02

10.2K 1K 27
                                        

Mohon maaf bila banyak kesalahan penulisan dan grammar.. Semoga terhibur, jangan lupa bintangnya yaa...
Selamat membaca :)

.
.
.
.
.

Pemuda itu berkali-kali menggelengkan kepala. Mengenyahkan pikiran yang berkecamuk di dalam benaknya.

Zafran menghela nafas kasar. Mulai kembali memasak di pantri restoran miliknya. Pemuda itu menegakkan tubuh ketika melihat bayangan alfar di depannya.

"Zafran"

Zafran mengangkat salah satu alisnya tak menjawab. Alfar melengos kecil. Kembali menatap Zafran lagi.

"Kamu sudah bertemu Zafina?" tanya alfar to the point. Tau adiknya ini sedang tak mau diganggu.

Zafran hanya menggeleng tetap fokus pada masakannya.

"Apa dia benar-benar cacat? Apa kamu mau menggantikan kakak untuk menikahinya?"

Zafran menghela nafas panjang. Kini menatap kakaknya tajam. Memanggil salah satu chef asistennya untuk menggantikannya memasak.

Keduanya kini duduk berhadapan. Di ruang kerja Zafran yang sebenarnya. Sebuah ruangan kecil dengan satu meja dan beberapa sofa serta meja kecil di ujung. Mereka duduk disana.

"Zafran. Kakak tanya, apa Zafina benar-benar cacat?" tanya alfar lagi.

Zafran mengeraskan rahang, ia memutar bola mata kecil. Kini menatap kakaknya ini dengan sorot tidak suka.

"Kakak sudah menolak Zafina. Untuk apa menanyakan dia benar cacat atau tidak. Apa itu bermasalah untuk kakak?"

Alfar terdiam lama. Tak merespon perkataan adiknya ini. Lidahnya mendadak kelu mendengar pertanyaan Zafran ini.

"Kakak jangan ganggu Zafina. Karena kakak sudah menolak, dan Zafran akan segera meminta ayah melamar Zafina. Apapun yang terjadi, Zafran terima meskipun Zafina tidak sempurna"

Zafran keluar ruangannya dengan membanting pintu agak keras. Alfar kini terdiam lagi. Merasa bersalah pada Zafina karena dirinya tak dapat menerima kekurangan Zafina itu.

Alfar jadi berpikir Zafran lebih dewasa dari dirinya. Zafran tak memandang kecacatan itu sebagai kekurangan yang menghancurkan masa depannya.

Pemuda berusia 26 tahun itu mengacak rambutnya frustasi merasa tak lebih dewasa dibandingkan adiknya yang baru meluluskan tingkat sarjananya tahun lalu.

Zafran menganggalkan pakaian chef yang ia pakai. Lalu mengganti dengan kemeja biru. Pemuda itu menaiki motornya memakai helm dan menarik gas pergi ke suatu tempat.

Beberapa menit berkendara, akhirnya Zafran sampai. Pada tempat Rapunzel nya tinggal. Ya, Zafran akan menghampiri Abah Ali.

"Assalamualaikum.."

"Wa'alaikumsalam" jawab seseorang dari dalam.

Seorang remaja laki-laki membuka pintu, termundur kaget melihat seorang pemuda yang kemarin juga ikut kesini.

"Maaf, abah ada?" tanya Zafran sopan. Athalah hanya mengangguk kecil, mempersilakan Zafran duduk.

Pemuda itu melebarkan mata melihat seseorang yang baru saja keluar salah satu ruangan. Gadis itu, ya Zafina yang ia cari.

"Assalamualaikum mas Zafran" sapa abah Ali membuat Zafran berdiri dari duduknya.

"Wa'alaikumsalam abah" jawab Zafran kini mencium tangan abah Ali.

"Ada apa ini mas Zafran?" tanya abah Ali tepat.

Zafran tersenyum kecil. Menggaruk kecil tengguknya. "Maaf abah. Sepertinya ada yang tertinggal disini"

Zafina untuk Zafran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang