'Selamat datang'
09.37 A.M
Gesta tak pernah menyangka jika pertemuan tanpa sengaja dengan cowok berhodie hitam kemarin menjadi titik awal kesialannya hari ini. Bagaimana tidak jika waktu berangkat tadi tepat di gerbang sekolah, cowok itu sengaja menyenggol lengannya membuat bekal makannya jatuh berantakan. Belum lagi ternyata cowok itu adalah murid pindahan yang sialnya di tempatkan di kelas Gesta. Tidak hanya sampai itu saja, mereka sekarang sedang dihukum membersihkan aula gara-gara buku pekerjaan rumah Gesta disobek oleh cowok itu.
Pletakkk!!!
"Aw... Sakit, bego!"
Gesta melempar sapu tepat di kepala cowok itu membuatnya meringis kesakitan.
"Gara-gara lo nih ya gue dihukum sampe kayak gini. Coba aja kalo lo nggak milih masuk sekolah ini pasti hidup gue masih aman damai sejahtera," Gesta sangat kesal. Apalagi yang menyebabkan ini adalah murid baru yang baru ia kenal. Seumur-umur baru kali ini dia dihukum membersihkan aula.
"Salah lo juga naruh buku sembarangan. Kan gue ngira itu buku buat bikin pesawat-pesawatan,"
"Lo itu murid baru disini. Jadi kalau mau apa-apa itu nanya dulu kek. Mau buat pesawat-pesawatan ya jangan pake buku gue juga. Nggak modal banget. Oh, atau Lo sengaja ya sobek buku gue ngaku lo!"
"Gue pindah kesini itu langsung menetapkan prinsip ekonomi. Mengeluarkan modal yang sekecil-kecilnya untuk keuntungan yang sebesar-besarnya. Pinter kan gue,"
Gesta semakin geram. Dia mendekati cowok itu sambil berkacak pinggang.
"JIDAAAAAAAAANN!!! Lo kalau salah nggak usah ngeles deh. Ngaku aja lo sengaja kan!"
Jidan hanya nyengir seperti tak berdosa. Lalu melanjutkan aktivitasnya menyapu lantai untuk menghindari amukan dari Gesta. Sebenarnya tadi dia tidak sengaja merobek buku Gesta karena Romi bilang itu buku sudah tidak digunakan. 'Romi bangke!' umpat Jidan didalam hati.
"Gesta, Jidan, lima menit lagi harus selesai ya soalnya aulanya sudah mau dipakai. Sekian terimakasih hihihi," Gesta mengurungkan niatnya untuk memukul Jidan karena tiba-tiba Pak Handoko dengan tampang tak berdosa berkata seperti itu.
"Mampus!" kata Gesta dan Jidan bersamaan.
Mereka lantas bergegas menyelesaikan hukumannya dengan secepat kilat agar nanti Pak Handoko tidak menambah hukuman. Karena Pak Handoko terklarifikasi dalam golongan guru killer di sekolah mereka.
Setelah lima menit pas, Gesta dan Jidan akhirnya bisa menyelesaikan. Gesta kemudian keluar dan duduk dibawah pohon beringin yang tumbuh lebat di belakang aula. Tangannya ia jadikan kipas karena gerah. Jidan entah kemana pergi.
"Minum nih," Jidan datang dari arah kantin dan melempar sebotol air mineral dingin kepada Gesta yang refleks menangkapnya.
Gesta mengamati botol tersebut mulai dari atas sampai bawah. Kemudian diputar dan diamati. Jidan yang duduk berjarak satu meter setengah keheranan dengan tingkah Gesta.
"Ini masih segel kan?" tanya Gesta kepada Jidan.
"Ya masih lah. Orang gue baru aja beli," jawab Jidan masih dengan keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bright in the Dark
Teen FictionPlease, help me. I'm lost in the darkness. No one here. I'm alone. Copyright © by gechan