Broken

10 1 0
                                    


'Saat-saat inilah kebahagiaan itu dipertanyakan?'



Matahari mulai terik, ketika jam menunjukkan pukul 14.15

Suara bising terdengar disetiap koridor yang dilalui, sekedar berbincang kecil ataupun menggosip ria

Terdengar helaan napas membosankan dari seseorang. Nampaknya ia berjalan lurus kearah tangga bawah, dengan meneteng tas nya -terlalu malas membawa- raut datar yang terlihat lelah terpantri diwajah remaja perempuan itu

Ahya, remaja itu. Berjalan dengan santai kearah luar gedung dan berjalan kearah kerumunan manusia yang hendak berbaris

Ini terakhir kalinya ia menjalan kan kegiatan PLS di sekolah barunya. Ia meletakkan tas dibelakang, lalu berjalan kearah barisan depan

Saat didepan barisan Ahya menatap sekelilingnya, ia melihat kakak pembimbing dengan almamater berwarna abu abu. Bagus pikirku

Saat semua barisan telah rapi upacara penutupan PLS dan peresmian kami -murid baru- dimulai




Tak terasa waktu berjalan cepat, setelah upacara tadi kami langsung dipersilahkan untuk pulang.

Ramai. Satu kata yang menggambarkan suasana di sekitaran parkiran murid. Banyak yang berlalu lalang, suara motor lewat,  klakson yang disengaja

"Berisik sekali sih!" Kesalku dalam hati

Ahya mulai keluar dari sekolah dan berjalan kearah mobil hitam yang terparkir.

Brak

Ahya menutup pintu mobil nya.

"Jalan pak" ujar Ahya dingin kepada supirnya

"Baik non" mobil dijalankan supirnya


Selama perjalanan pulang Ahya hanya diam memandangi jalanan yang mulai macet siang ini

Tak terasa mobil Ahya telah memasuki perumahan elit di jakarta. Tepat dibagian ujung perumahan, salah satu rumah besar berwarna biru muda mobik tersebut memasukinya

Ini rumah Ahya. Ah, lebih tepatnya rumah orangtuanya. Pantaskah disebut orang tua, itu yang dipikir Ahya

Ahya berjalan kearah pintu utama dengan pandangan sendu Ahya menghela napasnya pelan sebelum memasuki rumahnya

Cklek

Ahya membuka pintu dan hanya disapa oleh kesunyian. Lagi, ingin rasanya Ahya melampiaskan semuanya kepada mereka tapi Ahya sadar bukan saat yang tepat.

"Eoh.. Nona muda sudah pulang" pernyataan itu keluar dari wanita yang sudah dibilang tak lagi muda, dengan wajah dan tangan yang telah keriput.

"Bu. Sudah dibilang kan jangan pangil nona muda. Ahya tak suka" rajuk ahya dengan berjalan ke arah wanita yang dipanggil 'ibu' tersebut

"Hehehe. Maaf maaf ibu lupa. Kamu capek hmm, mau makan atau minum apa gitu?" Cengir 'ibu' dengan mengambil tas Ahya lalu mengajaknya duduk disofa

"Huh! Capek banget bu, mana tadi pembina nya ceramah nya panjang banget lagi. Kan udah tahu kita berdiri panas panasan lagi, gak pekaan banget tuh pembinanya" corocos Ahya membuat 'ibu' hanya terkekeh melihat tingkah lucu nona muda nya tersebut

"Udah udah. Sekarang ganti baju dulu sana, bau asem udah tuh banyak keringatnya"

"Ok bu. Nanti makanan nya bawa kekamar ya bu, Ahya malas turun hehehe"

"Ya nanti ibu bawa keatas"

Setelah itu Ahya beranjak kekamarnya yang berada dilantai dua dengan kembali memasang wajah sendunya
°
°
°
°






Dilain tempat remaja lain memasuki pekarangan rumah nya setelah memakirkan motornya

"Siang den" sapa salah satu pekerja tersebut dan hanya dibalas senyuman oleh remaja itu

Cklek

Deni membuka pintu utama rumah nya lalu melangkah masuk kedalam. Deni berhenti tepat didepan ruang tengah atau ruang keluarga

"Lah sudah pulang kak" tanya gadis berkuncir kuda kepada Deni

"Menurut ngana! Kalo gue disini ya berarti sudahlah" jawab Deni sewot

"Ihh.. Yakan nanya aja kak santai dong gak usah sewot gitu kek orang PMS aja" jawab nia ikut ikut sewot

Itu nia, lebih tepatnya Arizka Dania Pratama adik pertama Deni sekaligus anak bungsu keluarga Pratama

Mereka -deni dan nia- kalau sudah bertemu pasti kerjaan nya beratem mulu kayak kartun kucing tikus kesukaan dede via, dan yang menonton hanya diam saja dengan geleng geleng kepala

"Kenapa bunda geleng-geleng kepala? Leher bunda sakit?" pertanyaan polos keluar dari mulut nia saat melihat bunda nya

"Ya ampun adek?! Kapan sih adek itu nanya nya yang bener dikit jangan kelewat polos napa" balas bunda dengan mengacak gemas rambut nia membuat sang empu mengerucutkan bibir sebal

"Udah ah. Sama kalian lama lama bikin aku stress" ujar Deni dan melanjutkan langkah kearah tangga tanpa mempedulikan wajah sweatdrop bunda dan nia

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AhyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang