Bab 6 | Selamat, ternyata hatinya bukan untukmu

1.6K 229 27
                                    

L A R A S Y A

Hari ke-enam
"Selamat, ternyata hatinya bukan untukmu"

***


[Kamis, 12 Desember 2019]

Suara air mengalir mengisi keheningan di pagi hari. Rasya tengah berada di kamar mandi, sudah siap dengan seragam sekolahnya. Akan tetapi, kondisi tubuhnya mendadak tidak mendukung beberapa menit yang lalu.

Rasya berkali-kali mencengkeram dada kirinya saat merasakan sakit yang membuatnya meringis tertahan. Ia menatap wajahnya yang sudah pias pada cermin yang ada di hadapannya. Tangannya menggengam satu botol obat yang baru saja ia konsumsi, tetapi rasanya tidak membantu banyak.
Ketukan pintu terdengar dari luar. Ginan mempertanyakan dirinya apakah ia baik-baik saja. "Sya, udah lima belas menit kamu di situ. Kamu enggak apa-apa, 'kan?"

Rasya memejamkan matanya lantas mulai bersuara. "Aku baik-baik aja, Kak," katanya, bersusah payah.

Mendengar jawaban Rasya, Ginan bukannya tenang malah khawatir. Suara adiknya terdengar lemas dan tak bertenaga. "Enggak usah bohong. Buka pintunya!"

Rasya menarik napas pelan-pelan lalu mencoba untuk menahan rasa sakitnya. Ia memasukkan botol obatnya ke dalam saku, lalu berbalik dan membuka pintu. Dilihatnya, Ginan terkejut melihat wajah pias yang ia miliki.

"Aku baik, Kak," ucapnya.

Sayang, Ginan tidak semudah itu untuk melepaskan Rasya. Ketika Rasya menyampirkan tas sekolah di bahu kanannya, dengan cepat Ginan menarik lengan adiknya, melepas kembali tas sekolahnya.

Rasya mencoba mengambil tas miliknya dari Ginan, tetapi tidak berhasil. Ginan menyimpan tas itu di sofa. "Enggak usah sekolah. Istirahat di rumah."

"Kak, aku baru dua hari sekolah. Masa udah bolos lagi?"

"Kamu sakit, bukan bolos."

Rasya ingin menjawab, tetapi tatapannya terpaku pada sesosok yang kini berdiri di ambang pintu. Ginan mengikuti arah pandang Rasya, di mana pintu terbuka menampilkan Klara dengan sebuah gitar yang Ginan ketahui milik adiknya. "Klara?"

"Em, hai, Kak. Em, ini ... gitar Rasya ketinggalan."

Rasya hendak menghampiri, akan tetapi Ginan menahannya, lantas mendekati Klara dan mengambil gitarnya. "Lara, tolong izinin Rasya. Dia sakit."

Klara cukup terkejut lalu mengintip Rasya yang ada di belakang Ginan. Hanya dengan melihat wajahnya saja, Klara sudah tahu Rasya mati-matian menahan sesuatu. "Sakit?"

Ginan mengangguk. "Rasya hari ini--"

Ginan menghentikan perkataannya kala mendengar suara hantaman yang cukup keras di belakangnya. Klara membulatkan matanya terkejut.

***

Bel pulang sekolah berbunyi menandakan pelajaran telah usai. Mawar dan juga Klara berjalan bersamaan di koridor. Rasa penasaran yang Mawar pendam akan ketidakhadiran Rasya akhirnya terjawab kala Klara memberi tahu keadaan cowok itu.

"Padahal dia baru sekolah dua hari di sini." Mawar terlihat kecewa, tetapi Klara lebih dari itu. Entah kenapa, Klara merasa paginya hampa kali ini. "Muka lo kenapa lemes gitu?'

LARASYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang