"Lan Zhan~! Kau mau pergi ke mana lagi?!"
Wei WuXian menahan tangan Lan WangJi begitu suaminya itu tiba di JingShi.
"Lan Zhaan~! Aku sangat merindukanmu!"
Ia memeluk lengan Lan Zhan erat, tidak membiarkannya beranjak dari tepi ranjang.
"Er Gegee! Peluk aku!"
Kali ini Lan WangJi naik ke ranjang, membiarkan Wei WuXian duduk di pangkuannya dan menuruti permintaan sang istri untuk memberinya pelukan.
"Lan WangJi! Kenapa kau selalu meninggalkanku?!"
Suaranya kali ini agak bergetar dan matanya mulai berkaca-kaca, Lan WangJi benar-benar tidak bisa meninggalkannya barang sedetikpun.
Tiada hari Wei WuXian tidak bersikap manja pada suaminya. Suasana JingShi sangat berbeda jauh saat Lan WangJi membujang namun inilah yang membuatnya makin betah tinggal. Jika tidak ingat perannya sudah semakin meningkat di Yun Sen Buzhi Chu, WangJi tentu saja ingin sekali memenuhi apa yang diinginkan Wei WuXian untuk selalu berada di sampingnya.
Apalagi saat ini belahan jiwanya tengah berbagi tubuh dengan roh kecil suci yang sangat mereka dambakan kehadirannya.
"Aku akan mengambil makanan, kudengar dari JingYi kau bahkan tidak menyentuh sarapan dan makan siangmu sama sekali,"
"Tidak! Tidak mau makan. Hanya ingin dengan Lan Zhan seperti ini terus," Wei WuXian yang biasanya lupa umur kali ini memang seperti benar-benar lupa. Tidak ingin turun dari pangkuan dan semakin menenggelamkan kepalanya ke dada bidang Lan WangJi.
"Wei Ying, tubuhmu nanti semakin lemah kalau tidak makan."
"Untuk apa makan kalau kumuntahkan lagi? Aku hanya ingin Lan Zhan, dipeluk Lan Zhan, dibelai Lan Zhan. Rasanya sangat nyaman,"
Seperti laporan JingYi seminggu ini pola makan Wei Wuxian memang memburuk. Bahkan setelah citarasa makanan di Yun Shen Buzhi Chu ditingkatkan, WangJi memasakkan langsung untuknya, hingga para junior jauh-jauh pergi ke YunMeng untuk membeli makanan yang diinginkannya. Makanan itu tidak pernah betah berada di perut Wei WuXian.
Alhasil belakangan ini Wei Wuxian tidak punya cukup energi untuk berkelakar dengan Wen Ning maupun para junior GusuLan atau bahkan untuk melangkah keluar JingShi untuk menikmati matahari pagi dan mengganggu Paman QiRen. Kulitnya yang putih jadi semakin putih, tapi karena metabolismenya semakin meningkat ia tidak pucat dan kurus. Hanya lemas, tambah sensitif, dan benar-benar sangat manja pada suaminya.
"Uhh,"
Di tengah dekapan WangJi, Wei WuXian mulai merasakan perutnya mulai bergejolak lagi. Tapi ia sendiri tidak tahu apa yang akan dikeluarkannya setelah seharian ini ia sengaja tidak mengisi perutnya. Kata siapa Wei WuXian tidak frustrasi, ia yang hobi makan tentu saja gundah gulana karena perubahan kondisi tubuhnya ini. Tidak ada makanan pedas yang nikmat lagi, polong teratai yang menggiurkan pun tidak bisa ia telan satu bijipun. Makanya hari ini ia putus asa dan memilih 'inedia' ketimbang merasakan tenggorokannya perih karena muntah terus.
Lan WangJi melihat istrinya menutup mulut dan mencoba turun dari pangkuannya. Ia langsung merengkuh kembali Wei WuXian, satu tangannya kini berada di perut Wei WuXian yang belum benar-benar membesar. Perlahan mengalirkan energi spiritualnya yang langsung membuat perut Wei WuXian terasa menghangat.
Ini yang sepertinya diinginkan roh kecil di dalam sana.
"Aih Lan Zhan! Kenapa kau tidak melakukannya dari kemarin?" Wei WuXian mulai bisa mengumpulkan energi untuk merajuk lagi.
"Aku baru tahu janin juga suka energi spiritual," Jawab WangJi apa adanya.
"Lebih tepatnya energi spiritual ayahnya! Lan Zhan, tolong ke bawah sedikit," Wei WuXian memegang tangan Lan WangJi di perutnya untuk membawanya turun ke bagian perut yang lebih bawah, tempat si roh kecil berada.
"Ahh~ hangatnya," Desah Wei WuXian tanpa sadar. Lan WangJi nampaknya agak 'terusik' dengan suara lembut itu, namun ia tetap mencoba menahan diri.
"Lan Zhan,"
"Mn?"
"Lan Er Gege,"
"Ya?"
"Hehe, kenapa belakangan ini aku semakin menyukaimu?"
"Bukankah setiap hari memang seperti itu?"
Mendengar kata setiap hari malah membuat pikiran Wei WuXian pergi ke topik lain.
"Er, Lan Zhan. Aku jadi kepikiran. Semenjak ada Lan kecil di dalam tubuhku. Kita tidak pernah melakukan itu. Apa, apa kau baik-baik saja?"
Bukan Wei WuXian namanya kalau mulutnya tidak licin bahkan di saat berbadan dua. Tapi jujur kata, mereka memang pasangan paling bergairah abad ini dan rasanya tentu sangat aneh saat mereka tidak melakukan ritual apalagi selama berminggu-minggu.
"..." Lan Wangji tidaķ memberi respon apapun, masih fokus menyalurkan energi spiritualnya dengan lembut.
"Aih Lan Er Gege~! Jawab aku! Lan Zhan, aku khawatir kau masuk angin jika terus berendam. Bahkan jika tidak menindih dan memasukiku kau masih bisa menciumiku, menggigitiku, membuat bibirku bengkak, dan aku bisa memberimu kepuasan dengan mulutku. Jangan menahan diri hanya karena Lan kecil. Atau aku yakin Lan kecil juga tidak akan keberatan saat ayahnya berkunjung. Kau tahu tiga bulan ini rasanya sangat hampa, aku sangat menderita tidak mendapat sentuhan Lan Zhan! Kumohon jangan berubah Lan Er Gege~!"
"Wei Ying,"
Tangan kiri yang sebelumnya mengelus punggung sang istri kini naik ke tengkuk. Menahan kepala Wei Wuxian saat bibirnya kini mulai melumat bibir lembut nan manis itu. Tangan kanannya masih menyalurkan energi spiritual, namun kini bertambah dengan belaian lembut.
Wei Wuxian membalas ciuman suaminya. Lengannya melingkar ke bahu lebar Lan Wangji. Menikmati setiap lumatan yang sudah lama tidak ia rasakan. Tangannya pun bergerak menarik pita dahi sang suami, tidak perlu ada yang menahan diri lagi saat bibir mereka sudah bertemu.
"Nnh Lan Zhan~! Sentuh aku lebih banyak,"
Wei Wuxian sudah dibaringkan di ranjang. Meskipun tidak bicara, tatapan Wangji pada Wei Wuxian sudah seolah mengatakan maaf dan rindu. Wangji kini menciumi permukaan leher jenjang itu. Menyesapi dalam-dalam wangi tubuh Wei Wuxian yang benar-benar ia rindukan. Menggigitinya dan memberikan tanda kepemilikan di kulit seputih salju itu.
Sejujurnya Lan Wangji juga menderita semenjak Wei Wuxian dinyatakan hamil. Kesibukannya di Yun Shen Buzhi Chu tetap saja tidak cukup untuk menahan gejolak apinya apalagi setiap kembali ke Jingshi ia harus melihat Wei Wuxian yang hanya mau mengenakan jubah dalam putihnya dengan alasan panas dan tidak mau mengikat rambut dengan alasan pusing. Wei Wuxian banyak memberinya godaan tidak langsung dan Lan Wangji harus menahan semuanya karena ia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada si jabang bayi.
Beberapa minggu ini setelah menemani Wei Wuxian tidur, Lan Wangji pergi ke mata air untuk berendam selama beberapa jam, dinginnya malam dan mata air bisa meredakan apinya untuk sementara. Keluar Jingshi sebelum Wei Wuxian bangun dan pulang menjelang sang istri tidur untuk meminimalisir api kembali berkobar saat melihat tingkah menggemaskannya. Tentu saja sikap itu terlalu mencolok sampai membuat tingkat kepekaan Wei Wuxian yang buruk pun sadar Lan Wangji tengah menjaga jarak dengannya. Dan sepertinya hal itu pula yang membuat roh kecil di dalam sana ikut tidak suka dan mengganggu tubuh Ibunya.
"Lan Zhan, aku sangat merindukanmu," ujar Wei Wuxian.
"Mn, aku lebih merindukanmu," jawab Lan Wangji sambil membelai pipi Wei Wuxian.
"Jangan mencoba menjauhiku lagi! Aku tidak suka dan Lan kecil juga tidak!"
"Tidak akan,"
Lan Wangji mengecup kening Wei Wuxian cukup lama, kemudian turun ke mata, hidung, pipi, bibir, dagu, rahang, seolah tidak ingin melewatkan setiap inchi bagian tubuh istrinya.
Dan beberapa menit kemudian pakaian mereka sudah berserakan di lantai. Sunyinya Jingshi kini dipenuhi bunyi decitan ranjang, erangan, dan desahan yang silih berganti. Malam ini akan jadi malam yang panjang lagi untuk mereka melepas rindu.
.
.
.Apa yang aku buat ini?!! Tapi aku ingin!! Dan sesuai summary, kuingin berandai-andai ajaa hehehee^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby (WangXian)
FanfictionSekadar khayalan seandainya Wei Ying bisa hamil :"D Cover picture credits to the owner