta bisa membangkitkan semangat kembali

❤️❤️

"Papa, Chika sudah dapat teman!"  Ia melonjak dengan mata berbinar meminta diizinkan keluar dari mobil. Bima tak dapat mencegah sang putri untuk turun. Gadis kecil itu berlari menghampiri seseorang yang ia panggil teman.

"Tante!" Cinta terpaku melihat gadis kecil tengah menatapnya gembira. Chika mendekat kemudian bertanya, "Tante ngapain sore-sore di sini? Ayo pulang ke rumah Chika!" Ia memegang tangan Cinta erat.

Bima yang sejak tadi mengawasi dari kejauhan mendekat. Matanya menatap intens dari ujung rambut hingga ujung kaki. Meski gadis itu tak terlihat berantakan seperti saat pertama kali ia bertemu, tetapi Bima merasa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Kalau kamu tidak punya rumah untuk pulang, kenapa pergi dari rumahku?" tanyanya heran melihat Cinta.

"Papa, boleh ya, Tante Cinta ikut ke rumah?" Chika berpaling ke arah Bima. Sementara gadis bermata indah itu diam menunduk.

Bima mengangguk menyetujui permintaan putrinya.

"Ayo, Tante! Nanti kita main boneka ya, papa belikan Chika banyak mainan!" serunya menatap Cinta.

Gadis itu tersenyum getir meratapi nasibnya. Ia tak percaya pria dan gadis kecil di depannya itu kini kembali menjadi penolong setelah semalam dirinya bingung harus tidur di mana. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk duduk di kursi hingga pagi menjelang. Bersyukur Cinta tak mendapati hal yang tidak diinginkan.

"Ayo, masuk mobil!" perintah Bima pada keduanya. Sepanjang jalan Chika tak berhenti berceloteh. Sedang Cinta masih kikuk menanggapi.

Mobil terus meluncur ke kediaman Bima.

***

Dengan perasaan gembira, Chika menggandeng tangan Cinta untuk masuk ke rumah. Tahu ia menatap Bima yang baru saja keluar dari mobil.

"Kamu bisa tinggal di sini menemani Chika. " Pria itu berkata seraya melangkah pergi.

Gadis itu tersenyum seraya menggumam, "terima kasih, Om."

Cinta mengikuti langkah Chika ke kamarnya. Kamar gadis kecil itu tak berbeda dengan kamar yang pernah ia tempati. Besar, hanya bedanya kamar Chika dindingnya berhias dengan wallpaper Teddy bear berwarna pastel dan di setiap sudut ada banyak boneka serta mainan khas anak perempuan lainnya.

"Tante ... sekarang kita berteman ya." Dengan mata polos ia mengulurkan tangan ke Cinta. Senyum geli terbit di bibirnya menyambut uluran Chika.

"Teman," ucapnya menirukan polah gadis kecil itu.

Sore itu hingga menjelang makan malam Cinta menemani Chika bermain di kamarnya. Aktivitas mereka berhenti saat pintu kamar diketuk Mbok Ningsih. Wanita berperawakan subur itu mempersilakan mereka untuk makan malam.

Di ruang makan tampak Bima sudah siap. Bibirnya mengembang melihat binar mata Chika saat bercerita ia bahagia mempunyai teman.

"Cinta, kamu meninggalkan ini kemarin." Pria itu menyerahkan dompet milik gadis itu.

"Makasih, Om."

"Kamu bisa menempati kamar waktu itu. Aku harap kamu  mau menerima tawaranku," tutur Bima menatap Cinta.

"Tawaran ...."

"Tawaran untuk tinggal di sini, menemani Chika. Akan ada catatan jelas untuk pekerjaan itu, tenang saja," paparnya lagi.

Bukan Salah Cinta ( Projects With Batik Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang