Headache(11)

1.2K 196 36
                                    

•••

         Bukan hari sabtu, tepat hari itu juga mereka—Jungkook dan Rossie memutuskan untuk pergi menonton bioskop, Jungkook yang sibuk menonton tokoh utama dalam film, dan Rossie yang sibuk menonton tokoh utama dalam hatinya—Jungkook.

Jungkook tertawa ketika si Tokoh utama kedapatan terjatuh—ke selokan—wajahnya ikut berantakan. Sementara Rossie tertawa ketika mendengar renyah suara tawa Jungkook—tampan. Dia tampan.

Tapi Jungkook tak lagi tertawa, dimenit ke lima dimana ia mulai membuat tanganya bergetar hebat—keringat, juga detak jantung yang semakin nyaring. Rossie—entah sejak kapan ia mulai membuat bibirnya berpautan dengan bibir Jungkook.

•••

        Hari itu hujan, Taehyung ingin diberi jeda setidaknya beberapa detik, sebelum seseorang yang ia juluki selingkuhan itu membuat dirinya  pantas dijuluki demikian.

Lisa—dia cantik. Tak ada satu inci-pun bagian dari Lisa yang tidak layak dikatai cantik. Nafasnya semakin kentara—saat berbisik, lemah—Taehyung lemah, ia mulai memahami perihal alasan Jungkook membuat gadis dihadapanya ini hamil, siapa kiranya yang tahan berlama-lama melihat wajah Lisa? Terlebih tanpa melakukan apa-apa? yang pasti bukan Taehyung, "Jangan menggodaku," celetuk Taehyung, pria itu tak tahan, ia lengah—otaknya mulai merangkai kata, mulutnya gatal, ingin bernarasi, tentang sebuah puisi indah bertajuk "Lisa", hanya dia—haya Lisa.

Lisa dan mata cantiknya, mata yang cantik,  yang mana menempel pada wajah yang cantik, wajah yang cantik, yang mana menempel pada tubuh yang cantik, tubuh yang cantik, yang mana bukan miliknya. "Sial."

Pandangan mereka bertemu, Lisa tak membiarkan Taehyung berpaling dari tautan matanya, Lisa mendekat—benar-benar dekat sampai dimana jemari Taehyung menyentuh dipan—sebagai penyangga. ia menoreh jarak sekitar beberapa centimeter kebelakang, "Winter.."

"Dia tidur," ucap lembut mulut Lisa.
"Bukankah ini yang kau inginkan?"
"Oppa.."

"J-jangan panggil Oppa, terutama dengan nada seperti itu," cicit Taehyung. ia mulai jengah—pertahananya musnah, terlihat dari caranya memegangi salah satu paha Lisa, "Kenapa? Oppa.."

"Kau suka? Ata—" perkataan Lisa terhenti, seketika setelah Taehyung menjambak rambutnya—lantas menempeli bibirnya. Lisa jatuh di ranjang tidurnya, Taehyung—pria itu memberi tekanan pada kedua tangan Lisa—kini jemarinya saling bertautan.

"Aaa.." Lisa mengaduh tatkala Taehyung mendarati lehernya, entah berapa ciuman yang ia bubuhi disana, kancing piyamanya mulai terlepas satu demi satu—karena mulut dan gigi Taehyung. Namun, pria itu berhenti di menit ke tiga—menenggelamkan kepalanya dibalik piyama—piyama Lisa yang masih belum tanggal.

"Tidak ada pacuan kuda hari ini," celoteh Taehyung.

"Oppa.." lirih Lisa, yang mana membuat Taehyung menepis jemarinya—jemari Lisa.

"Aku tidak bisa," ujar lemah Taehyung.

"Tapi kenapa?"
"Bukankah kau menginginkanku?" tanya Lisa.

"Justru karena itu, karena hanya aku yang menginginkanmu, bukan kau yang menginginkanku,"

"Kau sedang kalut, kau marah, kau kacau, kau ingin melakukanya atas nama kekesalanmu pada Jeon Jungkook, bukan karena kau menginginkanku," sambung Taehyung.

"Oppa.."
"Lakukan saja, Jungkook tak akan mudah mau bercerai,"
"Aku ingin menciptakan sebuah alibi dimana Jungkook tak lagi mampu menolak, perihal keinginanku untuk bercerai," ujar Lisa.

HEADACHE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang