Prolog♡

20 2 2
                                    

Tak henti-henti detak jantung Anindia semakin kencang,nafasnya tak beraturan,fikirnya melayang-layang. Tidak! Dia harus tetap fokus pada tujuannya,menemui laki-laki itu lalu pergi.

Mondar-mandir pengunjung cafe,namun tak juga kunjung datang tamunya itu. Konyolnya Anindia rela berlama-lama menunggu lelaki yang ngaret lebih dari setengah jam itu. Ahhh!! Dia semakin kacau.

Setengah berdiri,namun terdengar sebuah suara menahan diri Anindia.

"Anindia,maafkan aku telah membuat mu menunggu. Dan terima kasih telah datang memenuhi permintaan ku."

"aku memaafkan mu,dan terima kasih kembali. Tidak masalah,lagi pula jadwal ku sedang kosong. Lalu apa yang ingin kamu bicarakan?"

"Aku tidak tahu apakah kamu akan menerima atau tidak,akan marah atau tidak,akan benci atau tidak dengan perkataan ku kali ini. Tapi aku benar-benar harus mengatakannya,dan jika nanti kamu tidak bisa menerima permintaan ku. Itu tidak akan menjadi sebuah masalah bagi ku,karna semua ini memang salah ku. Dan aku akan senantiasa menunggu jawaban mu,jika kamu tidak bisa menjawab saat ini.

"Apa yang kamu maksud?apa yang kamu minta dari ku?dan kenapa aku harus marah?"

"Anindia,sebelumnya aku minta maaf. Maaf telah menyakiti hati mu,dan menghancurkan dunia mu. Tapi aku tidak bisa hidup tanpa mu,aku tidak bisa Nin. Aku ingin mengajak mu untuk rujuk."

Terdiam,hanya itu yang bisa ia lakukan. Lembaran memori masa lalu memenuhi ubun-ubunnya. Sedangkan kristal bening telah jatuh dari pelupuk matanya,sungguh kesakitan masa lalu menghantuinya kembali.

"Alfin,aku butuh waktu. Aku akan menjawab permintaan mu setelah aku siap untuk bertemu kembali dengan mu,aku harap kamu mengerti."

"Aku mengerti,dan aku akan menunggu jawaban dari mu."

Lari,lari,dan terus berlari,tak menyangka gerimis akan datang disaat waktu yang tidak tepat. Dan akhirnya hujan mengiringi langkah kaki Anindia,menutup kesedihannya untuk sementara. Sedang masa lalu masih terus mengikuti di belakangnya,sunggu ironi yang tak pernah terbayangkan.

Cinta yang selama ini Anindia pendam,nyatanya setelah ia datang tak membuatnya bahagia. Malah membuat mendung menyalakan kilatnya,menyambar tak tentu arah.

Halte bus,disana ia berdiam diri menunggu bus selanjutnya yang akan ia naiki sembari membetulkan suasana hatinya. Tak ingin satu pun orang tau akan rasa sakit yang ia rasa,dia perlu berpura-pura.

"Anindia kamu kuat,kamu kuat. Kamu wanita terkuat di dunia!"
Berharap kekuatan datang setelah kalimat itu keluar,dan itu memang berhasil membuatnya sedikit merasa lebih baik.

***
Tatapan matanya masih terarah keluar jendela cafe,melihat bayangan wanita masa lalunya. Berharap dia akan kembali,menata semua kehancuran perasaannya bersama-sama.

Anindia Az-Zahra wanita tersayangnya yang sekian lama ia cari,melewati serangkain hutan yang gelap akhirnya dia menemukan cahaya itu. Cahaya yang selama ini hilang dari dunianya.

Triiingggg,,,ponselnya berbunyi menampakkan sebuah nama yang tak lagi ingin dia ingat,tak ingin dia dengar,dan tak ingin dia adakan kehadirannya. Tututut,bunyi dari sebrang lautan kemarahan.

Dia mengacuhkannya,bahkan berulang kali handphonenya itu berdering. Berpura-pura tuli atas kekacauan yang terjadi,dia membenci wanita itu. Dia tau wanita itu tengah menyimpan segumpal kemarahn yang semakin membesar,namun dia benar-benar tak peduli.

Kini jari-jarinya tengah berlayar di atas lautan huruf kapital,dan pesan itu akhirnya terkirim oleh merpati yang tak pernah hilang arah.

Adrian Wjy
10.36
"Aku telah menemukannya,aku akan segera menemui mu. Aku harap kau bisa membantuku untuk meyakinkannya."*terkirim

10.36
"Cafe **** 13.30 besok,jangan ngaret!

10.37
"Baiklah!"*terkirim

Berharap karibnya yang baru saja pulang dari luar negeri itu dapat membantunya,sahabat sekaligus sepupu Anindia. Tubuhnya meminta untuk segera pulang,fikirnya tergambar sebuah kasur empuk dan selimut tebal. Dia pun memutuskan untuk menantang hujan,dan kembali kekerajaannya untuk menenangkan fikirannya.

ISLAM (Kisah Cinta Yang Menginspirasi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang