chapter 1 : bad

84 10 3
                                    


"Jemput aku di rumahku sesegera mungkin." ucap seorang gadis berambut pendek hitam itu,

Lalu, dengan kasar ia memasukan ponselnya ke dalam sebuah sling bag abu-abu dengan hiasan permata indah berwarna biru laut,

Ia keluar dari kamar apartmentnya dengan langkah terburu-buru.

Gadis itu tersenyum ketika sebuah mobil hitam muncul dihadapannya, dia bergegas masuk ke dalam mobil tersebut,

"Ayo cepat, aku tidak mau kehilangan jejaknya lagi." ucap gadis itu sambil memasang sabuk pengamannya,

"Mau apa lagi sih kamu?" sahut teman lelaki yang berada di bangku pengemudi,

"Sudahlah diam saja. Kamu cukup mengemudi dan menemaniku saja." jawab gadis itu ketus.

"Berhenti disini saja. Aku akan menemuinya." gadis itu keluar dari mobil dengan tergesa-gesa,

Tangannya nampak memegang senjata api, dan bersiap-siap untuk meluncurkan pelurunya sesegera mungkin,

"Diana!" teman lelakinya itu kini menahannya,

"Jangan sakiti dia, dia tidak salah apapun." tambahnya lagi,

Diana memutar tubuhnya, menghadap teman lelakinya itu,

"Sebentar, boleh kutanya siapa kau?" wajah Diana berubah menjadi ekspresi dingin andalannya,

Lelaki itu terdiam, agak sedikit menunduk, menyadari siapa dirinya dimata Diana,

"Hah, yang benar saja, kau memerintahkan aku untuk berhenti mengejarnya saat kita sudah sedekat ini?"

Diana melepaskan paksa genggaman teman lelakinya itu,

Lalu kembali menghadap incarannya tadi,

Gadis incarannya itu sudah tidak disana, sudah hilang dari pandangannya,

Diana berlari mendekati tempat dimana tadi gadis yang dicarinya berdiri sambil menelpon seseorang.

Diana menghela nafasnya, hatinya sesak, perasaannya tidak jelas, sebagaimana rasa ketika seseorang akan memenangkan pertandingan namun, tiba-tiba hal yang membuatnya kalah terjadi begitu saja,

Diana melemparkan senjata apinya ke tanah yang diselimuti salju putih itu,

Dia berjalan berbalik, menuju dimana mobilnya terparkir tadi, menampilkan lagi wajah teman lelakinya yang telah membuat rencananya gagal,

Lelaki itu hanya menatapnya dengan tatapan lega, agak tersenyum tipis,

"Puas?"
"Senang jika aku terus tersiksa?"

Diana membentaknya habis-habisan,

"Kamu ini kenapa? Kenapa jadi ikut campur urusanku!"
"Oh yang benar saja."

Diana menarik paksa kunci mobil yang ada di tangan lelaki itu,

Lalu, segera menaiki mobilnya, menyetirnya sendiri, dan meninggalkan begitu saja lelaki itu di tengah dinginnya udara musin dingin,

"Diana!" lelaki itu mencoba mengejar mobil,

"Ya ampun, daerah ini sangat jauh dari rumahku."
"Dan, lihatlah tidak sama sekali ada taksi."

Lelaki itu menghela nafasnya kacau, dia sendiri tidak tahu harus bagaimana agar dapat kembali ke rumahnya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

PECULIARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang