Hallo guys, ini adalah cerita pertama aku, awalnya ragu-ragu mau dipublikasikan, setiap kali mau buat cerita pasti selalu dicatatan atau ga di word, tapi ya udahlah buat pengalaman juga.
Jadi sorry banget kalau misalnya ceritanya kurang menarik.
***
Happy reading
Beep Beep!!
Lucia berusaha mengambil benda yang sedari tadi berbunyi itu karena tidak ada sedikitpun yang berniat mematikannya, karna memang lucia sendiri dikamar itu.
"Hoam" lucia menguap setelah berhasil mematikan jam wekernya, sekarang waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Lucia segera bangkit dari tempat tidurnya, walaupun sedikit tidak tega meninggalkan tempat senyaman kasurnya itu, dengan langkah gontai lucia memasuki kamar mandi dan melakukan ritual mandinya.
30 menit lucia habiskan untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Sekarang keluarga kecil lucia sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan.
"dek" tanya Lulu - mamah lucia, "kenapa mah?" lucia mendongakkan kepalanya untuk menatap mamahnya itu, "gimana sekolah kamu?" Lucia menatap bingung pada mamahnya "sekolah lucia baik ko mah,ga ada pembangunan lagi, tanya aja adrian" lucia menjawab dengan santai dan langsung mendapatkan tatapan horor dari keluarganya "kenapa? Benerkan" lucia ini memang sudah terlalu pintar, bukan mengatai, semua orang punya kepintaran dan kecerdasannya masing-masing kan, begitu juga dengan lucia.
"maksud mamah,kamu baik baik aja kan disekolah" untung mamahnya ini sangat sabar menghadapi sifat lucia yang seperti ini "ohhh baik ko mah" mamahnya hanya tersenyum lembut "ya udh lanjut makannya, kasian tuh adrian nungguin" lucia menatap kesamping 'adrian aja masih makan ko' batinnya lalu Lucia dengan lahap memakan sarapannya dan meminum segelas susu yang sudah disediakan oleh mamahnya. Setelah selesai, Lucia pamit untuk pergi ke sekolah dengan Adrian.
Sampainya disekolah Lucia memutuskan untuk pergi duluan ke kelas, dan meninggalkan Adrian yang masih sibuk dengan motornya, toh mereka juga beda kelas, pikir Lucia.
"Lucia Muriel" sapaan lembut seseorang, berhasil membuat Lucia mendongakkan kepalanya dan tersenyum paksa pada sang ampunya "berapa lagi??" Tanya lucia "15k lagi, mana sini" tagih nita sambil mengulurkan tangannya "ck iya iya sabar dikit napa" ucap Lucia sambil merogoh saku bajunya "ga bisa sabar gue kalo sama lo" "yeu, sensian banget lo, masih pagi juga" nita yang cenderung jutek dan galak ini memang wajib dijadikan sebagai pemegang alih keuangan kelas, atau biasa dikenal dengan Bendahara. Setelah Lucia memberi uang kepada nita, nita langsung tersenyum kepada Lucia " makasih cantik, dadah" ucap nita sambil melambaikan tangannya dengan gerakan lebay kepada Lucia, "pagi pagi, udah di aja palak sama tuyul".
"Ci ci" panggil bella yang berada tepat disampingnya, " apaan?" Lucia menjawab malas kearah bella "ih....pagi pagi udah letoy aja lo, ga sarapan emang?? Mau gue temenin kekantin??" Bella bertanya dengan nada khawatir, masalahnya lucia tidak biasa seperti ini kalau pagi "Gue udah sarapan bel" lucia menjawab dengan malas "terus kenapa lo letoy banget kaya gorengan adem" ucap bella sambil mengangkat salah satu tangan lucia, Lucia tidak menanggapi ucapan bella, dan langsung melipat kedua tangannya diatas meja untuk dijadikan bantal, setelah melihat itu bella pun mengerti mengapa temannya ini sudah seperti mayat hidup pagi pagi begini, bella hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku temannya ini yang tidak pernah berubah sejak dulu.
***
Kring!!!
"Ok anak anak, kita tutup materi ini sampai disini, sampai bertemu besok, saya permisi" Setelah bu indah keluar dari kelas XI ipa 2, semua murid yang berada didalam berbondong bondong keluar kelas dan pergi menuju kekantin untuk memberi makan para cacing cacing ternak diperut mereka yang sudah berdemo minta diberi makan, begitu pun dengan lucia dan bella, mereka berdua tengah mencari meja yang kosong untuk mereka tempati ketika makan nanti, dan akhirnya ada satu tempat lagi yang masih kosong, mereka menghapiri tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUS (ALTAN LUCIA)
Teen Fiction"Altan!!" Teriakan Lucia membuat pasang mata menatapnya dengan pandangan aneh, lucia berlari ke arah Altan, walaupun dirinya merasa lelah karena sudah mencari lelaki itu disemua sudut sekolah. Altan yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan bersiap...