Badai

9 2 1
                                    




Tika menatap nanar botol cairan obat nyamuk di hadapannya. Batinnya sedang berperang, di satu sisi gadis yang tahun ini akan menginjak usia 27 tahun itu, bersikeras mengabaikannya, di sisi yang lain ia sedang membulatkan tekad untuk meneguk habis isi botol tersebut. Dia sudah merasa lelah, sangat lelah dengan kehidupannya yang selalu tidak sesuai dengan rencananya. Sebetulnya Tika sendiri adalah seorang muslimah yang lumayan taat, tak pernah meninggalkan shalat lima waktu, kecuali jika sedang berhalangan, namun kali ini mengadu di atas sajadah saja dirasa kurang baginya. Dia sungguh ingin ada seseorang yang memeluknya, mengatakan padanya "semua akan baik-baik saja". Tapi sayang, itu semua hanya impian kosong belaka. Cobaan bertubi menghantam Tika habis-habisan selama setahun belakangan ini.

Angga, laki-laki yang seharusnya akan menjadi suaminya, malah tiba-tiba memutuskan untuk membatalkan pernikahannya satu bulan sebelum akad digelar, padahal persiapan acara sudah sudah 90%. Angga membatalkan pernikahan dikarenakan dia bertemu kembali dengan cinta pertamanya, mereka saling jatuh cinta lagi, Tika pun dicampakkan.

Lalu Ibunya, wanita yang seharusnya mampu menenangkan Tika ditengah kemelutnya, justru makin memperparah keadaan. Tika, memang tulang punggung keluarga, semenjak usaha ayahnya bangkrut, dia harus menanggung biaya sekolah adiknya, juga menuruti gaya hidup ibunya yang seolah masih belum bisa menerima kebangkrutan ayah. Masih meminta tas keluaran terbaru, atau bahkan ponsel pintar terbaru. Jadi, Tika harus bekerja mati-matian demi mencukupi itu semua.

Kemudian sahabatnya, Naya. Tika dan Naya sempat membuka usaha kedai kopi bersama, setelah usaha berjalan cukup lancar, Naya justru pindah ke kota lain dan membawa kabur uang modal kedai. Tanpa Naya, Tika kehilangan fokus mengelola kedai sendirian, karena dia sendiri memiliki pekerjaan utama, sebagai akuntan di salah satu kantor swasta, tak lama kedai pun ditutup.

Tika memantapkan dirinya meraih botol cairan obat nyamuk, kembali menatapnya beberapa saat, kemudian menenggak separuh isi botolnya. Mendadak gadis itu merasa tubuhnya gemetar hebat, dia terbatuk-batuk, tenggorokannya terasa terbakar. Di saat pandangannya sudah mulai kabur, Tika teringat akan murka Tuhan, untuk orang-orang yang dengan sengaja membunuh dirinya sendiri. Gadis itu terseok ke arah pintu kamarnya, berusaha menarik tubuhnya keluar dari rumah tinggalnya yang sedang kosong. Dia menjatuhkan diri di tengah jalanan depan rumahnya, berharap akan ada pengendara yang lewat menolongnya.

***

Entah sudah berapa lama Tika tidak sadar. Yang jelas saat dia terbangun, dia berada di dalam sebuah ruangan di Rumah Sakit. 

"Alhamdulillah, aku masih hidup...," bisik Tika lirih sambil menatap jarum infus yang menempel pada pergelangan tanggannya. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Sepi. Tidak ada seorang pun di ruangan itu. Dia jadi bertanya-tanya, siapa yang membawanya ke rumah sakit, apakah keluarganya sudah diberi tahu jika dia telah mencoba untuk bunuh diri. Tanpa dia sadari, air mata mulai jatuh membasahi pipinya. Rasa sakit yang dia rasakan di tubuhnya masih tak sebanding dengan luka dalam hatinya.

Saat Tika sedang menangis sesengukan, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka. Seorang laki-laki muda masuk. Tika mengernyit heran, karena laki-laki itu tak memakai seragam dokter atau perawat, jadi jelas dia pasti bukan petugas di situ.

"Assalamualaikum.." sapa si laki-laki.

"Walaikumsalam," Tika menjawab seraya menghapus sisa-sisa air mata di wajahnya.

"Mbak, sudah enakan?"

"Iya, sudah.. Maaf, tapi kamu siapa? Kamu yang bawa aku ke rumah sakit?" tanya Tika sambil berusaha bangkit dari tempat tidurnya.

Pelangi KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang