Reika mengeratkan mantelnya lalu duduk tenang didalam bis tingkat, menikmati pemandangan kota kelahirannya tanpa sepatah kata.
Sebenarnya teman ini akan sangat nyaman baginya jika saja si bungsu yang katanya tengah mengalami puber itu tak membuat banyak masalah yang membuat dirinya yang dapat diandalkan ini terlibat.
Jadwal pemotretannya saja sudah sangat padat, ditambah lagi dengan masalah yang dibuat Jericko membuatnya tak tenang sedetikpun.
"Kita turun di halte selanjutnya aja, sekalian ngunjungin cafe yang waktu itu."
Viella mengalihkan pandangannya dari layar iPadnya. "Cafe maroon yang waktu itu di pake fanmeet dadakan?" Tanyanya dibalas anggukan Reika.
"Gue penasaran apa dia masih kerja paruh waktu disana." Gumam Reika hampir tak terdengar.
Viella menatap Reika dengan tatapan yang tak dapat di artikan untuk sesaat sebelum pandangannya kembali pada layar.
Setelah melalui lika-liku perjalanan, keduanya sampai di halte yang sudah ditentukan lalu berlanjut dengan berjalan kaki sebentar hingga keduanya tiba di Cafe Maroon. Cafe yang terletak di dalam gang dan tak begitu luas, dengan perabotan bertema antik yang disusun rapi yang membuatnya nampak nyaman.
Kring. .
Bel pada pintu terdengar nyaring saat Reika dan Viel memasuki cafe itu, pandangan Reika langsung tertuju pada area kasir. Layaknya seperti mencari keberadaan seseorang.
"Selamat data, mau pesan apa kak?" Tanya sang kasir ramah.
Viella menatap papan menu sekilas, "Ice Matcha latte, Red Velvet cheese with Ice, Choco Lavande juga Puffin Cheese masing-masing satu." Pandangannya lalu beralih pada Reika yang masih melihat sekitar dengan memasang raut muram di wajahnya.
"Lo ada tambahan nggak, Rei?" Viella menyenggol lengan Reika.
"That's all. Lo urus pembayarannya, Gue cari meja ya." Ucapnya yang disetujui Viella.
Meja dengan dua bangku berhadapan tepat disisi dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan diluar Cafe, itulah tempat favorit Reika. Walaupun cuaca tengah membeku namun berkat pemanas yang berfungsi dengan baik, suasana di dalam Cafe ini menjadi hangat. Suasana ini tak luput juga dari harum aroma menggoda pastry yang baru saja keluar dari panggangan serta aroma manis menyeruak disekitarnya.
Reika melepas mantel tebalnya dan meletakkannya di sandaran kursi berbahan kayu jati lalu menyangga dagunya sembari melirik Viella yang datang dengan membawa nampan berisi pesanannya.
"Lo punya waktu tiga hari sebelum hari pelelangan 'kan? Jadi cocok makan yang manis dikombinasi rasa gurih keju sebelum pikiran lo tegang."
Sudut bibir Reika tertarik ke atas, menunjukkan lesung pipinya. "Gue kaget loh waktu lo nyebut Red Velvet, rasanya lo baca pikiran gue."
Viella tertawa, "Emang lo pikir gue cuma hitungan beberapa hari bareng Lo? Hampir sembilan tahun bro, masa iya gue nggak tau?"
"Iya deh, iya, yang paling tau." Bersamaan dengan itu ia tanpa sengaja bertatap mata dengan lelaki tinggi bersurai hitam yang baru saja masuk dengan membawa loyang berisi Shortcrust pastry untuk dipindahkan pada etalase.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mission A Tread
Mystery / Thriller[ON GOING] Dengan suatu perjanjian yang di dapatkan Rei untuk mendapatkan kembali Fermata setelah sekian lama membujuk Chain, membuatnya terbawa arus dan menggunakan segala cara untuk mengungkap kasus kecelakaan berencana yang sudah ditutup beberapa...