Menongkah Kesungkanan
BAB 1
Chapter 1
Matahari terbit terang bahkan mungkin teramat terang dibanding hari-hari biasanya. Motor, becak, mobil dan seluruh corak kendaraan berhulu halang mengitari aktifitas tunjuk jarum di pagi hari. Kokokan ayam yang biasanya gemuruh menyapa dan membangunkan tidur malasku pun justru hari itu terasa hilang perlahan satu per satu. Kotaku teramat ramai saat itu dan bisa dipastikan hari ini mungkin akan menjadi goresan anyar yang menyulam diary hidup kecilku.Aku bergegas menyingsing barunya catatan tatangan yang tak tertulis sejak cerita-cerita yang lalu telah habis terputar pada rotasi detik, menit, jam, hari hingga tahun yang dimakan masa yang benar begitu cepat.Tapi hidup hanya satu hari yakni hari ini, karena kemarin adalah kenangan dan besok adalah masa depan. Ahhh, tak ada gunanya berlama bersandar di atas tempat tidur. Saatnya untukku menjemput peradapan dihari ini. Aku Ricky, salah seorang mahasiswa semester 1. Di sebuah perguruan tinggi swasta di kotaku. Diluar dari almamater kemahasiswaanku, aku juga menyandang sebagai mahasiswa Desain Komunikasi Visual. Menjalani Kehidupan seperti ini sungguh sangat melelahkan. Namun, jika tidak aku jalani mungkin akan menambah daftar hidup yang menjenuhkan. Karena keseharian kosongku hanya ku habiskan untuk tidur dirumah. Jadi alangkah baiknya jika aku kelelahan karena aktivitas daripada kejenuhan karena tanpa aktivitas. Keinginan terbesarku saat ini adalah bisa mendapat Beasiswa belajar di Eropa. Entah mengapa keinginan itu timbul dengan sendirinya dibenakku. Untuk itu, aku harus berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan impianku itu. Meski aku yakin, aku bukanlah orang yang jenius. Tapi tak apalah kuletakan harapan itu sebagai motivasi belajarku.
"Hari ini kuliah kuliah pagi jam 07.45 sampai jam 12.00. sekarang waktu sudah menunjukkan 07.15 waktunya berangkat ke kampus, tapi ... tugasku pun belom juga dikerjakan karena malas. Aaahh... gilaaaa !!" gerutuku sembari meihat jam yang sudah menunjukkan 07.15 karena sudah telat.
"mamaaaa , aku berangkat kuliah dulu. Assalamualaikum" pamitku dengan suara yang kencang.
"wa'alaikumsalam , hati hati di jalan jangan ngebut-ngebut" jawab mama
Sesampainya di Kampus. Pagi itu jam tangan jelekku menunjuk 07.45 . Wah mungkin ini hari yang cukup mencetak semangat bagiku. Tak seperti biasanya aku sampai kampus setepat waktu ini. Ya mudah-mudahan saja hari ini akan menjadi hari yang menggairahkan untukku.
"pagi bu, pagi semuanya!" Ku lontarkan salam manisku kepada teman-teman didalam kelas.
Salamku hanya dibalas dengan senyum manis mereka. Tapi tidak masalah, itu lebih dari sekedar cukup.Dikelas aku mempunyai 3 teman dekat. Yang pertama adalah Yohannes orang nya tinggi, berkulit kuning langsat, agak gemuk dan berlogat medan. Ia termasuk anak yang disiplin, rapih, dan baik. Jika ada yang mengusik dia atau teman-teman dekatnya dia akan sangat marah dan galak sekali. Yang kedua adalah Dewi berkulit putih, badannya pun lumayan tinggi, royal, dan dia suka becanda. Yang terakhir adalah Brenda berkulit hitam manis semanis gula jawa, dia pendek, tapi orang nya suka serius tapi dibalik itu ia sangat peduli dan juga kadang suka bercanda. Namun perbedaan inilah yang membuat kita satu. Kami seakan telah menjadi keluarga sendiri dalam hubungan ini.
"ky , tumben lo datengnya tepat waktu" tanya Yohannes
"iya nih han, padahal gw tadi udah telat jalannya tapi gak tau gw semangat aja gitu" jawab Ricky
"tugas nirmana lo udahan belom?" tanya Yohannes
"waduhhh iya beloman nihhh ... gimana yaaa , gw males banget semalem ngerjainnya" jawab Ricky dengan lemas.
"jangan kaya gitu terus ky kan semalem udah gw ingetin ada tugas, mau sampe kapan kalo lo males-malesan terus?" jawab Yohannes dengan tegas.
"tp gk tau kenapa kemarin tuh gw males bangetttttt ngerjain tugas..." Ricky pun yang tadinya semangat menjadi tidak semangat
YOU ARE READING
Menongkah Kesungkanan
Historia CortaRasa malas itu memang manusiawi, tapi jika terus bermalas-malasan akan menjadi kebiasaan. Memang semua butuh perjuangan dan proses yang cukup panjang, lawan lah rasa malasmu untuk menjadi seorang yang produktif. Cerita ini tentang seorang pria berna...