Lo Musuh Gue

1.4K 139 188
                                    


Cowok cantik itu menggoyangkan badan mengikuti alunan musik yang berbunyi keras di salah satu bar.

Tempat yang menyenangkan, bukan? Disinilah dia bisa bersenang-senang sepuasnya tanpa protesan orang-orang. Dan tenang saja, kesadarannya masih bekerja dengan baik karena sedari tadi dia tidak menyentuh minuman sama sekali.

Alunan musik semakin menggila seiring DJ yang memainkannya menaikan volume. Orang-orang pun semakin liar di dalam bar, kebanyakan berpasang-pasangan dengan yang lain dalam keadaan mabuk parah.

Dia sendirian, tentu saja mengingat tidak membawa kekasihnya kesini. Ah, dia baru ingat tidak punya kekasih. Cowok cantik itu datang bersama teman-temannya, yang sekarang entah pergi kemana karena semuanya berpisah saat masuk ke dalam bar.

Agak menjengkelkan memang. Untuk apa mereka pergi bersama kalau ujung-ujungnya berpencar? Sama saja pergi sendirian kesini. Mungkin saja teman-temannya sudah meminum bergelas-gelas alkohol sambil bergoyang sekarang.

Bruk

"Heh!" Dia memekik kencang kala seseorang menabrak bahu sempitnya. Wajahnya mendongak dengan angkuh, matanya menatap tajam sosok lain yang menabraknya. Apa-apaan cowok itu? Lihatlah, bahkan minuman berakoholnya tumpah semua ke dada datar yang terbalut kaos panjangnya.

Kata maaf yang sedari tadi dia tunggu tak kunjung di dengar, yang menabrak hingga kini belum mengucapkan kata maafnya. Tidak sopan sekali, dimana rasa santun bagi orang asing yang menabrak sekaligus menumpahkan minumannya pada orang lain?

"Oh, kena?" kata cowok tinggi yang menabraknya barusan, hanya melirik tak peduli ke arahnya.

"Eh lo! Minuman lo kena baju gue! Minta maaf lo!"

Matanya masih mendelik tajam, raut marah terpancar dari manik hitam indahnya. Yang di tatap pun menatapnya balik, hanya memandang acuh dengan seringaian remehnya.

Demi apapun, seringaian nya benar-benar menjijikan! Emosinya terpancing begitu melihatnya.

"Gue? Minta maaf sama lo? Maaf cantik, lo siapa bisa nyuruh gue kayak gitu?"

Tangan si cantik mengepal marah, wajahnya merah padam. Cowok seperti ini yang membuatnya muak.

"Lo kalo salah ya sadar diri minta maaf! Masih baik gue gak suruh lo ganti baju gue yang basah! Gak punya adab banget sih lo, otak lo tuh di pake jangan cuman buat pajangan!"

Yang lebih tinggi mengerutkan kening, menatap lurus cowok cantik di hadapannya. Dia maju, memotong jarak diantara mereka hingga posisi keduanya dekat.

"Lo cantik," bisiknya dengan suara rendah, mendekatkan bibir ke telinga si cantik. "Tapi, bukan berarti lo bisa ngatur gue, baby boy. Tidur bareng gue malam ini dan lo bakal dapet permintaan maaf lo. So? Lo ber—"

BUGH

Tak disangka, bogeman mentah lah yang mendarat di pipi kanan cowok tinggi itu. Alih-alih memasang raut kesakitan, yang di pukul hanya memasang seringaiannya yang semakin lebar.

"Not bad, baby boy. Gimana? Tertarik tidur dan desahin nama gue malam ini?"

"Lebih baik gue tidur sama kakek kakek bau tanah ketimbang tidur sama cowok gak punya akal sama lo! Dasar sinting!"

Yang lebih tinggi terkekeh renyah, "oh, gitu? Lo jalang?"

BUGH

Kali ini bogeman mentahnya mendarat ke pipi satunya. Dia tidak peduli seberapa sakit yang akan di tanggung cowok tinggi itu, masa bodo begitu melihat pipi cowok itu meneteskan darah akibat ulahnya. Persetan! Omongannya sangat lancang!

anak jalanan «pdx» [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang