Day 3

3K 467 105
                                    

"Aku pulang."

"Selamat datang kembali, Karma."

Karma yang sedang melepas sepatunya mengangkat kepalanya, melihat (Name) yang mengintip dari dapur.

"Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu."

"Terima kasih, (Name)."

Karma berjalan menuju dapur, dan langsung duduk di kursi makan, tak lama kemudian (Name) menyajikan semangkuk nasi dan sup tofu, dilengkapi karaage dan salad.

"Selamat menikmati," sahut (Name) tersenyum, kemudian berjalan menuju wastafel, mencuci peralatan dapur yang dia pakai.

Sama seperti kemarin.

Iris emas Karma mengikuti diri (Name), menatap sayap putih yang sudah tidak lagi dibalut oleh perban. Setelah beberapa saat, Karma akhirnya kembali fokus pada sarapannya.

###

"Bagaimana?"

Karma menatap lama (Name), sebelum akhirnya dia mendengus geli. (Name) mengerutkan alis dengan heran melihat reaksi Karma.

"Kau melarangku jatuh cinta padamu," gumam Karma mendekati (Name) lalu menjebak gadis itu dengan meletakkan kedua tangannya di sisi (Name), "seolah mengatakan bahwa kau tidak akan jatuh cinta padaku."

Iris (Name) melebar, dan dengan panik menoleh ke kiri dan kanan—menyadari dirinya sudah dikepung.

"Karma—"

"Ya?" balas Karma tersenyum.

(Name) menatap Karma, ekspresi paniknya perlahan menghilang.

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Hm~ bagaimana ya?" gumam Karma, "oh, apa yang terjadi kalau kau jatuh cinta padaku?"

"Wha—"

"Bagaimana kalau aku membuatmu jatuh cinta padaku?" tanya Karma menyeringai, "apa hal terakhir tadi masih berlaku?"

Pipi (Name) merona, dan dia langsung mendorong Karma menjauh.

"Kau jatuh cinta padaku dan aku jatuh cinta padamu itu dua hal yang berbeda!"

"Oh, kau berkata seolah kau sudah jatuh cinta padaku."

"Hah—"

"Tiga hari," ucap Karma, "dalam tiga hari, aku akan mencari tahu siapa dirimu, tanpa mendengar jawabannya langsung darimu."

###

Aneh, kemarin itu sungguh bukan seperti dirinya.

'Apa sulitnya berkata iya saat itu?'

Karma kembali fokus pada makan malamnya, yang tanpa dia sadari sudah habis.

"Jatuh cinta, ya?"

(Name) menoleh ke arah Karma, merasa bahwa dia mendengar Karma mengatakan sesuatu. Namun saat Karma masih makan, (Name) kembali fokus pada kegiatan sebelumnya.

"Hei."

"Ya!?" pekik (Name) hampir menjatuhkan gelas yang dia cuci.

Setelah meletakkan gelas tadi, (Name) berbalik dan melihat Karma sudah selesai dengan makanannya. Tangan (Name) spontan terangkat untuk mengambil piring yang sedang Karma pegang.

"Nee, sayapmu itu sama seperti anggota tubuh yang lain, kan?" tanya Karma menjauhkan tangannya, membuat (Name) tidak bisa meraihnya.

"Ya, begitulah," jawab (Name) merasa sedikit kesal.

"Kalau begitu," Karma tersenyum lalu meletakkan piring tadi ke wastafel—memperpendek jarak antara dia dan (Name), "bagaimana kalau kita lakukan pemanasan untuk sayapmu?"

(Name) berkedip beberapa kali, menatap kaget Karma.

"Eh?"

"Yep," Karma mengangguk sambil menggenggam pergelangan tangan (Name), "ayo ke halaman belakang rumah."

***

(Name) melihat ke sekitar halaman belakang rumah Karma, kemudian kembali menoleh ke arah Karma dengan wajah ragu.

"Tenang saja," sahut Karma tertawa, "kau bisa lihat bahwa pagar halaman rumahku cukup tinggi, jadi orang tidak akan melihat."

Iris emas Karma melirik ke arah sayap (Name) sejenak, sebelum dia kembali menatap (Name).

"Ya, kecuali pemanasanmu mencangkup terbang."

"Sebenarnya aku sudah pemanasan tiap malam saat kau tertidur," sahut (Name), "tapi karena kau meminta, maka baiklah."

Iris Karma melebar saat melihat kedua sayap (Name) membuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iris Karma melebar saat melihat kedua sayap (Name) membuka. Mata (Name) menutup, dan senyum kecil muncul di wajah (Name), dengan wajahnya kini menghadap ke langit.

Ah ....

Namun (Name) langsung tersadar, menoleh ke sebelahnya. Pergelangan tangan kanannya kini sedang dipegang oleh Karma.

"Karma? Ada apa?"

Karma tersadar, dan langsung melepas pegangannya dari (Name).

"Maaf-maaf," sahut Karma mengangkat kedua tangannya, "hanya saja kau terlihat seperti akan melayang kapan saja."

Dia tidak suka ini.

Gadis di depannya terlihat seperti akan menghilang.

(Name) yang melihat ekspresi wajah Karma hanya bisa mengerutkan alisnya lalu menghela napas panjang, sebelum akhirnya kembali menutup sayapnya kembali ke posisi yang sama seperti sebelumnya.

"Aku tidak seringan itu, asal kau tahu."

One Week » Akabane KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang