Hurt (2)

608 30 0
                                    

Aku kembali membuka surat terakhir dari Justin, dan membacanya sekilas. Setelah itu aku menempelkannya dihalaman terakhir buku diaryku.

Sebenarnya lebih tepat jika aku menamai buku ini dengan 'My Love Story'. Karna semua isi buku ini hanya berisi tentang aku dan Justin. Dan kurasa surat dari Justin ini lah yang akan menjadi ending dari buku ini.

Aku membuka halaman pertama buku ini

Aku ingat sekali mimik mukaku saat menulisnya. Kau tau, aku tersenyum bahkan menjerit di setiap kalimat yang kutulis.

Aku kembali mengingat peristiwa malam itu.

Saat itu adalah saat pertama kali Justin mengajakku berkencan. Dia mengajakku menonton konser musik klasik karna ia tau aku sangat menyukai musik klasik.

"Kau terlihat bosan" gumamku pada Justin ditengah konser yang sedang berlangsung

"Sebenarnya aku memang sedikit bosan" ungkap Justin tanpa menoleh kearahku

"Lalu mengapa kau mengajakku kesini?" Aku merasa sedikit sedih, aku takut kalau yang membosankan bukan konsernya melainkan diriku sendiri.

"Karna kau suka. Kau suka musik klasik kan? Aku akan berusaha menyukai apapun yang kau sukai" kali ini Justin menyatakannya sambil menatap mataku hangat. Aku tak tau seberapa merahnya pipi ini setelah mendengar ucapan Justin.

Aku tersenyum miris mengingat kejadian itu. Lalu aku membuka halaman berikutnya.

Kali ini air mata ikut jatuh saat aku membacanya.

Saat itu adalah kencanku yang kedua bersama Justin. Kali ini ia tak mengajakku ke konser musik. Tapi ia mengajakku pergi untuk dinner.

Tak henti-hentinya aku mengagumi semua yang sudah disiapkan oleh Justin. Ia benar-benar menyiapkan semuanya. Kalian tau? Saat ini aku sedang berada di tepi danau yang dihiasi dengan banyak bunga bewarna merah dan lilin. Pria ini memang sangat romantis.

"Special gift for special girl" ucap Justin sembari memberikan beberapa tangkai bunga mawar merah.

Aku terkejut melihat caranya memberikan bunga itu kepadaku. Ia berlutut sembari mengacungkan bunganya dihadapanku.

"Aku sering bertemu dengan banyak gadis, tapi tidak ada yang semenarik dirimu. Aku sering bertemu gadis cantik, tapi tidak ada yang bisa membuatku tak bisa tidur karna memikirkan wajahnya. Hanya kau yang bisa membuatku terjaga dan tersenyum setiap malam karna memikirkanmu. Tidak ada yang memiliki senyum semanis milikmu. Tidak ada orang yang bisa membuatku seromantis ini. Savvanah-" Justin menghentikan perkataannya beberapa saat. Ia terlihat mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya.

"Savvanah, will you be mine?"  Ucap Justin meneruskan ucapannya.

Sungguh, ini adalah hal yang ku tunggu sejak lama. Awalnya ku kira ini semua tak akan pernah terjadi dan akan hanya menjadi mimpi. Tapi semuanya terjadi pada malam ini

Tenggorokan ku tercekat. Aku terlalu senang sampai-sampai aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

Justin menatapku seolah-olah meninta jawaban yang lebih jelas lagi.

"Ya aku mau Justin. Tanpa kau meminta pun aku sudah pasti mau"

Justin memelukku erat beberapa saat lalu melepasnya.

"I love you"

"I love you too"

Wajah kami semakin mendekat, mengusir jarak diantaraku dan Justin. Sampai akhirnya aku merasa ada sesuatu yang menyentuh bibirku lembut

"That was my first kiss" gumamku sembari menutup buku ini dan memasukkannya kedalam tas. Lalu aku beranjak pergi meninggalkan kedai kopi ini.

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang