Namaku Ren Anantama, aku tinggal hanya dengan Nenek, dan di sebelah rumah Nenek ada pamanku, namanya om Julian. Ngomong - ngomong aku ini anak yatim piatu, ayahku meninggal karena kecelakaan saat aku berumur 7 bulan di dalam kandungan, dan ibuku meninggal setelah melahirkan aku. Jadi dari kecil aku hanya di besarkan sama Nenek, walaupun aku besar tanpa sosok kedua orang tua, aku bisa dibilang anak yang cukup berprestasi di sekolah. Dan prestasi yang kuraih juga lumayan banyak, seperti lomba puisi, debat, cerpen, dan segala sesuatu yang berbau karya tulis.
Kata Nenek aku ini memiliki hobi yang sama persis seperti Ibu, yaitu menulis puisi, soal hobi dan prestasi itu adalah turunan sifat Ibuku, sedangkan turunan sifat Ayahku kata Nenek yang sering di certikan ke aku salah satunya. Yaitu pandai mendapatkan hati perempuan, jadi Ayahku dulu adalah seseorang yang bisa di bilang playboy lah. "Kasian juga ya Ibuku dapet suami playboy." kalimat yang sering ku ucapkan apabila mendengar kisah cinta Ayah dari Nenek maupun om Julian. Tapi Ibuku adalah dermaga terakhir hati ayah untuk berlabuh, bisa di bilang cinta sejatinya Ayah sih. Dan aku sering berpikir kapan ya aku bisa menemukan cinta sejati seperti Ayah.
Berbicara tentang cinta sejati. Baru - baru ini aku bertemu cewek pas di sekolah tadi, katanya sih dia murid baru. Dan aku baru saja kenalan dengan tuh cewek. Kulihat langit sudah hampir gelap dan Sisi katanya mau kerumah. Seraya menunggu Sisi mungkin aku mau mengingat lagi ceritaku bisa kenalan sama dia pas di sekolah tadi.
*KRIIIIING* Suara bel yang menandakan jam pelajaran habis.
"Yess akhirnya istirahat juga." kataku.
"Ehh kita ke kantin yuk." ajak Sisi.
"Ayo, lagian ni otak juga butuh asupan, gara - gara dengerin celotehan Bu Vivin selama 2 jam lebih." kataku.
"Yaelah gitu doang langsung ngeluh." jawab Sisi.
"Jadi gak ke kantin, malah bahas Bu Vivin."
"Jadilah, jangan lupa ajak Vino."
"Ok bos." jawabku.
kulihat di tempat duduk nya Vino sudah gak ada tuh anak.
"Kayaknya Vino sudah ke kantin duluan."
"Oh kalo gitu kita langsung aja kesana." kata Sisi.
"Yuk lah."
Aku dan Sisi berjalan menuju kantin tiba - tiba ketemu sama Pak Adnan. Beliau adalah guru pembimbing exschool Musik dan Puisi.
"Ren, Kasih." panggil pak Adnan.
"Iya pak." kataku.
"Ada yang mau bapak omongin nih."
"Omongin apa ya pak?" tanya Sisi.
"Kita omongin nya di ruang Exschool aja." jawab pak Adnan.
"siap pak." kataku sambil hormat ala pemimpin upacara.Aku dan Sisi bersama pak Adnan kami bertiga berjalan menuju ruangan yang tempat biasa aku dan Sisi berlatih musikalisasi puisi. Aku heran kenapa pak Adnan mendadak ada yang di omongin, Sisi pun juga heran. Kami bertiga pun sampai di ruangan.
"Ren, Kasih, kalian duduk dulu."
"Iya pak." kataku.
"Nahh jadi gini kalian berdua bisa gak yang jadi perwakilan sekolah kita."
"Perwakilan apa pak?" tanya Sisi dengan herannya.
"Jadi bulan depan itu acara jadi nya kota BANJARBARU, trus di alun - alun kota di adakan pentas seni, jadi sekolah kita di pilih untuk menampilkan pentas." Jawab pak Adnan seraya menjelaskan.
"Jadi kami berdua pak yang tampil." kataku.
"Iya, kalian bisa kan." jawab pak Adnan.
"Bisa pak." sahut Sisi.
"Oke kalu gitu kalian jangab lupa latihan ya, bapak mau ke kantor dulu." Pak Adnan langsung keluar dari Ruangan.
"Gimana kita tampil nya Re."
"Yaa kaya biasa aja, lo nanyi sambil megang gitar trus gue nanti baca puisi."
"Oke deh."
"Ehh Si latihan nya kapan."
"Yaa di setiap waktu luang aja."
"Berarti pulang sekolah kita latihan langsung ya." kataku.
"Dirumah gue aja ya latihan nya." ucap Sisi.
"Di rumah gue aja, kasian Nenek sendirian di rumah."
"Ngikut aja gue mah."
"Ehh kita kan mau ke kantin tadi."
"ohh iya ya." ucap Sisi.
"Buruan kita ke kantin nanti jam istirahat nya habis lagi." kataku.
"Kuy lah."Aku dan Sisi berjalan menuju kantin, dan setibanya di kantin aku melihat Vino, Zaki, Rita, dan Aisyah yang sudah duduk menyantap makanan. Dari kejauhan Rita melihat kami berdua dan melambaikan tangan seraya berkata "Ren, Kasih siniii."
Aku dan Kasih langsung menuju ke sana dan duduk.
"Kalian berdua lama amat sih." tanya vino ke aku dan Kasih.
"Iya tadi pas mau kesini ketemu sama pak Adnan." jawabku sambil mengambil es jeruk Zaki.
"WOOY ENAK AJA PESAN SANA." ucap Zaki karena es jeruk nya mau ku minum.
"Emang apa urusan kalian berdua sama pak Adnan." tanya Vino lagi.
"Ohh tadi pak Adnan ngabarin kita berdua, kalo gue sama Ren jadi perwakilan sekolah." jawab Sisi.
"HAH perwakilan apaan maksudnya?" tanya Rita.
"Perwakilan sekolah buat hari jadinya kota BANJARBARU nanti bulan depan." jawabku.
"Ngomong - ngomong gimana hubungan lo Rita." tanyaku sambil mengganti topik pembicaraan.
"Kaya biasa lah." jawab Rita sambil memainkan makanannya.
"Jangan berantem terus ya, nanti gue yang repot." Sisi menambahkan.
"Rita, Zaki kita kan ada ulangan Fisika." Tiba - tiba Aisyah mengingatkan Zaki sama Rita.
"Ohh iya ya gue hampir lupa." Zaki menambahkan.
"Guys kami duluan ya ke kelas, soal nya ulangan Fisika nih." kata Zaki sambil memegang pundakku.
"Siapa suruh milih jurusan IPA, dikit - dikit ulangan." ledekku ke Zaki.
"Gue kan pinter makanya di masukin ke jurusan IPA. Jawab Zaki ke aku.
"Udah cepetan masuk nanti si Hitler marah - marah." kata Rita sambil menarik kerah baju Zaki.
Hitler itu panggilan para murid jurusan IPA untuk pak Joko. Karena sering marah - marah pak Joko di beri julukan Hitler sama murid - murid.
"Jadi kapan acara nya." tanya Vino lagi.
"Bulan depan Vin." jawabku.
"Lo harus nonton kita ya." kata Sisi.
"Wajib tuh, sama juga lo harus ajak Aisyah Vin." sambil ku colek lengan Vino.
"Apaan sih lo." jawab Vino dengan senyum - senyum malu.
"Kasian lo Vin anak orang lo gantungin gak lo tembak - tembak." Sisi menambahkan.
"Iya ihh gimana sih lo jadi cowok kok gitu." kataku.
"Gak bosen apa lo sama Aisyah cuma telponan tiap malam trus saling memendam rasa." kataku.
"Gue sih sudah rasa itu cukup Ren, asal gue tau si Aisyah nya suka gue trus dia nya juga tau kalo gue suka dia." jawab Vino.
"Tapi hati - hati lo Vin hubungan tanpa status itu bahaya." Kata Sisi.
"Iya apalagi kalo lo mendam rasa tapi ternyata dia gak suka sama lo, beehhh sakit nya minta ampun Vin." kataku menambahkan ucapan Sisi.
"Iya iya nanti kalo ada waktu yang tepat Aisya bakal gue tembak kok."
"Nahh gitu dong." kata Sisi.
"Ren, Kasih gue duluan ya mau ke kelas 10 dulu."
"Lah ngapain lo ke sana?" Tanyaku.
"Gue mau nemuin adek gue dulu."
"Ohh okok." kata Sisi.
"Hati - hati ya di jalan, di depan UKS ada penilangan." candaanku ke Vino.
"HAHAHA bisa aja lo."
"Apalagi lo gak pake helm tuh." Sisi menambahkan.
"HAHAHAHA!!!!" kami bertiga tertawa bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Renung
Romancesenja merah keemas - emasan mulai membentuk ruang. Dan di dalamnya aku merenung, lalu kuambil pena dan secarik kertas, pena menari - nari di atas hamparan kertas putih yang perlahan - lahan mengukir sebuah nama dia. iya. Dia, yang akan kuceritakan. ...