EM#2

13.7K 1.1K 40
                                    

Seorang pria berpakaian serba hitam memasuki tergesa dalam bangunan sederhana. James memang sedang menunggu kedatangannya sejak tadi.

"Apa yang membuatmu ingin menemuiku tanpa lebih dulu memberitahu?" tanya James tak sabar begitu lelaki yang baru tiba mengempaskan bokongnya di kursi seberang James.

"Maaf, Tuan, ini darurat jadi saya lebih memilih datang ke sini karena tidak bisa ditunda lagi," jawab Ronan, lelaki muda yang dipercaya James sebagai tangan kanannya.

"Maksudmu?" sebelah alis James terangkat.

"Tempat ini sudah tidak aman. Orang suruhan Nyonya Annete telah mengetahui keberadaan Tuan dan Nona Alice. Anda harus segera meninggalkan rumah ini," terang Ronan serius.

Kedua tangan James mengepal erat. Isi kepalanya seketika penuh dengan ledakan amarah yang dahsyat.

"Aku akan menghadapinya," desisnya.

"Tapi, Tu--"

"Kupercayakan Alice padamu selagi aku menghadapi para bedebah suruhan wanita ular itu!" lanjut James tegas memotong protes Ronan.

Ronan mengangguk patuh. "Baik, Tuan."

"Tidak akan tuntas jika terus mengindar. Mereka akan terus mengejar Alice sampai keinginannya berhasil." kemudian James berdiri ingin berlalu menuju kamar wanita yang sejak tadi mereka bahas.

"Jika memang harus mati, mungkin sudah saatnya aku membayar semua nyawa yang sudah kurenggut paksa," gumamnya ironis.

Sebelum langkahnya jauh, James kembali menoleh. "Apa kau sudah menyiapkan tempat yang aman untuknya?"

"Sudah. Untuk itu saya ingin membawa Nona Alice sesegara mungkin. Karena gerak tubuh Nona sudah tidak bisa diajak terburu-buru."

James hanya mengangguk kemudian meneruskan tujuannya memasuki kamar Alice.

Setelah berada di dalam kamar James hanya memandangi wanita hamil itu tanpa berniat membangunkannya. Kepalanya merunduk menatap lekat detail wajah cantik yang membuatnya selalu kalut akhir-akhir ini akan perlindungannya. James menatap lama seluruh wajah Alice. Celah bibirnya yang terbuka membuatnya hampir gelap mata untuk membungkamnya.

Pandangan James menurun, jatuh pada perut buncit Alice yang diperkirakan bulan depan akan melalui proses persalinan.

"Kau harus kuat. Untuk menjadi pelindung ibumu setelah aku," bisiknya mengecup perut Alice. James terkekeh pelan. Selalu, respons gerakan aktif diterima dari sentuhannya.

"Alice," panggilnya menyentuh lembut pipi wanita itu.

"Alice, bangunlah." tak sabar James menyentuh permukaan ranum bibirnya dan akhirnya Alice terbangun.

Ekpresi kaget sekaligus tanya terpancar dari manik cokelat jernih Alice.

"Kita harus segera pergi dari sini. Ada Ronan di luar, dia akan membawamu ke tempat yang jauh lebih aman."

Kenapa?

James hanya tersenyum lembut, lalu memapah tubuh buncit itu untuk berdiri. "Lima belas menit untuk berganti pakaian dan berkemas. Di sana semua kebutuhanmu sudah tersiapkan."

James keluar ruangan, menunggu Alice di balik pintu. Ronan hanya menatap sang tuan yang terlihat lelah. James yang bersandar dengan mata terpejam membuat Ronan menebak lelaki itu benar-benar serius memikirkan nasib tawanannya. Sudut kiri Ronan terangkat samar, ini sesuatu yang langka jika sang tuan memiliki sesuatu yang khusus pada targetnya.

James menyadari sudah habis waktu yang diberikan untuk wanita di dalam. Tanpa ketukan lelaki itu membuka pintu dan mendapati Alice yang ternyata sedang memakai cardigan karena waktu masih dini hari dan sangat dingin.

Eternal Mistake (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang