"LUCIA!!!" teriakan dan gedoran pintu dari lulu berhasil membangun lucia yang tengah tertidur pulas diatas ranjang itu "hngg" lucia melenguh sambil meregangkan otot-otot ditubuhnya.
"masih pagi mah jangan teriak teriak, diomelin tetangga nanti" ucap lucia sambil mengucek matanya
"masih pagi ndas mu, liat udah jam berapa ini, kamu mau sekolah ga??" Lulu masih setia didepan pintu kamar anaknya itu.Lucia dengan malas mengambil handphonenya dan melihat angka disana. Mata lucia melebar dan hampir saja copot dari tempatnya, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB, yang artinya Lucia hanya bisa memakai waktu 15 menit saja untuk bersiap siap, bahkan kalau bisa kurang dari 15 menit.
"ihhh mamah kenapa ga bangunin lucia..." Ucap lucia panik. Namun yang anehnya, tidak ada jawaban sama sekali dari balik pintu, dengan terburu-buru lucia memasuki kamar mandi.
Lucia sedang memakai sepatunya sambil menuruni tangga "mau sarapan dulu ga?" Lucia masih sibuk memakai sepatunya "ngga mah, aku sarapan disekolah aja, aku berangkat dadah" lucia tidak menunggu jawaban mamahnya, dirinya langsung keluar rumah, namun disana sudah tidak ada kembarannya, lucia ditinggal. Mau tidak mau, lucia harus memesan ojek online, beberapa menit kemudian ojek yang dia pesan akhirnya sampai.
Beberapa menit diperjalanan ,akhirnya lucia Sampai disekolah. Namun sayang, gerbang sudah ditutup rapat-rapat Huft, cobaan apalagi ini batin lucia, apa iya dia harus memanjat pagar sekolah yang tinggi itu, tapi anehnya kenapa tidak ada penjaga diseberang sana.
Lucia menatap ragu ke arah gerbang, namun bukan Lucia namanya jika harus menyerah begitu saja, dengan bermodalkan nekat, akhirnya lucia memanjat pagar itu.
Sudah dipuncaknya, namun ketika lucia ingin turun seseorang mengangetkannya "Heh!, Ngapain lo" lucia tersungkur dan meringis, 'sakit' itulah yang dirasakan lucia saat ini "Terlambat" pelan namun penuh penekanan, lucia mendongakkan kepalanya dan melihat siapa orang itu, lelaki dengan almamater berbahan jas itu terkejut melihat lucia, begitu pun dengan lucia, dia juga nampak terkejut melihat siapa orang itu, namun dengan cepat dirinya memalingkan wajahnya agar tidak terlihat begitu terkejut.
Lucia berusaha untuk berdiri namun dilututnya terdapat luka goresan yang membuat lucia merintih kesakitan "akh!" Sebuah tangan mengulur ke arahnya, namun dengan cepat lucia menepis tangan itu dan berdiri dengan susah payah.
Lucia tehuyung kedepan ketika tangannya ditarik paksa oleh lelaki itu, "ngapain si lo, lepasin gue!" Lucia menarik tangannya, tetapi tetap saja tidak bisa, karna cekalan ditanganya begitu kuat, yang lucia yakin sudah ada tanda merah disana "sakit..." Lucia lagi lagi merintih, bukan karna sakit dilengannya, melainkan luka dikakinya.
Dengan sekuat tenaga lucia menarik tangannya dan berhasil, seketika langkah mereka berdua terhenti "lo ngerti kata sakit ga?!" Tanya lucia dengan mata yang sudah berkaca-kaca, "gue udah bilang dari tadi, apa lo ga ngerti?!" Suara lucia hampir menghilang, "itu hukuman buat lo, karna lo telat" ucap lelaki itu sambil bersedekap "tapi lo ga buta!!, Lo ga liat lutut gue luka gara gara lo?!" Cairan bening keluar begitu saja tanpa permisi sedikit pun dari mata lucia "lah ko nyalahin gue?" Sangkal lelaki itu "kalo lo ga nganggetin gue tadi, gue ga bakal jatoh" lucia menghapus air matanya yang sudah mulai mengalir tak tentu arah.
"kalo lo ga manjat pager tadi, lo ga bakal luka kaya gitu" lelaki itu sedikit menunduk untuk melihat lucia yang lebih pendek darinya "oh jadi lo nyalahin gue?" Lelaki itu hanya mengangguk, dan memegang tangan "ikut gue ke BK " namun dengan cepat lucia menarik tangannya "gue bisa jalan sendiri" lucia mendahului lelaki itu, ya benar saja lucia berjalan sendiri ke arah ruangan yang diberi papan diatas pintu dengan tulisan RUANG BK, walaupun dengan langkah terpincang-pincang, lelaki yang berada dibelakang lucia hanya menggelengkan kepalanya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALUS (ALTAN LUCIA)
Teen Fiction"Altan!!" Teriakan Lucia membuat pasang mata menatapnya dengan pandangan aneh, lucia berlari ke arah Altan, walaupun dirinya merasa lelah karena sudah mencari lelaki itu disemua sudut sekolah. Altan yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan bersiap...