RUANG KELAS : 10.10
"Baik, untuk materi hari ini sampai di sini saja dan kalian bisa istirahat. Terima kasih kehadirannya hari ini" pamit sang dosen.
Semua mahasiswa dan mahasiswi langsung heboh saat sang dosen sudah keluar. Dari mereka ada yang mengeluarkan bekal lalu memakannya, ada yang langsung mengobrol dan pergi meninggalkan ruangan. Namun, Brian masih diam di bangkunya sambil memikirkan banyak pertanyaan.
"Maaf. Jam pertama sudah berakhir?" tanya Brian menatap Matthew.
"Udah," jawab Matthew lalu menempelkan earphone-nya.
"Apa kamu mau pergi makan?" tanya Brian lagi.
"Tidak. Jangan bertanya lagi," desis Matthew risih.
"Maaf hanya bertanya karena sudah mulai masuk jam makan siang," ucap Brian merendahkan suaranya.
"Pergilah kalau lo lapar," usir Matthew dingin lalu menatap keluar jendela.
"Baik," ucap Brian lalu mengambil tasnya.
Brian berdiri dari duduknya lalu berniat untuk meninggalkan ruangan tersebut. Namun, saat kedua kakinya sudah berada di depan meja dosen, beberapa temannya tadi langsung mencegah Brian dengan tatapan bingung.
"Brian!!" panggil Fikri dan Ilham bersamaan.
"Kenapa?" tanya Brian.
"Lo mau kemana?" tanya Fikri.
"Pergi," jawab Brian cepat.
"Hah? Masih ada jam mata kuliah lagi!" ucap Fikri kaget.
"Anak baru udah ngebandel aja ya?" ledek Ilham sambil tertawa.
"Ngebandel?" tanya Brian tak mengerti.
"Iya! Ngelanggar aturan!" jawab Ilham.
"Oh. Bukan begitu, hanya saja aku ada urusan penting," jawab Brian cepat.
"Penting? Emangnya lo pejabat?" tanya Gerald yang sudah berada diambang pintu.
Mereka bertiga langsung terdiam dan menatap Gerald takut-takut. Sejak kapan Gerald berada di sana dan menguping pembicaraan mereka? Brian pun memberanikan diri untuk menghadap Gerald yang sejak awal sudah memberikan kesan tidak nyaman baginya.
"Bukan pejabat. Aku juga ada surat izin," ucap Brian lalu menunjukkan surat izin yang dibuat oleh C. Lenox tadi pagi.
"Terserahlah! Gue mau ngomong sesuatu sama lo," ucap Gerald.
"Ada apa ya?" tanya Brian bingung.
Fikri dan Ilham langsung menundukkan kepalanya. Mereka berdua takut kalau Brian akan terkena masalah lagi oleh Gerald. Bagaimana cara mereka membela Brian bila yang dihadapi anak baru itu adalah jagoan kampus mereka?
"Maaf," ucap Gerald tiba-tiba.
"HAH?!! MAAF?!!" teriak Fikri dan Ilham kaget.
Seisi ruangan pun menolehkan kepalanya kaget dan menatap Gerald tak percaya. Gerald meminta maaf secara langsung? Baru pertama kalinya ini terjadi. Melihat keterkejutan semua orang, Brian pun semakin bingung dan kembali bertanya pada Gerald.
"Kenapa?" tanya Brian masih tak mengerti.
"Membentak lo tadi pagi," jawab Gerald sambil menghembuskan nafasnya kasar.
"Oh.. Tidak papa. Aku juga tidak merasa terancam," ucap Brian tersenyum.
"Tidak terancam? Dia tidak takut dengan gue?" batin Gerald kaget.
Pernyataan Brian mengundang banyak desas-desus yang membuat Gerald tidak nyaman. Pasalnya harga diri Gerald berubah seketika karena menemukan ada seseorang yang tidak takut padanya. Harga diri itu tidak jatuh, hanya saja semua orang kini menganggapnya orang yang jahat karena mencari masalah dengan anak baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wasted
Fantasy[REVISI 2024] SINOPSIS : Perjalanan sosok alien canggih bernama Chaiden, yang dibuang oleh ayahnya sendiri ke planet asing bernama Bumi. Disana Chaiden berteman dengan manusia dan biasa dipanggil Brian, hingga akhirnya pertualangan mereka pun dimula...